WISATA KEPRI
Pakaian Khas Kepri Sarat Makna dan Pesan Positif Bagi Pemakainya
Berikut sejarah pakaian khas Melayu, Provinsi Kepri yang masih lestari sampai sekarang.
KEPRI, TRIBUNBATAM.id - Budaya khas Melayu tak ada habisnya untuk dikupas.
Identik bernapaskan Islam, budaya Melayu tetap terjaga lestari di Provinsi Kepri.
Mulai dari kuliner, permainan tradisional termasuk adat istiadatnya.
Salah satu yang menarik adalah pakaian khas Melayu atau yang biasa disebut dengan baju kurung.
Pakaian ini biasa dipakai saat hari besar atau ketika menghadiri sebuah acara.
Menurut catatan sejarah, masyarakat Melayu, baik pria maupun wanita dulu hanya mengenakan penutup tubuh bagian bawah.
Lambat laun, gaya busana itu mulai berkembang.
Kaum wanita mulai melilitkan sarung di bagian dada untuk dijadikan kemben.
Baca juga: Mengenal Pernikahan Adat Melayu Kepri, Identik dengan 3 Warna Cerah
Baca juga: Kepri Punya Wisata Air Terkenal, Jadi Pilihan saat Berakhir Pekan

Para pria pun sudah mulai mengenakan celana panjang untuk sehari-hari.
Potongan celana itu menggunakan model 'Gunting Aceh' dengan panjang hanya sedikit di bawah lutut.
Seiring perkembangan zaman, pakaian masyarakat Melayu pun semakin berkembang.
Apalagi dengan adanya arus perdagangan Tiongkok, India, hingga Timur di wilayah Melayu.
Model pakaian para pedagang asing itu juga mulai diadopsi oleh masyarakat Melayu.
Baju Kurung umumnya lebih dikenal dengan Baju Melayu pada model pakaian pria.
Baju ini telah banyak digunakan pada masa kepemimpinan Sultan Muhammad Shah (1424-1444).
Sultan Ketiga Kesultanan Melayu Malaka itu memerintahkan rakyatnya, terutama laki-laki untuk mengenakan baju yang rapi dan bersih saat pergi shalat jumat.
Dulu, baju Melayu dibuat agak pendek dan ketat seperti baju pesilat.
Namun, lama kelamaan dibuat sedikit lebih longgar seperti sekarang.
Bukan tanpa alasan, potongan maju model kurung yang sedikit memanjang menyerupai model tunik ini memiliki filosofi tersendiri.
Baca juga: Pulau Ini Menyimpan Sejarah Kerajaan Melayu, Cicip Juga Kuliner Khasnya
Baca juga: Lokasi Wisata Anambas Ini Instagramable Banget, Dilengkapi dengan Permainan Anak

Melansir situs Dispar Kepri, ketika seseorang memakai baju kurung, maka ia sudah terikat dengan perbagai macam aturan atau rambu-rambu yang seharusnya dipatuhi.
Baju Kurung mengandung makna bahwa orang yang memakainya dikurung oleh adat dan syariat Islam.
Maka, mereka yang mengenakan baju kurung hendaknya memelihara kehormatan dan menjaga aib.
Apabila memakai baju Melayu, duduk jangan membuat malu, tegak jangan mencari seteru, berjalan jangan mengharu biru, bercakap jangan lidah berbulu.
BAJU Kurung Cekak Musang
Baju kurung Cekak Musang berasal dari Telung Belanga, Singapura.
Awalnya, jenis baju ini bernama 'baju Wan'.
Nama itu diambil dari nama seorang penduduk Teluk Belanga, yakni Haji Wan Othman.
Menurut catatan sejarah, dia pernah mengenakan baju kurung jenis cekak musang untuk menghadap raja.
Baju itu sangat indah dengan kancing yang terbuat dari emas dan permata.
Tak pelak, sang Raja terpesona dengan baju yang dikenakan oleh Wan Othman.
Sejak saat itulah baju itu menjadi primadona dan banyak dikenakan oleh anak-anak raja dan pemuka istana.
Baju Kurung Cekak Musang memiliki model leher yang tegak.
Pada belahan depan baju ini dilengkapi dengan tiga, lima, tujuh, hingga sembilan anak kancing.
Kata cekak musang menggambarkan leher baju yang memiliki model cekak dan tinggi dengan panjang 2,5 cm yang melingkari bagian leher.
Bentuk potongan leher ini dipengaruhi oleh budaya India dan Timur Tengah.

Baju ini lebih cocok digunakan untuk acara resmi.
Cara pakainya pun dimasukkan ke dalam kain samping untuk menutupi bagian bawah baju.
Pemakaian seperti itu memberikan kesan formal pada si pemakai.
Ragam wisata di Kepri sebelumnya membuat Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Kepri, Buralimar optimis jika sektor andalan Kepri dalam menyumbang pendapatan daerah kembali bangkit.
Menurutnya, perlu kerja sama dari seluruh elemen untuk memajukan sektor pariwisata Kepri yang sempat terdampak pandemi covid-19.
"Kita harus optimis pariwisata Kepri akan kembali bangkit. Tidak hanya membawa dampak positif untuk perekonomian masyarakat sekitar, namun juga untuk Negara," ujarnya belum lama ini.
Ia juga mengimbau kepada seluruh elemen untuk tetap menjaga protokol kesehatan (prokes) selama pandemi covid-19.
Ini menurutnya penting agar kasus covid-19 tak lagi melonjak yang berdampak pada lesunya sektor pariwisata.
"Sekarang kan sudah lebih baik. Ada beberapa yang sudah dilonggarkan, sudah boleh dibuka. Tinggal penerapan prokesnya yang dijaga," ujarnya.(TRIBUNBATAM.id/Widi Wahyuning Tyas)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google
Berita Tentang Wisata Kepri