BATAM TERKINI
INGIN Diperlakukan Sebagai Manusia, Pengungsi Afghanistan 'Kuasai' Jalan RH Fisabilillah Batam
Sejumlah Pengungsi Afghanistan kembali menggelar aksi unjuk rasa di depan Perumahan Royal Grande Batam Center dan meminta diperlakukan sebagai manusia
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Sejumlah Pengungsi Afghanistan kembali menggelar aksi unjuk rasa di depan Perumahan Royal Grande Batam Center.
Saat menggelar aksi unjuk rasa kali ini, para pengungsi menguasai satu lajur Jalan Raja H. Fisabililah Batam Center tepatnya di depan Perumahan Royal Grande Batam Center.
Pantauan TRIBUNBATAM.id, arus kendaraan yang berasal dari Simpang Gelael menuju Bundaran Madani terlihat macet.
Arus kendaraan tampak diatur oleh Sekuriti Perumahan Royal Grande.
Adapun tujuan aksi yang ketiga kalinya ini, guna menemui para perwakilan International Organization for Migration (IOM), dan mempertanyakan proses pemindahan para pengungsi ke Negara ketiga yakni Australia, Amerika, New Zealand, dan Kanada.
"Tuntutan kami masih sama, kami hanya meminta pertanggungjawaban IOM untuk memberlakukan kami seperti manusia pada umumnya," ujar Ahmad salah satu pengungsi yang ditemui di lokasi, Selasa (18/1/2022).
Menurut Ahmad, tuntutan ini sangat wajar untuk dilontarkan mengingat bahwa selama ini, IOM selalu memanfaatkan bantuan dari UN Refugee Agency (UNHCR).
"Sebenarnya ini bukan masalah uang yang akhirnya setiap bulan mereka beri ke kami. Tapi kami tidak bisa berbuat apa-apa juga. Daripada seperti itu, lebih baik segera urus kepindahan kami seperti janji IOM, saat kami berada di pengungsian saat terjadi perang di negara kami," katanya.
Baca juga: Puskesmas di Batam Bakal Dijadikan Lokasi Vaksinasi Booster, Cegah Lonjakan Omicron
Baca juga: Mulai 2023 Dihapus, Jefridin Dorong 6.437 Tenaga Honorer di Batam Mendaftar ASN dan PPPK
Selama tujuh tahun berada di pengungsian, saat ini seluruh pengungsi sudah masuk ke dalam tahap depresi berat.
Selain tidak dapat melakukan apapun di Indonesia, hingga saat ini banyak para pengungsi akhirnya memilih mengakhiri hidupnya selama berada di pengungsian.
"Di sini kami tidak bisa bekerja, bersosialisasi, memiliki kendaraan, atau berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat. Buat apa kami diberi uang tiap bulan, namun kami seperti dikurung saja," paparnya.
Sementara itu, menanggapi aksi para pengungsi asal Afganistan yang kembali terjadi di perumahan Royal Grande, Chief Security perumahan, Yahya menuturkan bahwa saat ini warga perumahan sudah merasa terganggu.
Hal ini diakibatkan warga perumahan, sulit untuk mengakses gerbang perumahan akibat aksi tersebut.
"Warga sudah mengeluh sebenarnya. Tapi mau bagaimana lagi, mereka juga kan dilindungi Undang-Undang. Dan tiga kali aksi mereka memang tidak pernah memulai pertikaian dengan anggota Security perumahan," katanya.
Walau demikian, pihaknya mengeluhkan tidak adanya partisipasi pihak Kepolisian dalam melakukan pengamanan.