HUMAN INTEREST

KISAH Sumiati, Penjual Jamu Gendong di Batam, 14 Tahun Jalan Kaki Berkilo-kilo Demi Hidupi 3 Anak

Sumiati, seorang penjual jamu gendong di Batam menceritakan perjuangannya berjalan berkilo-kilo meter menjajakan jamu untuk menghidupi 3 anaknya.

Penulis: Beres Lumbantobing |
TRIBUNBATAM.id/BERES LUMBANTOBING
Pedagang Jamu Keliling di Batam, Sumiati menggendong ramuan jamu untuk dijajakan. 

BATAM, TRIBUNBATAM.id - Seorang wanita paruh baya terlihat letih dengan wajah tampak memerah penuh kucuran keringat sedang berjalan menyusuri sebuah jalanan di Batam.

Meski tampak letih, namun kakinya tak pernah berhenti untuk melangkah.

Ia menyusuri jalan demi jalan hingga memasuki lorong kompleks perumahan demi menjajakan dagangan yang selalu ia gendong.

Sembari terus melangkahkan kaki, tak bosan-bosan ia akan melontarkan kalimat ‘jamu pak, jamu ibu. Mari dicoba jamu nya’. 

Tak banyak keuntungan yang bisa ia peroleh dari hasil jualan setiap harinya.

Namun, demi menyambung kehidupan, ia harus menekuni usaha tersebut. 

Inilah aktivitas keseharian yang dilalui oleh seorang penjual jamu keliling.

Wanita itu bernama Sumiati.

Di usianya yang tak lagi muda yakni menginjak 43 tahun, namun dia tetap terlihat semangat berjualan walau harus berjalan kaki berkilo-kilo meter. 

Menggendong sejumlah botol berisi ramuan tradisional lengkap dengan gelas yang tersusun rapi dibalut kain sarung, Sumiati tampak mengikat beban itu ke punggung dan pundaknya. 

Sementara di tangannya, dia memegang ember berisi air untuk mencuci gelas.

Baca juga: LIBUR Lebaran, Ribuan Warga Batam Pilih Pergi ke Singapura dan Malaysia

Baca juga: Isi Surat Edaran (SE) Wali Kota Batam soal Aturan Libur Nasional Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah

Jika pelanggan memesan jamu, ia akan menurunkan seluruh bebannya untuk meracik jamu.

Gelas yang selesai digunakan pelanggan akan ia cuci dalam ember yang selalu ia tenteng. 

Tak perlu waktu lama, untuk menyajikan secangkir jamu, Sumiati hanya butuh waktu singkat, sekitar lima menit an.

Beragam jamu ada dijual Sumiati, mulai dari jamu penambah stamina, menghilangkan radang dan khasiat lainnya.

Jamu racikan Sumiati pun bisa dikonsumsi semua kalangan, mulai dari orang dewasa hingga anak-anak. 

Maka tak heran, penjual jamu asal Jawa Timur ini sudah tak lagi asing bagi masyarakat Batam, khususnya Punggur. 

Setiap hari ia berjalan kaki mengelilingi daerah seputaran Punggur berjualan jamu gendong. 

Setiap hari berjualan, wanita paruh baya ini selalu mengenakan pakaian rapi, jilbab panjang tak pernah ia lepas.

Mengenakan pakaian baju panjang nampaknya sudah jadi ciri khas Sumiati. 

Sesekali jika ia lelah menyusuri jalan, Sumiati akan beristirahat sejenak. Ia akan berteduh di bawah pohon rindang untuk memulihkan tenaganya. 

Sumiati orangnya cukup ramah dan akrab dengan hampir semua orang yang dia temui.

Setiap kali melintas dari depan rumah warga, ia tak sungkan menegur dan melemparkan senyuman. Itulah pula lah yang membuatnya mudah diingat warga, sikap ramah Sumiati pun membuat jualannya cepat dibeli warga. 

Sebagai pedagang jamu keliling, Sumiati bukanlah orang baru. Ia menekuni jualan jamu sudah sejak tahun 2008 lalu. 

Bukan waktu yang singkat, 14 tahun lamanya bergelut dalam usaha jualan jamu membuat Sumiati terlihat bugar dan sehat. 

Bukan tanpa sebab, beban yang ia angkat setiap hari dengan berjalan kaki justru membuatnya terlihat lebih muda dari usianya saat ini. 

Mengangkat jamu yang ia gendong setiap hari, bagi Sumiati sudah ibarat aktivitas hidup sambil berolahraga.

Selain menenteng beban, Sumiati mengaku juga hobi meminum jamu.

Itu pula yang menurutnya membuat kulit Sumiati terlihat lebih muda dan tak tampak kerutan berarti.  

Sejak berjualan jamu dari tahun 2008, Sumiati mengaku mampu menopang kebutuhan ekonomi keluarganya.

Tiga anaknya mampu ia besarkan, kebutuhan hidup hingga kebutuhan pendidikan anaknya juga mampu ia penuhi.

Kini, ketiga anaknya telah lulus sekolah.

“Iyo mas, cuman jualan jamu keliling. Dari dulu saya emang sudah jualan jamu. Dulu, awalnya saya jualan jamu di Seraya. Tapi sekarang sudah pindah ke Punggur,” ujar Sumiati saat ditemui Tribun di Kavling Punggur, Rabu (27/4/2022) sore.

Saat itu, Sumiati tengah berjalan kaki melintas di kawasan kavling Punggur.

Penasaran dengan rasa jamu Sumiati, penulis pun mencobanya. 

Sembari meracik jamu dalam segelas cangkir kaca, Sumiati mengaku sudah cukup mahir dalam meracik jamu.

Tak heran jika Ia bisa meraup keuntungan Rp 100 ribu per harinya. 

“Kalau hasil jualan nggak nentu sih bang. Tapi, Insya Allah cukuplah. Paling setiap hari dapat 100 ribu, kalau pas lagi ramai yang beli bisa dapat 200 ribu,” ucap Sumiati sambil menutup botol ramuan jamu. 

Tak segan-segan, Sumiati menjelaskan ada beberapa jenis jamu yang ia jual. Termasuk jamu penambah stamina. 

Tak lama meracik secangkir jamu, beberapa warga lainnya juga menghampiri Sumiati.

“Bu, saya jamunya 1 gelas ya. Eh, tambah lagi iya, jadi tiga sama anak saya juga,” ucap seorang warga memesan jamu Sumiati.  

Waktu Sumiati untuk berbincang pun semakin lama. 

Menjadi seorang pedagang jamu keliling, bagi Sumiati tak selamanya enak. Ia juga merasakan keluhan dan rintangan.

“Iya mas. Kalau hujan turun, waduh. Itu pasti nggak bisa jualan. Gimana mau keliling jalan kaki, bisa basah. Makanya terpaksa harus off,” kata Sumiati dengan nada sedih. 

Bukan persoalan hujannya, menurut dia rasa sedih justru muncul saat dia tak bisa berjualan padahal sedang butuh uang untuk bayar sekolah anak.  

“Iya, begitulah mas. Namanya perjuangan hidup, hehe.” ucap Sumiati penuh rasa bangga atas dirinya. 

Meski berjualan jamu keliling, Sumiati mengaku tak pernah bolong dalam menjalankan ibadah puasa. 

“Yo, Alhamdulillah mas. Belum ada bolong. Semoga berkah, amin,” ketus Sumiati. 

Meski tubuhnya gerah, Sumiati harus melawan terik matahari setiap hari berjalan kaki mengelilingi komplek perumahan dan jalan besar tak menyurutkan semangatnya untuk menjalankan ibadah puasa. 

“Iya, pastinya kalau dipikir-pikir. Bawa beban berat, terus jalan kaki. Siang-siang panas matahari. Kok bisa kuat jalankan puasa, saya cuma bilang, sudah terbiasa dan pastinya dengan niat ibadah,” kata Sumiati. 

Menurut dia, jika seseorang sudah niat dengan hati tulis menjalankan ibadah puasa, maka halangan dan rintangan akan mampu dilewati. 

“Eh, udah dulu ya mas. Saya mau lanjut keliling, sebentar lagi sudah mau sore hari,” pungkas Sumiati mengakhiri perbincangan sore itu. 

Bagi Anda warga Batam yang ingin menikmati jamu milik Sumiati, bisa menemui Sumiati di wilayah Kavling Baru Punggur. (TRIBUNBATAM.id/bereslumbantobing)

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved