INFO CUACA
Info Cuaca BMKG di Tanjungpinang dan Bintan 3 Hari ke Depan hingga 24 Maret 2022
BMKG Raja Haji Fisabilillah merilis prakiraan cuaca wilayah Tanjungpinang dan Bintan 3 hari ke depan dari 22-24 Maret 2022. Ini penjelasannya
Penulis: Novenri Halomoan Simanjuntak | Editor: Dewi Haryati
TANJUNGPINANG, TRIBUNBATAM.id - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Raja Haji Fisabilillah (RHF) Tanjungpinang kembali memprakirakan cuaca wilayah Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau (Kepri) untuk tiga hari ke depan.
Analisis dinamika, suhu muka laut (Sea Surface Temperature atau SST) per tanggal 20 Maret 2022 di sekitar Perairan Kepulauan Riau khususnya di Perairan Pulau Bintan umumnya masih dalam kondisi yang hangat berkisar antara 29 - 30°C dan anomali SST cenderung positif di wilayah perairan Kepulauan Riau yang bernilai antara 0.0 s.d. 1.0°C
Indeks ENSO terupdate masih bernilai -0.80 dan dalam kondisi La Nina Lemah, sehingga dapat memberikan dampak terhadap peningkatan aktivitas konveksi di wilayah Indonesia, namun kondisi tersebut kurang berpengaruh di wilayah Kepulauan Riau. Diprakirakan kondisi mulai berangsur netral pada April - Juni 2022.
"Indeks Dipole Mode (DMI) terupdate masih bernilai -0.18 dalam kondisi netral. Diprakirakan kondisi cenderung netral - negatif pada April - Juli 2022. Kondisi tersebut tidak berpengaruh terhadap peningkatan suplai uap air dan aktivitas konveksi di wilayah Indonesia bagian barat," ujar prakirawan BMKG Tanjungpinang, Arifah Dwi Yuliani, Selasa (22/3/2022).
Ia menyebutkan, analisis per tanggal 20 Maret 2022 menunjukkan MJO aktif di fase 3 dan diprediksi tetap aktif hingga pertengahan dasarian III Maret 2022, yang mengindikasikan pada kondisi tersebut memberikan cukup pengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan awan konvektif di Indonesia terutama di wilayah Barat Indonesia termasuk Kepulauan Riau.
Prakiraan dasarian II - III Maret 2022, aliran massa udara di wilayah Indonesia diprediksi masih akan didominasi oleh angin baratan dan pola belokan angin (Shearline) masih sering terjadi di wilayah Kepri, serta pola siklonik diprediksi terjadi di utara Kalimantan.
Angin Monsun Asia diprediksi masih cukup dominan hingga bulan April terutama di wilayah utara ekuator, kemudian diprediksi melemah pada bulan Mei – Juni 2022.
Baca juga: Masih Ada Pedagang di Tanjungpinang Jual Minyak Goreng Curah di Atas HET
Baca juga: Sambut Ramadhan, Kopdar Kepri Targetkan 500 Kantong Darah untuk PMI Tanjungpinang
"Kondisi ini mendukung untuk pembentukan awan di wilayah utara Indonesia termasuk wilayah Pulau Bintan dan sekitarnya," terangnya.
Untuk prakiraan kelembapan udara lanjutnya, relatif (relative humidity) di wilayah Pulau Bintan dan sekitarnya dasarian II - III Maret hingga dasarian I April 2022 untuk lapisan permukaan umumnya di berkisar 80-85%. Sedangkan untuk lapisan 850 dan 700 mb berkisar 75-80%.
Kondisi tersebut mengindikasikan adanya ketersediaan pasokan uap air yang cukup di wilayah Pulau Bintan dan sekitarnya sehingga mendukung pertumbuhan awan konvektif penghasil hujan.
"Untuk peringatan dini yang harus diwaspadai, munculnya awan Cumulonimbus (Cb) yang dapat menyebabkan terjadinya hujan ringan - sedang secara tiba-tiba dengan disertai petir/angin kencang," ungkapnya.
Diterangkannya, berdasarkan analisis dinamika atmosfer pengaruh fenomena cuaca skala global (ENSO, dan IOD) tidak berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas konveksi di wilayah Pulau Bintan dan sekitarnya.
MJO yang aktif di fase 3 memberikan cukup pengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan awan-awan konvektif di Indonesia terutama sebelah Barat Indonesia, termasuk Kepulauan Riau.
"Nilai SST yang hangat dengan anomali SST cenderung positif berperngaruh terhadap konvektifitas dan peningkatkan pasokan uap air ke atmosfer yang dapat mendukung pertumbuhan awan konvektif di wilayah Pulau Bintan," jelasnya.
Fenomena cuaca skala lokal berupa adanya belokan angin (shearline) dan pola siklonik masih berpotensi terjadi di sekitar wilayah Kepulauan Riau. Selanjutnya, kondisi kelembaban atmosfer pada lapisan bawah hingga menengah yang diprakirakan relatif cukup basah mendukung adanya ketersediaan pasokan uap air di wilayah Pulau Bintan.