Mengenal Kurikulum Merdeka, Nadiem Makarim Sebut Banyak Dipakai Negara Maju

Nadiem Makarim memperkenalkan Kurikulum Merdeka yang mulai digunakan tahun ajaran 2022/2023. Apa itu?

Dok Kemdikbudristek
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Riset Teknologi (Kemdikbudristek) RI, Nadiem Makarim mengenalkan Kurikulum Merdeka. Apa itu? 

Sebab jenis-jenis aktivitas yang ada dalam kurikulum ini lebih relevan dan banyak memberikan ruang untuk tugas berbasis proyek atau project base.

“Ini adalah skill-skill yang akan dibutuhkan anak itu pada saat dia keluar. Dia harus bisa bekerja secara kelompok. Dia harus bisa menghasilkan suatu hasil karya. Dia harus bisa berkolaborasi dan memikirkan hal-hal secara kreatif,” imbuhnya.

KAKU, Padat dan Membosankan

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim mengungkap sejumlah alasan pemerintah membuat Kurikulum Merdeka.

Pertama, Kurikulum 2013 atau yang di tahun ajaran 2021/2022 ini masih berlaku, tidak fleksibel.

“Dia (guru) tidak bisa memilih sekolah itu mau fokus di bagian mana dulu, karena sangat kaku dan tidak fleksibel,” kata Nadiem secara virtual, Jumat (11/2/2022).

Kemudian, Nadiem mengatakan materi pembelajaran di kurikulum saat ini terlalu padat.

Menurutnya, hal itu kerap menjadi keluhan para peserta didik. Kepadatan materi, lanjut dia, juga membuat kurangnya waktu untuk melakukan pembelajaran yang mendalam.

“Kami sudah mendengar komplain dari anak-anak kita, di masa pandemi khususnya, materi ini terlalu padat, tidak cukup waktu untuk melakukan pembelajaran yang mendalam,” ucapnya.

Lebih lanjut, Nadiem mengatakan setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda. Apabila materi pembelajaran terlalu padat, hal itu akan membuat siswa yang tertinggal justru semakin ketinggalan.

Baca juga: Nadiem Makarim Ditemui Megawati Tak Sendiri, Sejumlah Petinggi PDIP Ikut Dampingi, Apa Dibicarakan?

Baca juga: Nadiem Wajibkan Sekolah Tatap Muka Terbatas, Usai Vaksinasi Para Guru Rampung

Ketiga, Nadiem mengatakan, materi pembelajaran yang ada saat ini membosankan dan kurang beragam.

“Materi kita kadang-kadang membosankan, kurang beragam, sehingga guru tidak punya banyak toolkit untuk mengembangkan pembelajaran kontekstual,” kata dia.

Kemudian, ia juga mengatakan, teknologi digital belum digunakan secara optimal untuk pembelajaran.

Atas dasar itu, kemudian Kemendikbud Ristek membuat kurikulum baru yang dirancang lebih fleksible serta fokus ke materi yang esensial.

Kemendikbud Ristek juga akan memberikan dukungan digital berupa aplikasi yang akan menjadi referensi bagi guru dalam mengembangkan praktek mengajar secara mandiri dan berbagi praktek lain.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved