BATAM TERKINI
Penghuni Royal Grande Mulai Terganggu Aksi Pengungsi Afghanistan, Security: Kantor IOM Sudah Pindah
Warga Perumahan Royal Grande Batam mulai mengeluhkan aksi demo pengungsi Afghanistan yang dinilai mulai mengganggu aktivitas mereka.
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Warga Perumahan Royal Grande Batam mulai mengeluhkan aksi demo pengungsi Afghanistan yang sudah dilakukan ketiga kalinya di depan Perumahan tempat mereka tinggal.
Pasalnya, akibat aksi demo itu, aktivitas penghuni perumahan menjadi terganggu karena jalanan kemacetan dan juga terbatasnya akses keluar masuk dari dan menuju perumahan.
Selain itu, kekecewaan warga bertambah dengan tidak hadirnya pihak kepolisian yang datang ke lokasi untuk berjaga atau mengamankan kerumunan tersebut.
Bahkan, ketika jalan raya depan Perumahan Royal Grande macet, sama sekali tidak tampak adanya pengaturan dari polisi lalu lintas.
"Liat sendiri deh, udah macet gini tapi nggak ada polisi lalu lintas yang turun," ujar salah seorang warga, Yanto.
Tampak di lokasi demo, kerumunan pengungsi Afghanistan menempati hampir setengah lajur jalan raya yang ada, sehingga kendaraan kesulitan melintas.
Aksi rombongan pengungsi ini hanya dijaga oleh beberapa sekuriti Perumahan Royal Grande.
"Kami mengerti ini urusan kemanusiaan, tapi setahu kami tidak ada izin untuk aksi ini, tapi sampai sekarang tidak ada polisi yang mengawal," jelas warga lainnya.
Baca juga: BEGINI Kondisi Rumah Korban Kebakaran di Batu Merah Batam, Bangunan Tinggal Puing Rata Tanah
Baca juga: INGIN Diperlakukan Sebagai Manusia, Pengungsi Afghanistan Kuasai Jalan RH Fisabilillah Batam
Diketahui, para pengungsi Afghanistan sengaja menggelar demo beberapa kali di lokasi ini, setelah mendengar informasi bahwa terdapat kantor IOM di dalam Perumahan Royal Grande.
Sementara itu, Chief Security Perumahan Royal Grande, Yahya, mengakui bahwa keberadaan kantor IOM saat ini sudah tidak ada lagi.
"Dulu memang ada kantor IOM di sini, tapi sejak pandemi mereka sudah pindah. Kami juga sudah menjelaskan hal ini ke pendemo," ujar Yahya.
Ia berharap, para pengungsi Afghanistan tidak lagi menggelar demo di depan Perumahan Royal Grande untuk hari-hari selanjutnya.
"Kasihan mereka kepanasan, tanpa hasil. Anggota-anggota saya juga kepanasan karena harus menjaga situasi. Selain itu salah satu akses perumahan juga jadi terpaksa kami tutup," ujar Yahya.
Ingin Diperlakukan sebagai Manusia
Sebelumnya diberitakan, sejumlah pengungsi Afghanistan kembali menggelar aksi unjuk rasa di depan Perumahan Royal Grande Batam Center.
Saat menggelar aksi unjuk rasa kali ini, para pengungsi menguasai satu lajur Jalan Raja H. Fisabililah Batam Center tepatnya di depan Perumahan Royal Grande Batam Center.
Pantauan TRIBUNBATAM.id, arus kendaraan yang berasal dari Simpang Gelael menuju Bundaran Madani terlihat macet.
Arus kendaraan tampak diatur oleh Sekuriti Perumahan Royal Grande.
Adapun tujuan aksi yang ketiga kalinya ini, guna menemui para perwakilan International Organization for Migration (IOM), dan mempertanyakan proses pemindahan para pengungsi ke Negara ketiga yakni Australia, Amerika, New Zealand, dan Kanada.
"Tuntutan kami masih sama, kami hanya meminta pertanggungjawaban IOM untuk memberlakukan kami seperti manusia pada umumnya," ujar Ahmad salah satu pengungsi yang ditemui di lokasi, Selasa (18/1/2022).
Menurut Ahmad, tuntutan ini sangat wajar untuk dilontarkan mengingat bahwa selama ini, IOM selalu memanfaatkan bantuan dari UN Refugee Agency (UNHCR).
"Sebenarnya ini bukan masalah uang yang akhirnya setiap bulan mereka beri ke kami. Tapi kami tidak bisa berbuat apa-apa juga. Daripada seperti itu, lebih baik segera urus kepindahan kami seperti janji IOM, saat kami berada di pengungsian saat terjadi perang di negara kami," katanya.
Baca juga: Puskesmas di Batam Bakal Dijadikan Lokasi Vaksinasi Booster, Cegah Lonjakan Omicron
Baca juga: Mulai 2023 Dihapus, Jefridin Dorong 6.437 Tenaga Honorer di Batam Mendaftar ASN dan PPPK
Selama tujuh tahun berada di pengungsian, saat ini seluruh pengungsi sudah masuk ke dalam tahap depresi berat.
Selain tidak dapat melakukan apapun di Indonesia, hingga saat ini banyak para pengungsi akhirnya memilih mengakhiri hidupnya selama berada di pengungsian.
"Di sini kami tidak bisa bekerja, bersosialisasi, memiliki kendaraan, atau berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat. Buat apa kami diberi uang tiap bulan, namun kami seperti dikurung saja," paparnya.
Sementara itu, menanggapi aksi para pengungsi asal Afganistan yang kembali terjadi di perumahan Royal Grande, Chief Security perumahan, Yahya menuturkan bahwa saat ini warga perumahan sudah merasa terganggu.
Hal ini diakibatkan warga perumahan, sulit untuk mengakses gerbang perumahan akibat aksi tersebut.
"Warga sudah mengeluh sebenarnya. Tapi mau bagaimana lagi, mereka juga kan dilindungi Undang-Undang. Dan tiga kali aksi mereka memang tidak pernah memulai pertikaian dengan anggota Security perumahan," katanya.
Walau demikian, pihaknya mengeluhkan tidak adanya partisipasi pihak Kepolisian dalam melakukan pengamanan.
Yahya mengakui bahwa hingga saat ini, pihaknya telah meminta bantuan pihak Kepolisian, baik secara tertulis dan lisan.
"Contohnya seperti jalan protokol di depan saja. Itu kan sampai macet, namun tidak ada petugas yang mengatur lalu lintas. Terpaksa kita security perumahan yang melakukan hal itu," katanya. (
(TRIBUNBATAM.id/Hening Sekar Utami)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google
Berita Tentang Batam