China Bersikap Hadapi Konflik Rusia vs Ukraina, Vladimir Putin Minta Pasukan Nuklir Siaga
China bersikap terkait konflik Rusia dengan Ukraina. Sebelumnya Vladimir Putin menyebut jika Tiongkok merupakan mitra strategis mereka.
TRIBUNBATAM.id - Perseteruan antara Rusia dan Ukraina semakin memanas.
Kedua negara mengklaim saling melancarkan serangan.
Data pasti mengenai berapa korban jiwa belum diketahui secara rinci.
Namun yang pasti, langkah Rusia melancarkan 'operasi militer khusus' ke Ukraina setelah Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pasukan militernya bergerak sejak Kamis (24/2/2022).
Putin mengatakan operasi itu bertujuan untuk melindungi orang-orang yang 'menjadi sasaran genosida' oleh Kyiv dan untuk 'demiliterisasi dan denazifikasi' Ukraina.
Dia meminta tentara Ukraina untuk meletakkan senjatanya.
Baca juga: Mendag Sebut China Punya Andil Naiknya Harga Kedelai Indonesia Selain Faktor Cuaca
Baca juga: TEGAS, FIFA Larang Rusia Kibarkan Bendera dan Lagu Kebangsaan di Pertandingan Internasional
Sebelumnya, Putin telah berbicara dengan para pejabat tinggi, menyebut hal tersebut adalah efek dari pernyataan agresif dari pejabat tinggi anggota NATO.
Vladimir Putin sejak awal mengingatkan sejumlah negara untuk tidak ikut campur mengurusi kepentingan negaranya.
Bahkan Presiden Rusia itu memerintahkan pasukan pencegah nuklir Rusia dalam siaga tinggi, pada Minggu (27/2/2022).
Sejumlah negara barat sebelumnya bereaksi atas langkah yang ditempuh Rusia terhadap Ukraina dengan menjatuhkan sanksi keuangan yang keras terhadap Rusia.
Lalu seperti apa sikap China terkait konflik Rusia dan Ukraina?
Negara yang kini dipimpin oleh Presiden Xi Jinping diketahui merupakan mitra strategis Rusia.
Ini sebelumnya disampaikan Presiden Rusia, sekaligus membalas pernyataan bertubi-tubi oleh Amerika Serikat (AS) dan sekutu yang menyerang Negeri Tirai Bambu.
China dilaporkan menentang sanksi terhadap Rusia, seperti yang telah dijatuhkan Barat atas operasi militer di Ukraina.
Dilansir dari situs AA, Senin (28/2/2022) China menentang sanksi ilegal apa pun yang merugikan hak dan kepentingan sah Rusia seperti dikatakan juru bicara Kementerian Luar Negeri, Wang Wenbin dalam konferensi pers di Beijing.
Baca juga: Presiden Rusia Vladimir Putin Targetkan Kemenangan Pada 2 Maret Atas Ukraina
Baca juga: Akankah Perang Rusia - Ukraina Berlanjut? Perundingan 2 Negara Jadi Penentu
“AS telah memberlakukan lebih dari 100 sanksi terhadap Rusia sejak 2011, tetapi ini bukan cara yang mendasar dan efektif untuk menyelesaikan masalah,” katanya seperti diberitakan Tribunnews.com.
Wang mengatakan China percaya kedaulatan dan integritas teritorial semua negara harus dihormati dan Piagam PBB harus ditegakkan bersama.
Dalam referensi yang jelas ke NATO, Wang menyerukan 'mekanisme keamanan yang seimbang, efektif dan berkelanjutan di Eropa'.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan solusi diplomatik untuk krisis Ukraina belum sepenuhnya tertutup dan bahwa China akan terus mendorong dialog dan solusi damai.
Tentara Rusia Menyamar Kenakan Seragam Ukraina
Sebelumnya tentara Ukraina disebut telah menembak mati tentara Rusia yang menyamar mengenakan seragam Ukraina.
Sebuah laporan menyebut penyamaran tersebut merupakan taktik terbaru.
Tampak dalam sebuah foto terdapat truk militer Ukraina dan mayat mengenakan seragam militer Ukraina di sebelahnya, diduga sebenarnya orang Rusia yang menyamar.
Pasukan Ukraina dilaporkan telah membunuh sejumlah tentara yang menyamar saat ibu kota Ukraina, Kiev, dikepung pasukan Vladimir Putin, dikutip Tribunnews dari The Sun, Jumat (25/2/2022).
Saat pengepungan di Kiev, warga juga didesak untuk mengangkat senjata, membuat bom-bom molotov, dan menggunakan drone komersial untuk mempertahankan rumah mereka.
Kini, sekitar 18.000 senjata telah dibagikan kepada penduduk Ukraina.
Baca juga: Persaingan China-Amerika Serikat Kian Nyata, Negeri Panda Dalam Diam Rambah Bisnis Metaverse
Baca juga: Dampak Perang Rusia-Ukraina, 14 Negara Berpotensi Terdampak jika Konflik Berkelanjutan, Indonesia?
Sementara, dilaporkan juga terdapat suara tembakan dilaporkan terdengar di sekitar Kiev, pertempuran terjadi di distrik Oblonon, dan pusat kota.
Terdapat laporan tentang seorang pria berpakaian sipil yang membawa AK-47 di pusat kota.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy telah memperingatkan tentang ancaman dari kelompok subversif di kota.
Menurut Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, lebih dari 130 orang, termasuk warga sipil, sejauh ini telah tewas.
Dikhawatirkan pasukan khusus Rusia dapat mencoba untuk menabur kekacauan dan mengambil pejabat kunci untuk membuka jalan bagi invasi.
Penyerang lain mungkin adalah sebuah sabotase atau sel tidur Rusia yang setia kepada Putin, dan telah menunggu di Ukraina untuk serangan itu.
Zelenskyy memperingatkan bahwa dia masuk dalam daftar nomor satu target pembunuhan oleh Putin.
Baca juga: Dampak Perang Rusia-Ukraina, 14 Negara Berpotensi Terdampak jika Konflik Berkelanjutan, Indonesia?
Baca juga: China - Rusia Makin Mesra, Serang Balik NATO Pimpinan Amerika Serikat Ihwal Ukraina
Sementara itu, AS mengatakan bahwa Putin mungkin berusaha untuk 'memenggal' pemerintah Ukraina.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah memerintahkan agar senjata nuklir Rusia disiapkan untuk meningkatkan kesiapan peluncuran.
Hal ini pun menambah ketegangan di tengah perang panas invasinya ke Ukraina seperti dikutip dari WGN9.
Dia mengatakan kepada menteri pertahanan Rusia dan Kepala Staf Umum Militer untuk menempatkan pasukan pencegah nuklir dalam pasukan khusus tugas tempur.
"Negara-negara Barat tidak hanya mengambil tindakan tidak bersahabat terhadap negara kita di bidang ekonomi, tetapi pejabat tinggi dari anggota NATO terkemuka membuat pernyataan agresif mengenai negara kita," kata Putin dalam komentar yang disiarkan televisi.(TribunBatam.id) (Tribunnews.com/Mikael Dafit Adi Prasetyo/Garudea Prabawati)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google
Berita Tentang China
Sumber: Tribunnews.com