Cerita Penculikan Jenderal Ahmad Yani dan Peristiwa Kelam G30S/PKI
Jenderal Ahmad Yani menjadi salah satu dari 7 Pahlawan Revolusi yang dibunuh setelah G30S/PKI. Jenazah mereka disembunyikan di Sumur Lubang Buaya.
Mukidjan kemudian membagi regunya menjadi 3 kelompok.
Baca juga: Teka-teki G30S/PKI, Mengapa Soeharto Tidak Diculik dan Dibunuh?
Baca juga: Benarkah Kolonel Abdul Latief Bertemu Soeharto Jelang G30S PKI? Fadli Zon Ungkap Rahasia di ILC
Kelompok pertama menjaga bagian belakang, kelompok kedua menjaga bagian depan rumah, dan kelompok ketiga yang dipimpin langsung Mukidjan dan Sersan II Raswad masuk ke halaman utama dan masuk rumah.
Mereka langsung berbincang-bincang dengan para pengawal Ahmad Yani dan mengatakan bahwa ada pesan penting dari Presiden.
Saat para pengawal lengah, mereka kemudian disekap dan senjatanya dilucuti.
Saat Letjen Ahmad Yani muncul, Ruswad segera memberitahu bahwa Presiden Soekarno sangat membutuhkan Letjen Ahmad Yani sekarang juga.
Yani kemudian minta izin untuk mandi dan berganti pakaian, namun permintaannya ditolak.
Ketika Yani meminta izin untuk berganti pakaian, hal ini juga ditolak.
Letjen Ahmad Yani geram dan memukul salah seorang di antara mereka.
Yani kembali ke kamar dan langsung menutup pintu kaca.
Plak menandai tempat ketika Yani jatuh setelah ditembak oleh anggota Gerakan 30 September - mantan rumahnya sekarang menjadi museum.
Baca juga: Mengejutkan, Sejarahwan UGM Ungkap Fakta Lain: Film G30S/PKI Cacat Fakta, Begini Penjelasannya
Baca juga: Biodata Amoroso Katamsi Perwira TNI yang Aktif Bermain Peran, Jadi Sosok Soeharto di Film G30S/PKI
Saat itulah, Raswad memerintahkan Sersan Dua Gijadi untuk menembak.
Tujuh peluru menembus kaca dan akhirnya membunuh Yani.
Jenazah Letjen Ahmad Yani kemudian diseret dengan posisi badan dan kepalanya berada di lantai.
Tubuhnya dibawa ke Lubang Buaya di pinggiran Jakarta.
Jasad itu disatukan dengan jenderal yang dibunuh lainnya.