KEPRI TERKINI

Mengenal Banjir Rob serta Dampaknya Buat Warga Kepri

Ahli menjelaskan penyebab banjir rob yang menerjang sejumlah wilayah Kepri. Seperti apa dampaknya bagi lingkungan dan masyarakat.

tribunbatam.id/Noven Simanjuntak
Perumahan warga di Jalan Taman Sari Tanjungpinang terendam banjir rob setinggi betis orang dewasa, Rabu, (8/12/2021). 

Hal ini akan berakibat negatif pada industri makanan yang ada di daerah Batam dan seluruh Kepulauan Riau (Kepri).

Sementara rusaknya ekosistem laut yaitu dengan efek ROB yang bisa disebabkan juga oleh pemanasan global, juga dapat menyebabkan ekosistem hayati laut akan terpengaruh.

Contohnya adalah terumbu karang yang dapat terpengaruh bisa menyebabkan stress pada biota asosiasi dan terumbu karang.

Sehingga seluruh ekosistem yang berkembang menjadi usang, akan menyebabkan efek penurunan sektor perikanan.

"Hal ini juga tidak terlepas akan memberikan efek kepada lahan perikanan dalam tambak ikan, udang yang ada di lokasi tersebut," ujarnya.

Zainuddin mengatakan banjir ROB yang terjadi akan mengikuti musim penghujan waktu intensitas hujan yang biasa terdapat pada lokasi geografis Indonesia akan terjadi pada bulan Januari dan Februari 2022.

Baca juga: Banjir Rob di Lingga, Puluhan Warga Desa Batu Berdaun Mengungsi ke Kantor Desa

Baca juga: Air Laut Pasang, Belasan Rumah di Singkep Pesisir Lingga Terendam Banjir Rob

Banjir Rob akan secara linear mengikuti kurun waktu dari musim penghujan yang terjadi di Indonesia.

Hal ini juga nanti akan mengikuti perubahan musim peralihan I ke musim peralihan II.

"Adanya pergerakan angin berasal dari barat laut ke tenggara, mencapai puncaknya pada bulan Desember hingga Februari, yang biasa disebut dengan Musim Barat, dan bisa dikatakan setelah efek La-Nina selesai," katanya.

Penghasilan masyarakat pesisir dengan adanya cuaca saat ini, dan dengan adanya banjir rob.

Sehingga para nelayan tidak dapat melaut dengan mengikuti target dan frekuensi melaut seperti sebelumnya.

Hal ini akan mengakibatkan lemahnya sektor perikanan dan juga produksi perikanan.

Cuaca ekstrem tidak memperbolehkan nelayan melaut kea rah laut lepas, sehingga penangkapan ikan dengan ukuran besar tidak akan bisa dilakukan.

"Masyarakat diimbau untuk selalu waspada dan siaga terhadap estimasi waktu dalam kurun waktu sampai Februari 2022.

Dengan selalu memperhatikan karakteristik perubahan iklim yaitu dengan pendekatan arah angin dan juga suhu yang terdapat di sekitar area pesisir di wilayah Batam-Kepulauan Riau, ketika ingin melaut dan di sekitar pantai," ujarnya.

Efek lanjutan yang perlu diwaspadai dan dipahami yaitu akan terdapat perubahan morfologi pantai, penggerusan atau biasa disebut dengan abrasi, penurunan nutrient di perairan.

Baca juga: Sudah 3 Hari Banjir Rob Rendam Rumah dan Toko di Tanjung Uban Bintan

Baca juga: Banjir Rob Genangi 1.000 Rumah Warga di Pekalongan, Hempasan Ombak Capai 4 Meter

Halaman
123
Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved