Doa Selamat Hingga Mandi Safar Jadi Tradisi Turun Temurun Masyarakat Lingga

Masyarakat Lingga masih menjalankan tradisi turun temurun setiap kali bulan Safar. Yakni makan dan doa bersama. Lalu di akhir bulan, mandi safar

Penulis: Febriyuanda | Editor: Dewi Haryati
tribunbatam.id/istimewa
Doa Selamat Hingga Mandi Safar Jadi Tradisi Turun Temurun Masyarakat Lingga. Foto tradisi mandi safar yang digelar Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga beberapa waktu lalu 

LINGGA, TRIBUNBATAM.id - Bulan Safar 1443 Hijriah jatuh pada hari ini, Rabu (8/9/2021).

Di Lingga, ada tradisi turun temurun yang dilaksanakan oleh masyarakat di bulan Safar.

Salah satunya di Kampung Suak Rasau, Desa Sungai Buluh, Kecamatan Singkep Barat.

Di awal bulan Safar, mereka mengawalinya dengan makan bersama di masjid.

Dari pantauan TribunBatam.id, pagi-pagi sekali sekira pukul 06.30 WIB masyarakat Kampung Suak Rasau ini sudah beranjak dari rumah untuk menuju masjid atau surau.

Baca juga: TRADISI BARU! Begini Cara Direktur Jenderal PSDKP Apresiasi Kinerja Para Penjaga Laut di Batam

Baca juga: Tenggelam di Laut, Arkeolog Teliti Kapal Diduga Cagar Budaya di Lingga

Mereka membawa hidangan dari rumah berupa ketupat, lontong, bubur, hingga beraneka makanan lainnya.

Makan bersama itu disejalankan dengan doa bersama sebagai bentuk meminta keselamatan kepada Allah, agar terhindar dari segala bala.

Doa itu pun dipimpin oleh tokoh agama.

Selain itu, ada juga tradisi unik dari masyarakat Lingga, yakni Mandi Safar.

Warga Desa Sungai Buluh Kecamatan Singkep Barat Kabupaten Lingga saat makan bersama di awal Bulan Safar 1443 H, Rabu (8/9/2021)
Warga Desa Sungai Buluh Kecamatan Singkep Barat Kabupaten Lingga saat makan bersama di awal Bulan Safar 1443 H, Rabu (8/9/2021) (tribunbatam.id/febriyuanda)

Sesuai dengan namanya, tradisi ini dilaksanakan dengan acara mandi. Tujuannya untuk menolak bala atau menolak dari marabahaya.

Sejarawan dari staf Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga, Lazuardi mengatakan, bahwa tradisi mandi Safar ini sudah dilaksanakan sejak zaman terakhir Sultan Riau-Lingga, yakni Sultan Abdulrahman Muazamsyah.

Ia pun mengatakan, tradisi itu masih melekat hingga zaman sekarang oleh masyarakat Lingga dan terus dikembangkan oleh Dinas Kebudayaan Lingga.

"Mandi Safar itu dilakukan pada hari Rabu minggu ke empat atau minggu terakhir bulan Safar," tutur Lazuardy kepada TribunBatam.id.

Saat ini, kegiatan Mandi Safar sudah menjadi agenda kegiatan yang dilaksanakan di Dinas Kebudayaan (Disbud) Lingga.

Kegiatan ini juga berpotensi menjadi objek wisata baru, khususnya objek wisata sejarah dan budaya.

Biasanya, sebelum mandi safar akan diadakan pawai dan arak-arakan peserta yang terdiri dari siswa-siswi sekolah.

Mandi safar biasanya dilakukan secara berkelompok di tempat pemandian umum dan ada juga yang melaksanakannya di sekitar masjid-masjid yang ada.

(TribunBatam.id/Febriyuanda)

Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google

Berita Tentang Lingga

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved