HUMAN INTEREST
Kisah Sukses Ameng Penjual Teh Tarik Legendaris di Belakangpadang Batam
Kedai Kopi Ameng di Belakangpadang banyak didatangi warga lokal hingga wisatawan gegara teh tariknya. Apa resepnya? Ini kata Ameng
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Nama Ameng mungkin sudah tak asing lagi bagi sebagian besar warga Batam yang suka bepergian ke Belakangpadang.
Pria bernama Ameng (58) ini memang punya kedai kopi di sana yang diberi nama Kedai Kopi Ameng.
Bukan setahun dua tahun, kedai kopi ini sudah cukup lama ada di Belakangpadang.
Lantaran mulai dirintis Ameng sejak usianya masih muda.
Namun seringnya orang luar 'Belakangpadang' datang ke tempat ini karena teh tariknya.
Ada semacam rasa rindu, yang membuat orang ingin balik lagi ke Kedai Kopi Ameng untuk menikmati teh tariknya.
Mungkin itupula yang membuat Ameng menjadi penjual teh tarik legendaris di sana.
Baca juga: Konsul Amerika Serikat untuk Sumatra Temui Gubernur Kepri, Terkesan dengan Teh Tarik
Baca juga: Dapat Bantuan Pusat Rp 3,8 Miliar, TPS Belakangpadang Direvitalisasi Tahun Ini
Saat ini Kedai Kopi Ameng sudah berbentuk bangunan 3 ruko yang dilapisi cat berwarna kuning cerah.
Ada banyak jejeran kursi dan meja. Selain itu kerap ramai didatangi pengunjung setiap harinya.
Lantas, apa yang menjadikan teh tarik di Kedai Kopi Ameng menjadi sangat digemari banyak orang?
Padahal tempatnya terbilang cukup sederhana. Tidak ada ornamen aesthetic dan hiasan kekinian yang disuguhkan di tempat ini, namun kita bisa merasakan kehangatan saat masuk ke tempat ini.
Ada banyak orang yang saling bercengkrama hingga tertawa yang akan kita temukan ditempat ini. Tua, muda, bahkan anak-anak. Terlebih saat pagi hari, banyak dipenuhi oleh pengunjung untuk sarapan pagi.
Penasaran dengan cerita di balik Kedai Kopi Ameng yang digilai masyarakat ini? TribunBatam.id berkesempatan mewawancarai pemiliknya, yaitu Ameng.
Hari itu, Ameng tampak sibuk menyiapkan minuman yang dipesan oleh pelanggannya.
Meski tampak tak lagi muda, Ameng masih terlihat gesit dan cekatan saat meracik teh tarik buatannya.
Bahkan, dirinya masih mampu menarik dua gelas berisikan teh tarik panas dengan sangat lihai. Bagaimana tidak, ia telah menekuninya sejak tahun 1980 silam.
Tanpa basa-basi, TribunBatam.id langsung mengajaknya duduk bersama di satu meja yang sama.
Ameng mengiyakan dengan wajah ramah sesekali tersenyum.
Tak lama, ia pun mulai menceritakan tentang pengalamannya saat mendirikan Kedai Kopinya itu.
Kala itu, sekitar tahun 1980, saat Ameng berusia belasan tahun, Ameng memutuskan untuk merantau ke Pulau Belakangpadang karena alasan ekonomi keluarga yang sangat sulit.
Bahkan, saat itu, katanya, ia belum lulus SMP dan usianya masih sangat belia. Namun ia dituntut keadaan untuk mengadu nasibnya di pulau kecil dan jauh dari keluarga.
Ia memulai perjalanannya menjadi seorang pelayan toko di sebuah toko milik sanaknya.
"Awalnya saya ikut orang (bekerja) jaga toko selama beberapa tahun. Uangnya saya tabung untuk buat kedai kopi kecil-kecilan aja. Karena sepertinya, ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat setempat," ujar pria usia 58 tahun itu.
Saat itu, kedai kopi yang ia miliki bernama Kedai Kopi Santai yang berada di tepi laut. Nama itu dipilihnya mengingat pelanggan kedai kopinya dikunjungi oleh orang-orang yang ingin bersantai, dan bercerita.
Pada awalnya, kedai kopi yang ia dirikan masih kecil-kecilan sangat sederhana. Mengingat, ia masih baru merintis usaha tersebut dengan uang tabungan dari hasil kerjanya dulu.
Ia tak menyangka, bahwa kedai kopinya semakin hari semakin diminati oleh masyarakat setempat. Karena pada masa itu, kedainya bukanlah satu-satunya kedai kopi yang ada di pulau tersebut.
Ada beberapa tempat ngopi lainnya yang juga menjual hidangan serupa.
Saat sudah mulai nyaman dan meraup laba dari hasil kerja kerasnya selama merantau dan berjualan itu, tak lama ia kembali diuji dengan keadaan. Ameng saat itu, terkena musibah dan kedai kopinya terbakar.
"Kejadiannya sekitar tahun 1990-an, sempat tidak berjualan juga selama lebih dari satu tahun untuk membuka kembali dari 0," ujarnya.
Sejak saat itu, ia memutuskan untuk berpindah tempat hingga berdiri di tempat yang sama dengan saat ini, yakni tak jauh dari arah pasar dan Pelabuhan Belakangpadang.
Meski diuji dengan musibah, tak menyurutkan tekat pria keturunan Tionghoa ini untuk berhasil hidup di tanah rantau. Hingga dari musibah itu, ia memutuskan untuk berdiri kembali tanpa ragu.
Ameng menyebut, tak ada resep yang ia bawa dari kampung halamannya untuk meracik teh tarik yang nikmat itu.
Ia mengaku, resep tersebut ia temukan seiring dengan berjalannya waktu saat ia membuat minuman setiap harinya.
Namun, ia mempunyai takaran dan bahan baku khusus untuk menyuguhkan minuman lezat itu. Ia bahkan mengaku bahwa beberapa bahan baku yang ia gunakan ialah bahan baku yang berasal dari negara seberang, yakni Malaysia.
"Untuk teh tarik, ada merek khusus dari Malaysia. Dari dulu tak pernah ganti. Tapi kalau kopi, saya gunakan dari Tanjung Batu, Kundur. Itu yang membedakan dan masih terjaga sampai saat ini," ujarnya.
Meski jauh terkesan dari kata mewah, namun Ameng mengaku selalu menjaga kebersihan kedai kopinya.
Bahkan, Ameng selalu menaruhkan cangkirnya ke dalam air panas sebelum digunakan oleh pengunjung. Itu dilakukannya untuk mensterilkan cangkir dari bakteri ataupun kotoran yang mungkin berada didalam gelas.
Tak sampai di situ, dapur Ameng tampak kinclong meski digunakan untuk meracik ratusan cangkir minuman setiap harinya. Tak ada noda tumpahan air didapurnya.
Sebab, ia selalu membersihkan hingga mengelap seluruh area dapurnya saat setelah meracik minuman.
Kebersihan inilah yang masih ia jaga sampai saat ini, dan akan selalu terjaga sampai kapanpun.
Di usianya yang senja, Ameng masih melayani dan meracik langsung teh tarik yang dipesan pelanggannya. Menurutnya, kebiasaan ini belum bisa ia lepaskan meski telah memiliki beberapa karyawan yang membantunya.
Bahkan, takaran untuk membuat teh tarik tersebut yang mengetahui ialah dirinya dan anaknya. Karyawan hanya membantunya dalam urusan lain seperti mencatat pesanan pelanggan ataupun mengantarkan minuman ke meja pelanggan.
Itulah kenapa, rasa teh tarik Kedai Kopi Ameng masih otentik hingga saat ini. Selain warga setempat, kedai kopi ini juga menjadi daya tarik pelancong dari berbagai daerah khususnya Batam untuk mengunjungi Pulau Belakangpadang tersebut.
Bahkan banyak yang bilang, belum afdol datang ke Pulau Belakangpadang apabila tidak mencicipi teh tarik dari Kedai Kopi Ameng.
Tak jarang, para pejabat publik hilir berganti dan berdatangan untuk sekedar membeli teh tarik ke tempatnya.
Melihat antusiasme dari para pelanggannya itu, Ameng mencetuskan untuk menyediakan teh tarik dengan kemasan botol kaca.
Inovasinya ini yang menjadikan teh tarik miliknya menjadi sebuah buah tangan yang biasa dibawa pulang oleh para pelancong, hingga wisatawan mancanegara seperti Singapura dan Malaysia.
"Mereka juga sering bawa pulang ke negerinya pakai botol kaca ini," tuturnya.
Ameng, yang dulunya hanyalah remaja belasan tahun yang merupakan seorang perantau, kini telah sukses berkat teh tarik buatannya. Dari kedai di depan teras rumahnya, sekarang kedainya sudah berkembang hingga tiga ruko.
Bahkan, dari hasil jerih payahnya itu, Ameng berhasil menyekolahkan anaknya hingga ke Perguruan Tinggi di Bandung.
Ia berharap, anak-anaknya bisa bersekolah tinggi dan tidak merasakan susah sama seperti dirinya dahulu.
Dari cerita Ameng ini, mengingatkan kita untuk selalu gigih dan tidak patah semangat. Selalu ada jalan bagi setiap orang yang mau berusaha.
Bagi yang belum pernah ke Kedai Kopi Ameng, Anda hanya perlu menyeberang selama 15 menit menggunakan boat pancung dari Pelabuhan Sekupang, Batam.
Jangan khawatir, hampir setiap saat, selalu ada transportasi yang akan mengantarkan anda ke Pulau Penawar Rindu ini.
Untuk menyebrang, anda hanya perlu merogoh kocek Rp 16 ribu sekali jalan. Dengan jarak yang tak begitu jauh dan harga transportasi yang tak juga mahal, tempat ini tetap dikejar oleh para penggemar teh tarik oleh hampir seluruh kalangan masyarakat, tak terkecuali kalangan pejabat.
Setelah menyebrangi lautan biru yang dikelilingi banyaknya pulau kecil selama 15 menit, anda akan sampai di pulau tersebut.
Untuk mencari lokasi penjual teh tarik ini, pun lagi-lagi tak akan menguras banyak tenaga anda. Sebab, tempatnya tak jauh dari Pelabuhan Belakangpadang.
Anda hanya perlu berjalan kaki untuk keluar dari pelabuhan tersebut selama 3 menit, lalu anda akan menemukannya tepat di sebelah kanan pelabuhan.
(TRIBUNBATAM.id/Rebekha Ashari Diana Putri)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google