HUMAN INTEREST
JADI Tukang Sapu Demi Hidupi Keluarga, Yustina Sangat Menantikan THR dari Pemko Batam
Yustina, rela kepanasan tiap hari tanpa libur dengan menjadi penyapu jalanan demi bisa bertahan hidup bersama keluarganya. Kini dia berharap dapat THR
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Bulan puasa tidak menjadi halangan bagi para tukang sapu untuk tetap menjalankan tugasnya, menjaga kebersihan di jalan-jalan Kota Batam, dengan sepenuh hati.
Tak peduli panas terik atau gerimis, para petugas kebersihan itu tetap sigap menyusuri jalanan Kota Batam dengan mata jeli.
Mereka bekerja memungut sampah dan menyapu dedaunan kering di sekitarnya, menggunakan sapu dan serokan yang sudah seperti alat tempur bagi mereka.
Sebagian tukang sapu jalan di Batam ini terdiri dari kaum ibu-ibu.
Beberapa di antaranya adalah tulang punggung keluarga, contohnya seperti Yustina.
Wanita berusia 56 tahun ini sudah 8 tahun menggeluti pekerjaan sebagai penyapu jalan.
Sebelumnya, ia biasa membersihkan sepanjang jalan KDA, Batam Center, kini ia ditugaskan menyapu sudut-sudut Lapangan Engku Putri.
Ia mengerjakan tugas itu bersama dua rekan kerjanya yang juga merupakan ibu-ibu tangguh yang tak kenal lelah.
Baca juga: TERUNGKAP! Begini Cara Sopir Bimbar Melansir Solar hingga 1,1 Ton dari SPBU di Batam
Baca juga: Kumpulkan 1,1 Ton Solar dari SPBU di Batam, Ternyata 3 Supir Bimbar Kantongi 41 Kartu Brizzi
Meski tetap bekerja, namun, Yustina mengaku sempat tidak menjalankan ibadah puasa selama beberapa hari.
Sebab ia merasakan, bekerja sambil berpuasa memang menjadi suatu tantangan berat.
Seringkali ia merasa lemas dan tidak bertenaga.
"Saya puasa, tapi di awal-awal bulan agak lemas karena sambil kerja juga," ujar Yustina.
Pekerjaan sebagai penyapu jalan dilakukannya tanpa libur satu hari pun, meski jadwal kerjanya saat ini sudah dikurangi, menjadi hanya 5 sampai 7 jam saja.
Sejak pagi-pagi sekitar pukul 6:00 WIB ia sudah mulai menjalankan tugasnya, dan baru selesai sekira pukul 11:00 WIB atau 13:00 WIB siang.
Walaupun sudah berumur, Yustina mengaku tetap berusaha menjalankan pekerjaannya semaksimal mungkin.
Pasalnya, pekerjaan ini merupakan satu-satunya sumber penghasilan bagi keluarganya. Sejak beberapa tahun belakangan, suaminya yang hampir menginjak usia 60 tahun sudah tidak lagi bekerja.
"Harapannya saya bisa panjang umur dan tetap bekerja untuk keluarga," ujar Yustina.
Sang suami yang sebelumnya bekerja membersihkan taman, sudah berhenti dari pekerjaannya karena memasuki usia pensiun.
Dengan demikian, Yustina adalah satu-satunya tulang punggung keluarga.
Padahal ia memiliki dua anak. Anaknya yang terkecil masih menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
"Suami udah nggak kerja, anak saya dua, yang bungsu SMP, dan yang tertua sebentar lagi mau menikah," jelas Yustina yang kini tinggal di ruli Kampung Belian, Batam Center itu.
Kendati tidak mencapai Upah Minimum Kota (UMK), Yustina tetap bersyukur ia masih bisa merasakan gaji yang setiap bulan dibayarkan.
Gajinya yang sebesar Rp 3.300.000 itu, baginya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya secara sederhana.
Selain gaji, ia juga mendapat tunjangan PKH.
Di bulan Ramadan tahun 2022 ini, Yustina juga sangat mengharapkan adanya Tunjangan Hari Raya (THR) dari Dinas Lingkungan Hidup Pemko Batam, instansi tempatnya bekerja.
THR itu, apabila berhasil didapatnya, akan ia gunakan untuk rekreasi bersama keluarganya.
Perempuan asal Kediri, Jawa Timur, itu mengaku tidak sempat mudik pada Lebaran tahun ini.
Ia memilih untuk menghabiskan waktu jalan-jalan bersama keluarga merayakan hari Lebaran di Kota Batam.
Agar harapannya terpenuhi, kehadiran THR ini pun menjadi hal yang cukup dinanti-nantikan olehnya.
"Tahun sebelum-sebelumnya kami nggak dapat THR. Tahun 2021 ada, tapi hanya Rp 2 jutaan. Tahun ini katanya akan turun sesuai gaji, mudah-mudahan," harap Yustina sambil kembali melanjutkan pekerjaannya menyapu Lapangan Engku Putri, Batam Center. (TRIBUNBATAM.id/Hening Sekar Utami)