HUMAN INTEREST
KISAH Yang Balai, 33 Tahun Keliling Jual Kue Demi Bertahan Hidup, Pernah Sehari Cuma Dapat Rp 30.000
Kisah Yang Balai, seorang nenek berusia 74 tahun tetap bekerja keras berjualan kue keliling dan pantang menyerah meski usianya sudah sangat senja.
ANAMBAS, TRIBUNBATAM.id - Langkah kaki di tengah pagi mulai diayunkan Yang Balai (74), nenek tersebut mulai mengambil keranjang berisikan kue untuk segera dijajakan.
Pagi ini ia membawa tiga jenis kue untuk dibawa keliling di sekitar jalan Tarempa.
Dua keranjang berisi kue itu sudah ia persiapkan sejak pagi, selain ada kue buatannya, Yang Balai juga menjual kue titipan dari orang lain.
Langkah demi langkah sambil berjalan membawa dua keranjang berwarna merah itu, Yang Balai mulai menawarkan dagangannya kepada warga yang ia temui di sekitar jalan.
Ada luti gendang, kue ketan, kue bolu, dan beberapa gorengan lainnya.
Seorang diri, Yang Balai mulai menyusuri jalan setapak demi setapak, walaupun belum ada yang membeli dagangan miliknya, ia tidak putus asa terus menawarkan ke setiap orang yang berlalu lalang.
Usianya yang sudah berkepala tujuh, tidak membuat Yang Balai patah semangat, badannya yang ringkih dan kurus masih kuat membawa dua keranjang kue sambil berkeliling dengan berjalan kaki menjajakan kuenya.
Beberapa orang yang lewat sedikit menoleh dagangan Yang Balai, mereka ada yang penasaran dengan melihat sekilas, ada yang kasian namun memilih untuk pergi, dan ada pula yang berbaik hati kemudian membeli kue yang dijual Yang Balai.
Baca juga: GRATIS! Lokasi Air Terjun Temburun Tarempa Timur Tak Pernah Sepi Pengunjung saat Weekend
Yang Balai saat ditemui oleh Tribun Batam di sekitar jalan Imam Bonjol, bercerita sambil beristirahat sebentar, ia mengatakan sudah berjualan sejak tahun 1988.
"Saya mulai jualan tahun 1988 sampai sekarang, yang saya jual cuma kue-kue ini saja, apa yang dipesan orang itu yang saya jual, ada kue baiduri, kue tausa, luti gendang," ujar Yang Balai, Minggu (5/9/2021).
Selama berjualan kue, ada beberapa kue yang proses pembuatannya cukup sulit, seperti kue baiduri.
Kue baiduri merupakan kue dengan isian kelapa dan gula merah, dibaluti dengan kulit yang dibuat menggunakan tepung terigu.
"Selain itu ada juga kue tausa yang bahannya dari kacang, kacangnya itu susah dicari dan kalau ada harganya juga mahal, makanya jarang saya jual kuenya, tapi itu langka di sini," kata Yang Balai.
Kue tausa ini cukup sulit dibuat, karena hanya beberapa orang saja yang mengetahui proses pembuatannya, sebab ini bukan merupakan makanan khas Anambas.
Yang Balai sendiri saat itu belajar membuat kue ini dari orang Vietnam yang pernah menetap di Anambas.
"Kue ini makanan Tionghoa, kami belajar dari orang Vietnam bikinnya, cara buatnya dengan dibakar, pakai telur dan dicampur wijen," jelasnya.
Selain membuat kue sendiri, Yang Balai juga menjualkan kue buatan orang lain.
Apabila ia menjual kue laku Rp 200 ribu, Yang Balai akan mendapatkan upah sebesar Rp 40 ribu, jika ia mendapatkan hasil jualan Rp 100 ribu, maka upahnya Rp 20 ribu.
"Hasil upah ini biasanya langsung saya tabung, jadi tabungan ini saya putar lagi untuk modal bikin kue," tuturnya.
Memiliki satu orang anak dan satu orang cucu, ia tidak pernah ingin merepotkan anak dan cucunya.
Dirinya lebih memilih untuk bekerja mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
"Saya punya anak, anak saya kan kerjanya petani, jadi kadang tidak cukup buat makan, makanya saya jualan buat nambah-nambah isi dapur, kalau dibilang capek pasti capek, tapi selagi kuat ya harus dicoba," terangnya.
Keuntungan sehari-hari dalam berjualan kue pun tidak menentu, kadang keuntungan bersih yang ia peroleh sekitar Rp 50 ribu - Rp 100 ribu, tergantung lakunya kue yang ia jual. Bahkan pernah Yang Balai memperoleh keuntungan Rp 30 ribu, karena tidak ada yang membeli kue dagangannya. (TRIBUNBATAM.id/Rahma Tika)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google