Reaksi Pedagang, Sapi di Kepri Akan Didatangkan Dari Lampung Via Jalur Laut Jelang Idul Adha 2022
Gubernur Kepri Ansar mengatakan untuk impor kebutuhan sapi dalam daerah di Indonesia jelang Idul Adha 2022 direncanakan akan didatangkan dari Lampung
Penulis: Endra Kaputra | Editor: Dewi Haryati
Berkembangnya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di berbagai daerah yang ada di Indonesia berdampak pada peternak atau pedagang sapi di Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
Hal itu disampaikan Ketua Asosiasi Pedagang Sapi dan Kambing Tanjungpinang-Bintan, Thamrin.
"Dampak pertama sekali dalam menyambut Idul Adha dengan adanya penyakit PMK ini, menghambat masuknya hewan ternak sapi dan kambing ke Kepri, khususnya di Tanjungpinang, " ujarnya, Senin (23/5/2022).
Ia melanjutkan, kebutuhan hewan ternak pun menjadi tidak seimbang saat ini. Pada tahun 2021, sapi kurban yang terjual sebanyak 2 ribu ekor, dan kambing 4 ribu ekor.
"Dari hewan ternak saat ini sapi adanya 5 ratus ekor saja, kalau kambing belum ada. Itu baru untuk ketersediaan hewan kurban, belum yang untuk kebutuhan harian. Setiap hari di Tanjungpinang perlu 2 ekor sapi potong. Ini sudah mau 2 minggu belum ada sapi potong yang masuk," ujarnya.
Dilanjutkan Thamrin, stok sapi 5 ratus ekor tersebut dipelihara peternak untuk kebutuhan Idul Adha.
Sebab sapi untuk kurban saja dengan berat daging 60 kilogram, modal peternak mencapai Rp 17 sampai 18 juta.
"Artinya 300 ribu per kilogramnya. Tentu akan banyak diprotes pembeli, sedangkan harga daging sapi Rp 160 ribu per kilogram saja masyarakat sudah mengeluh," sebutnya.
"Jadi kalau ada pejabat yang sebut ketersediaan sapi potong siap itu ngawur. Sebab kondisinya kami yang lebih tahu. Kalau itu yang disebut sapi kurban juga tentu kurang, berkaca dari tahun 2021 lalu," tambahnya protes.
Sapi kurban lebih mahal?
Thamrin menjelaskan, bahwa sapi yang dijual untuk kurban mempunyai spesifikasi sendiri.
"Pertama sapinya dipotong gagah, memenuhi kreteria umur sudah 2 tahun, dan standar dagingnya ada juga. Jadi kalau sapi untuk kurban dipotong jadi sapi daging harian, pasti pedagang rugi. Sebab ruginya bisa Rp 8 sampai 9 jutaan," jelasnya.
Dengan kondisi kelonggaran aturan masa pandemi mengarah ke endemi, Thamrin beserta pedagang lainnya optimis ada peningkatan tahun ini.
"Kalau kami pedagang pasti optimis, apalagi aturan pandemi menuju endemi sudah longgar. WNA dari singapura dan malaysia juga sudah bisa masuk, dan pasti meningkatnya bisa 200 ekor untuk sapi dan kambing," ucapnya.
Lebih lanjut, Thamrin memberi respons terkait upaya Pemprov Kepri mendatangkan sapi dari Lampung ke Kepri melalui jalur laut.