INDONESIA Larang Ekspor CPO, Makin Perburuk Gejolak Harga Pasar Minyak Nabati Dunia
Larangan ekspor minyak kelapa sawit oleh Indonesia menambah gejolak pasar minyak nabati global yang telah mencapai rekor harga tertinggi tahun ini.
Tahun lalu, kekeringan telah memangkas panen canola di Kanada, sedangkan Eropa juga dihadapkan pada masalah kerusakan tanaman, yang membuat pasokan minyak canola untuk tahun ini berkurang.
Minyak nabati keempat , bunga matahari juga sedang dilanda masalah akibat konflik Rusia dan Ukraina.
Dua negara itu menyumbang sekitar 55 persen produksi minyak biji matahari global dan memenuhi 76 persen dari ekspor dunia.
Presiden Jokowi, Jumat lalu mengungkapkan alasan menyetop ekspor CPO dan terunannya, termasuk minyak goreng.
Tingginya harga migor di pasar internasional membuat produsen minyak goreng cenderung ingin ekspor ke luar negeri ketimbang memasarkan di dalam negeri.
Berbagai upaya untuk mengurangi ekspor yang dilakukan pemerintah memang gagal.
Pemerintah menaikkan HET (harga eceran tertinggi) agar pengusaha mau membanjiri pasar migor.
Namun, upaya itu juga tidak membuahkan hasil.
"Di pasar saya lihat minyak curah banyak yang belum sesuai dengan HET yang kita tetapkan, artinya memang ada permainan," katanya.
Kewajiban perusahaan sawit untuk memasarkan 20 persen produksinya untuk pasar domestik juga cenderung dikangkangi. Meskipun tidak disampaikan dalam pernyataannya, terungkapnya permainan izin ekspor antara pengusaha sawit dengan pejabat tinggi Kementerian Perdagangan diduga menjadi salah satu pemicu pemerintah menghentikan ekspor minyak sawit.
"Dalam rapat saya putuskan melarang ekspor bahan baku minyak goreng dan minyak goreng mulai Kamis 28 April 2022 sampai batas waktu yang ditentukan," kata Jokowi, Jumat lalu. (Yan/ktn/tribun network)