BERITA CHINA
Ilmuwan China Temukan Virus NeoCov, Tiongkok Sebut Varian Covid Baru Lebih Mematikan
Ilmuwan China mengklaim telah menemukan Virus NeoCov. Tiongkok menyebut jika tingkat infeksi dan kematian disebut lebih tinggi.
TRIBUNBATAM.id - China kembali menjadi sorotan dunia, khususnya terkait kemunculan virus baru.
Salah satu daerah di negara pimpinan Xi Jinping, Wuhan sebelumnya disebut sebagai lokasi kemunculan virus corona atau yang dikenal sebagai covid-19.
Belakangan virus yang telah bermutasi ini sudah menyebar ke sejumlah penjuru dunia, hingga memakan korban jiwa.
Sejumlah negara hingga ahli terus berlomba menemukan obat untuk mengobati orang yang terinfeksi virus ini.
Berbagai klaim obat pun bermunculan, meski tak sedikit juga yang dinyatakan sembuh dari covid-19.
Baca juga: Jangan Sepelekan Flu, Bisa Jadi Itu Gejala Omicron, Ini Kata Ahli
Baca juga: Imlek 2022 dan Ancaman Omicron, Polda Kepri Imbau Tahun Baru China Digelar Sederhana
Mereka menjadi penyintas covid-19 yang banyak juga di antara mereka kembali terpapar virus tersebut.
Tiongkok pun kini mengklaim menemukan virus baru.
Temuan virus baru oleh ilmuwan China ini bahkan diklaim sebagai varian covid baru.
Virus NeoCov atau NeoCov Coronavirus yang ditemukan ilmuwan China juga disebut lebih mematikan.
Melansir The Independent, Sabtu (29/1/2022), NeoCov Coronavirus disebut telah mengancam dengan tingkat infeksi dan kematian yang disebut lebih tinggi daripada jenis virus sebelumnya yang menyebabkan pandemi global, yakni SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
Laporan tersebut mengutip sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal online, BioRxiv pada awal pekan ini, yang diterbitkan para peneliti China dan belum ditinjau sejawat.
Lantas, apa itu NeoCov? Ilmuwan China temukan virus NeoCov berdasarkan sebuah laporan studi baru yang belum ditinjau sejawat.
Namun, virus NeoCov sebenarnya bukan varian baru dari virus corona yang menjadi penyebab pandemi global saat ini.
Baca juga: Oknum Dokter Beri Suntik Vaksin Corona Kosong Melawan, Kini Berstatus Tersangka
Baca juga: 3 Pemain Persebaya Surabaya Positif Covid-19, Begini Penjelasan Resmi Persebaya
Sebaliknya, NeoCov adalah virus yang berasal dari jenis virus corona yang berbeda yang terkait dengan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS-CoV).
Sejauh ini, asal-usul Mers-CoV sendiri tidak sepenuhnya dapat dipahami.
MERS-CoV, selama ini dikenal sebagai virus corona yang ditularkan ke manusia dari unta dromedari (Arab) yang terinfeksi.
NeoCov adalah kerabat dekat virus penyebab infeksi saluran pernapasan Timur Tengah, MERS-CoV dan beredar di antara kelelawar.
Virus tersebut bersifat zoonosis, artinya, virus corona itu ditularkan antara hewan dan manusia, serta dapat menular melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan hewan.
Dalam penelitian yang diterbitkan pada minggu ini, para ilmuwan Wuhan memperingatkan kan bahwa NeoCov atau Neo Covid dapat menyebabkan masalah, jika ditularkan dari kelelawar ke manusia.
Baca juga: Coba Cek 14 Lokasi Vaksinasi Covid-19 di Kabupaten Karimun pada Hari Ini (31/1)
Baca juga: Data 8 Kasus Baru Covid-19 Varian Omicron Batam, Banyak Pelaku Perjalanan Luar Kota
Virus corona tersebut, tampaknya tidak dinetralisir oleh antibodi manusia yang dilatih untuk menargetkan SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19, maupun MERS-CoV.
Studi para ilmuwan China yang mengidentifikasi virus ini sebagai Neo Covid menunjukkan, bahwa ada potensi ancaman NeoCov coronavirus menginfeksi manusia, tetapi sejauh ini tidak ada bukti ada indikasi seberapa menular atau fatalnya virus tersebut.
Tes laboratorium juga menunjukkan bahwa kemampuan virus NeoCoV untuk menginfeksi sel manusia buruk.
"Kita perlu melihat lebih banyak data yang mengonfirmasi infeksi pada manusia dan tingkat keparahan yang terkait sebelum menjadi cemas," kata ahli virus di Universitas Warwick, Profesor Lawrence Young kepada The Independent seperti dikutip Kompas.com.
Studi pra-cetak ini, kata dia, menunjukkan bahwa infeksi sel manusia dengan virus Neo Covid sangat tidak efisien.
Dia menambahkan bahwa apa yang disoroti ini, bagaimana pun juga perlu tetap waspada terkait penyebaran infeksi virus corona dari hewan, terutama kelelawar ke manusia.
Baca juga: Pemko Tanjung Pinang Gesa Capaian Vaksinasi Corona, Berikut Data Capaian Terbaru
Baca juga: Pasca Temuan Omicron Masuk Kepri, Pasien Covid-19 di Batam Tambah 5, Sembuh 8 Orang
"Ini (studi temuan virus NeoCov) adalah pelajaran penting yang perlu kita pelajari yang membutuhkan integrasi yang lebih baik dari penelitian penyakit menular pada manusia dan hewan," jelas Prof Young.
KATA WHO
Para peneliti mengungkapkan bahwa, virus NeoCov yang disebut varian baru Covid ini ternyata masih berkerabat dengan Mers-CoV.
"Mers-CoV telah diidentifikasi pada unta di beberapa negara di Timur Tengah, Afrika dan Asia Selatan," kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
WHO menyebut bahwa secara total, 27 negara telah melaporkan kasus Mers-CoV sejak tahun 2012, dan dilaporkan telah menyebabkan 858 kematian yang diketahui karena infeksi dan komplikasi terkait.
Lebih lanjut WHO menjelaskan bahwa menurut analisis genom virus yang berbeda, diyakini bahwa virus yang ditularkan mungkin berasal dari kelelawar dan kemudian ditularkan ke unta di beberapa titik di masa lalu.
WHO mengatakan 35 persen pasien yang terinfeksi Mers-Covid meninggal, meskipun ini mungkin terlalu tinggi karena kasus-kasus ringan mungkin terlewatkan oleh sistem pengawasan yang ada.
VARIAN Delmicron
Temuan kasus baru sebelumnya muncul oleh ilmuwan di India.
Mereka menyebutnya dengan varian Delmicron.
Baca juga: Gubernur Kepri Gesa Travel Bubble, Minta Pekerja Lagoi & Nongsa Dapat Vaksin Booster Corona
Baca juga: Tuntaskan Vaksinasi Covid-19, 75 Orang Pengurus LAM Batam Divaksin Booster
Saat ini dunia masih dibuat pusing dengan virus corona varia Omicron.
Melansir Deccan Herald seperti diberitakan Kompas.com, Jumat (24/12/2021), Delmicron bukanlah varian baru dari virus corona seperti Alpha, Beta, dan lainnya.
Itu adalah kombinasi dari dua strain yang ada, yakni varian Delta dan Omicron.
Delmicron diketahui merupakan varian ganda dari Covid-19 yang menyebar dengan cepat di AS dan Eropa.
Mengutip laporan anggota gugus tugas Covid-19 Maharashtra India Dr Shashank Joshi, Delmicron telah menyebabkan lonjakan kasus atau tsunami kecil di seluruh AS dan Eropa.
Times of India, Jumat (24/12/2021) melaporkan karena Delmicron merupakan gabungan dari Delta dan Omicron, itu dianggap sangat menular dan dapat menyebabkan gejala yang parah.
Akan tetapi diperlukan lebih banyak penelitian untuk mendapatkan pengetahuan terperinci tentang sifatnya.
Baca juga: BTKLPP Batam Deteksi 8 Kasus Probable Omicron di Kepri Selama Januari 2022
Baca juga: RSKI Covid-19 Galang Tampung PMI Positif Covid-19, Berikut Kondisi Terkini
Sebagai kombinasi Delta dan Omicron, infeksi Delmicron cenderung menunjukkan gejala yang kurang lebih sama dengan varian induknya.
Gejala-gejala umum meliputiv suhu tinggi Batuk terus-menerus, kehilangan atau perubahan pada indra penciuman atau perasa.
Sakit kepala, pilek hingga sakit tenggorokan.
Varian Delta mendominasi dari pertengahan April hingga pertengahan Juni dan terutama bertanggung jawab atas gelombang kedua virus corona yang merenggut jutaan nyawa di seluruh dunia.
Strain virus ini menyebabkan gejala yang parah dan bahkan risiko rawat inap lebih besar.
Selain itu, ketegangan pasca infeksi juga dapat menyebabkan gejala jangka panjang seperti kabut otak, nyeri otot, dan rambut rontok.
Sementara itu varian Omicron, diyakini menyebabkan gejala yang lebih ringan.
Meski cukup menular, namun tidak menimbulkan gejala yang parah dan risiko rawat inap lebih rendah.
Namun, para ahli percaya bahwa varian Omicron dapat melampaui kekebalan yang diberikan oleh infeksi dan vaksinasi alami.
Baca juga: BTKLPP Batam Deteksi 8 Kasus Probable Omicron di Kepri Selama Januari 2022
Baca juga: 18 Orang Kontak Erat dengan Lima Pasien Covid-19 Probable Omicron di Batam Dites PCR
Gejala awal infeksi Omicron diantaranya sakit tenggorokan, sakit kepala dan kelelahan.
Kehilangan bau dan rasa tidak dilaporkan dalam kasus omicron.
KATA WHO
Melansir India Today, Jumat (24/12/2021), meski telah mulai dibicarakan, Delmicron belum dijelaskan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) maupun Pusat Pengendalian Penyakit AS (CDC).
Keduanya belum mengatakan apa-apa seputar klaim varian baru yang disebut Delmicron.
Istilah tersebut muncul setelah dilaporkan oleh Dr Shashank Joshi.
Dr Joshi tampaknya benar-benar berbicara tentang situasi di mana varian Delta dan Omicron menyebabkan lonjakan kasus Covid-19 di wilayah tertentu.
Jadi, ini bukan varian baru dari novel coronavirus tetapi pada dasarnya adalah situasi di mana varian Delta dan Omicron ditemukan hadir pada pasien Covid-19 yang sama atau menyebar dengan cepat di wilayah yang sama.
Baca juga: Anggota DPRD Batam Ini Buka Studio Senam Saat Pandemi Covid-19: Mohon Doa Restunya
Baca juga: Seberapa Bahaya Varian Omicron? Ini 5 Kabar Terbaru tentang Mutasi Virus Corona Itu
Untuk meresmikan sebuah nama varian novel coronavirus, badan kesehatan global PBB mengidentifikasi kemudian memberinya label atau nama.
Nama-nama tersebut dipilih setelah konsultasi yang luas dan tinjauan dari banyak sistem penamaan potensial.
WHO memberikan label untuk varian yang ditetapkan sebagai Variants of Interest atau Variants of Concern.
Perlu disebutkan bahwa meskipun WHO menetapkan nama-nama ini, WHO juga tetap menggunakan nama ilmiah.
Varian Omicron secara ilmiah dijuluki B.1.1.529.(TribunBatam.id) (Kompas.com/Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google
Berita Tentang China
Sumber: Kompas.com