BATAM TERKINI
SINGAPURA Buka Pintu Perbatasan, Apakah Berlaku Untuk Warga Kepri Termasuk Batam?
Singapura mengumumkan akan membuka pintu untuk tiga negara yakni Indonesia, Malaysia dan India. Apakah warga Kepri termasuk Batam bisa masuk?
Penulis: Endra Kaputra |
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Pengumuman pemerintah Singapura yang membuka pintu bagi pendatang dari Indonesia tanpa karantina belum kabar menggembirakan bagi Provinsi Kepri.
Sebab, beleid vaccinated travel lane (VTL) itu baru berlaku untuk pendatang melalui jalur penerbangan ke Changi International Airport.
Selain itu, kebijakan yang berlaku mulai 29 November 2021 itu juga masih sebelah.
Sebab, pemerintah Indonesia masih menutup pintu bagi perjalanan umum dari Singapura karena kasus Covid-19 yang masih tinggi di negara itu.
Menteri Perhubungan Singapura, S Iswaran, dalam jumpa pers multi-kementerian, Senin (15/11/2021) mengatakan, kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan frekuensi penumpang di Bandara Changi dari 6.000 ke 10.000 per hari.
Tiga negara yang diumumkan, yakni Indonesia, Malaysia, serta India, adalah pasar utama bandara tersebut.
Iswaran secara spesifik mengatakan bahwa untuk tahap awal, penumpang dari jalur VTL dari Jakarta ke Singapura akan dilayani melalui dua penerbangan.
Kemudian secara bertahap akan ditingkatkan menjadi empat penerbangan.
Bagi Kepri, kebijakan ini tentu saja belum menjadi kabar baik. Sebab, skema VTL ini tidak berlaku untuk jalur laut, baik dari Bintan atau Batam.
Jika warga Kepri hendak ke Singapura, harus ke Jakarta lebih dulu, baru ke Singapura.
Baca juga: DAFTAR Syarat WNI Bisa Masuk Singapura Tanpa Karantina, Berlaku 29 November 2021
Baca juga: DIHUNI 11 Orang, Kapolda Kepri dan Danrem Kunjungi Pulau Pelampung Batam
Selain itu, Kepri mengharapkan pintu perbatasan kedua negara dibuka agar wisatawan dari negara itu bisa masuk.
Dengan status Singapura yang masih “merah” Covid-19, maka hal ini masih menjadi tanda tanya.
Sama halnya dengan Kepri, beleid VTL Singapura ini juga belum menggembirakan warga negara Malaysia, terutama sekali di sekitar kawasan Johor Bahru.
Sebab, VTL hanya untuk penerbangan Kuala Lumpur-Changi. Sementara, Malaysia sudah lama mengharapkan perbatasan Johor-Singapura dibuka.
Hanya saja, hasil kesepakatan Presiden Joko Widodo dengan Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri di Istana Bogor, Rabu pekan lalu, setidaknya memberi angin segar kedatangan wisatawan asal Malaysia.
Kepala Dinas Pariwisata Kepri Buralimar mengatakan, sebenarnya yang ditunggu oleh daerah adalah jalur VTL melalui laut.
Karena itu, ia berharap pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Long bisa terwujud sehingga kesepakatan terkait kunjungan antarnegara ini bisa diterapkan seperti dengan Malaysia.
"Kita masih menunggu kabar pertemuan Bapak Presiden dengan Perdana Menteri Singapura nanti. Kalau pertemuannya di Bintan, tentu akan lebih baik bagi kita," ucap Buralimar.
Kepri sendiri, kata Buralimar, sudah sangat siap menyambut wisatawan dari Singapura.
Meskipun kasus Covid-19 di negara itu masih tinggi, namun penerapan protokol kesehatan di dua kawasan wisata yang disiapkan untuk uji coba sudah dipersiapkan. Dua kawasan wisata itu adalah Lagoi, Bintan serta Nongsa, Batam.
“Dua kawasan itu terklaster, jauh dari penduduk. Sejak tahun lalu kita siapkan sebagai percontohan untuk wisatawan asing,” katanya.
Berbeda dengan pemerintah Malaysia, VTL belum dibahas oleh pemerintah dari Indonesia dan Singapura secara spesifik. Presiden Joko Widodo dalam wawancara dengan Channel News Asia, Jumat pekan lalu mengatakan, akan bertemu dengan PM Lee Hsien Long untuk membahas lalulintas ke dua negara akhir tahun ini.
Staf Menteri Pariwisata RI, Yuga ketika dihubungi Tribun, kemarin, mengaku belum mendapatkan konfirmasi terkait rencana tersebut.
"Ini belum bisa dikonfirmasi,” katanya.
Anggota DPRD Kepri Rudy Chua juga berharap pertemuan ke dua kepala negara bisa terwujud sehingga mekanisme VTL bisa disusun oleh dua negara bertetangga ini secara bersama-sama.
“Kita ingin tahu polanya bagaimana, terutama sekali pendatang dari luar. Apakah karantina kawasan saja atau harus karantina di hotel tiga hari seperti aturan yang berlaku di Indonesia,” kata Rudy.
Rudy mengingatkan, permalasahan Covid-19 bukan hanya soal pariwisata semata.
Namun yang paling penting adalah bagaimana menjaga agar kasus baru tidak muncul lagi. Hal ini jauh lebih sulit menjaganya.
"Kita tahu bahwa sampai saat ini pandemi belum berlalu. Pemerintah tentu sangat hati-hati dalam membuat kebijakan,” katanya.
Rudy mengatakan, jika karantina kawasan bisa dilakukan, Lagoi dan Nongsa sudah siap menerima wisatawan. Namun, jika masih tetap dengan karantina di hotel selama tiga hari, maka akan sangat berat.
“Mungkin hal inilah yang perlu dibahas antarpemerintahan, yakni karantina kawasan,” katanya. (dra/yan)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google