LINGGA TERKINI

Ini Asal Tanah Daik yang Dibawa Gubernur Kepri ke IKN: Bekas Tapak Istana Damnah

Tanah Daik yang dibawa Gubernur Kepri Ansar Ahmad ke IKN berasal dari bekas tapak Istana Damnah, bangunan peninggalan zaman Kesultanan Riau-Lingga

Penulis: Febriyuanda | Editor: Dewi Haryati
istimewa untuk Tribun Batam
Puing-puing dari bangunan Istana Damnah. Tanah dari lokasi inilah yang dibawa Gubernur Kepri Ansar Ahmad saat ke titik nol IKN, baru-baru ini 

LINGGA, TRIBUNBATAM.id - Ada cerita di balik kehadiran Gubernur Kepulauan Riau (Kepri) Ansar Ahmad di titik nol, lokasi pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur, Senin (14/3/2022) lalu.

Terdapat 34 perwakilan provinsi yang hadir saat prosesi penyatuan tanah dan air, yang dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.

Masing-masing perwakilan provinsi, sebelumnya diminta membawa 2 kilogram tanah dan satu liter air.

Khusus Provinsi Kepri, Gubernur Ansar membawa tanah yang berasal dari Daik, Kabupaten Lingga.

Diketahui tanah Daik yang diambil itu berasal dari tanah Situs Istana Damnah di Kampung Damnah.

Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Lingga, Azmi mengatakan, permintaan tanah tersebut langsung dari Gubernur Kepri melalui Disbud Kepri.

"Sesuai dengan kesepakatan pemuka-pemuka masyarakat melalui rembuk bersama Gubernur, maka ditetapkanlah bahan untuk titik nol di IKN diambil dari tanah Daik, Kabupaten Lingga, Bunda Tanah Melayu," kata Azmi kepada TribunBatam.id, Rabu (16/3/2022).

Ia mengungkapkan, Pemerintah Kabupaten Lingga merasa terharu dan bergembira lantaran ini menjadi ukiran sejarah bagi Kabupaten Lingga.

Baca juga: Melihat Wisata Sejarah Situs Istana Damnah Kepri, Jadi Saksi Kejayaan Kerajaan Riau Lingga

Baca juga: Mengenal Istana Damnah di Lingga, Dulu Megah pada Masanya, Kini Hanya Tersisa Reruntuhan

"Bahwa begitulah penghargaan dari Provinsi Kepri kepada kita, Bunda Tanah Melayu. Dengan diambilnya tanah dari Daik, tentu akan menjadi cerita bagi anak cucu kita nanti," ucapnya.

Sebelumnya, Azmi telah melakukan diskusi dan meminta masukan kepada pihak Zuriat Sultan yang ada di Daik.

Selain itu, ia juga menyuruh pemerhati sejarah Lingga, Lazuardy bersama perwakilan Zuriat untuk mengambil tanah tersebut.

"Pengambilan tanah itu sudah kami diskusikan bersama. Pada 10 Maret 2022 sekira pukul 09.00 WIB tanah itu kami ambil,"

"Tanah pertama yang kami ambil di tangga sebagai pintu masuk kerajaan dan kedua di tempat Balai Bertitah Sultan," jelas Lazuardy dari Tim Dinas Kebudayaan Lingga.

Lazuardy menjelaskan, saat pengambilan pun dirinya bersama perwakilan Zuriat mendahulukan dengan adab dan cara yang sopan.

"Kami mendahuluinya dengan salam, tabik, bershalawat dan doa keselamatan yang dipimpin oleh perwakilan Zuriat, yakni Hariansyah," ungkapnya.

Ia menjelaskan lagi, bahwa tanah itu diambil di lokasi struktur cagar budaya bekas tapak Istana Damnah dibangun pada tahun 1860, semasa Kesultanan Lingga-Riau Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah II (1857-1883).

sisa bangunan Istana Damnah
sisa bangunan Istana Damnah (situs Disbud Kepri)

Pembangunan itu juga dibantu oleh Yang Dipertuan Muda Riau kd X, Raja Muhammad Yusuf al- Ahmadi beserta pemaisurinya/istri Tengku Embung Fatimah (1883-1885).

"Tanah ini diambil di lokasi balai bertitah (Singgasana) tempat balai Pemerintahan Sultan yang merupakan balai bagian bekas Istana Sultan Lingga-Riau terakhir di Daik-Lingga Kabupaten Lingga Bunda Tanah Melayu," jelasnya.

Istana Damnah, tahta pemerintahannya diteruskan oleh Tengku Embung Fatimah sebagai pemerintahan sementara.

"Lalu dilantiklah dan dinobatkan Anandanya Raja Abdul Rahman menjadi Sultan Lingga-Riau pada Tahun 1875 dengan gelar Sultan Abdulrahman Muazzam Syah (1885-1911) merupakan Sultan Lingga-Riau terakhir," ucapnya.

Sejarah Situs Istana Damnah

Sementara itu, Situs Istana Damnah kini menjadi objek wisata sejarah di Kabupaten Lingga.

Letaknya berada di Kampung Damnah, Daik, Kecamatan Lingga, yang agak jauh dari pusat.

Istana Damnah kini hanya meninggalkan puing-puing atau bekas struktur-struktur yang masih ada.

Hal ini membuat Pemerintah Provinsi Kepri membangun sebuah Replika Istana Damnah, sebagai gambaran menyerupai yang aslinya.

Dengan pembangunan replika ini, tentu sejarah Istana Damnah menjadi hal yang penting untuk diketahui.

Pemerhati Sejarah dan Budaya Lingga, Lazuardy menyebutkan bahwa Istana Damnah Dibangun pada masa Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah II.

Beliau bertahta di Kerajaan Riau Lingga pada tahun 1857 hingga 1883 M.

Bangunan Replika Istana Damnah di Ibukota Daik, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri
Bangunan Replika Istana Damnah di Ibukota Daik, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri (ISTIMEWA)

Tepatnya ini dibangun pada tahun 1860 M untuk dijadikan kediaman Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah II, sebagai tempatnya memimpin kerajaan.

Dalam pembangunan Istana Megah ini, Lazuardy menerangkan bahwa saat itu Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah II dibantu oleh Raja Muhammad Yusuf Al Ahmadi.

Beliau adalah Yang Dipertuan Muda Riau X pada masa periode 1857 sampai 1899 M.

"Bangunan ini adalah saksi sejarah, di mana Sultan pernah bertahta di kawasan ini," ujar Lazuardy kepada TribunBatam.id.

"Jadi Istana Damnah ini tempat Balairung bertitah, ada Balairung sri, dan di belakang ada Balai peraduan dan sebagainya, banyak. Lebih kurang ada 7 bangunan yang ada di Istana Damnah," sambungnya.

Hingga kini bangunan Replika Istana Damnah ini difungsikan sebagai tempat untuk melakukan acara adat dan budaya di Lingga.

Tidak ada aturan khusus mengenai jam buka ataupun tutup di lokasi ini.

Namun, pengunjung harus meminta izin dari tokoh masyarakat setempat atau Dinas Kebudayaan Lingga saat ingin memasukinya.

Adapun waktu kunjungan biasanya disesuaikan dengan waktu senggang penduduk. Yakni antara pukul 09.00 WIB hingga 17.00 WIB.

Akses Jalan ke Situs Istana Damnah

Pengunjung dari luar daerah bisa menggunakan moda transportasi udara menggunakan pesawat Susi Air jika ingin datang ke objek wisata sejarah ini.

Dari Kota Tanjungpinang, jadwal Susi Air ke Lingga ada dua jadwal.

Pada Senin pesawat lepas landas pada pukul 11.55 WIB dan sampai di Bandara Dabo Singkep pada pukul 12.40 WIB.

Sementara pada Kamis, pesawat lepas landas pada pukul 14.35 dan sampai pada pukul 15.20 WIB.

Penumpang akan dikenakan biaya hanya Rp 344.400 setiap penerbangan.

Sama halnya dari Batam juga terdapat dua jadwal, yakni pada Selasa dan Jumat.

Pada Selasa pesawat akan lepas landas pada pukul 12.30 WIB hingga 13.30 WIB.

Begitu pun pada Jumat.

Pengunjung dari Batam ke Bandara Dabo Singkep akan dikenakan biaya Rp 321.300.

Untuk pengunjung dari Batam dan Tanjungpinang yang tiba di Dabo Singkep, bisa melanjutkan perjalanan darat untuk menuju Pelabuhan Jagoh, Kecamatan Singkep Barat.

Di sana pengunjung membutuhkan waktu 15 menit untuk menuju Ibu Kota Daik.

Sementara jika menggunakan moda transportasi laut, bagi pengunjung dari Batam, penumpang bisa melewati akses di Pelabuhan Telaga Punggur, dengan kapal Ferry Batam ke Lingga berangkat setiap pukul 10.30 WIB.

Ada kapal ferry yang biasanya berangkat setiap hari, baik itu menggunakan kapal Ferry Putra Maju 08 dan juga Ocean Dragon 5.

Para penumpang dikenakan biaya tiket sekitar Rp 240 ribu, untuk setiap keberangkatan.

Untuk para pengunjung yang mau berhemat, bisa menggunakan Kapal Roro di Pelabuhan Telaga Punggur, dengan biaya tiket hanya Rp 66 ribu.

Pengunjung juga bisa membawa kendaraan menggunakan Kapal Roro, baik itu roda dua dan empat dengan tarif tiket tambahan.

Para penumpang yang dari Batam akan tiba di Pelabuhan Jagoh sekira 4 hingga 5 jam perjalanan.

Namun harus turun terlebih dahulu, untuk menggunakan kapal dari Tanjungpinang yang berada di lokasi yang sama, untuk berangkat langsung menuju Ibukota Daik.

Pengunjung juga bisa langsung mengambil rute dari Pelabuhan Punggur ke Pelabuhan Sungai Tenam di Lingga, dengan memakan waktu 3 hingga 4 jam perjalanan.

Namun harus menempuh perjalanan darat ke Ibukota, dengan memakan waktu lebih kurang 40 menit.

Sementara, untuk penumpang dari Kota Tanjungpinang bisa melewati akses dari Pelabuhan Sri Bintan Pura yang menggunakan kapal Ferry yang berangkat setiap harinya.

Ada dua kapal Ferry dengan tujuan Lingga yang berangkat pada pukul 08.30 WIB, 11.00 WIB dan 11.30 WIB.

Untuk ongkos ferry dari Tanjungpinang, penumpang bisa menyiapkan biaya tiket Rp 170 hingga Rp 190 ribu.

Selain itu, penumpang juga bisa menggunakan akses dari Pelabuhan Roro Dompak, sesuai jadwal.

Biasanya dengan tarif tiket per orang Rp 50 ribu.

Namun jika ditambah kendaraan roda dua dan penumpang dengan harga tiket sekitar Rp 186 ribu. (TribunBatam.id/Febriyuanda)

Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved