ANAMBAS TERKINI
Harga Cabai Merah di Anambas Makin Pedas, Tembus Rp 140 Ribu Per Kilogram
Zuriani, pedagang di Pasar Inpres Tarempa Anambas mengatakan, harga cabai merah naik signifikan. Kini tembus Rp 140 ribu per kilogram
Penulis: Novenri Halomoan Simanjuntak | Editor: Dewi Haryati
ANAMBAS, TRIBUNBATAM.id - Harga komoditas cabai di Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepri masih mahal.
Kenaikan harga cabai saat ini cukup fantastis. Rata-rata harga bahan baku masakan itu berkisar dari Rp 90 ribu sampai Rp 140 ribu per kilogram.
Pantauan Tribunbatam.id, Senin (27/6/2022) di Pasar Inpres Tarempa, harga cabai rawit bertengger di angka Rp 110 ribu per kilogram.
Sementara harga cabai hijau tembus di angka Rp 90 ribu per kilogram
Zuriani, pedagang di Pasar Inpres mengatakan, harga cabai lainnya yang merangkak naik cukup signifikan yaitu cabai merah.
"Yang paling tinggi cabai merah. Sekarang harganya sudah Rp 140 ribu satu kilogram," ucapnya.
Zuriani mengatakan, sebelumnya pada awal Juni 2022, harga cabai rawit masih tetap Rp 110 ribu, sedangkan harga cabai merah turun di harga Rp 100 ribu.
"Dengan kondisi kayak gini, pembeli pun belinya gak banyak-banyak dan kita pedagang gak berani stok banyak. Kalau lama habis bisa busuk juga cabainya," sebutnya.
Baca juga: Harga Cabai Makin Meroket, Kadisperindag Batam Sebut Faktor Cuaca Jadi Penyebab
Baca juga: Saat Harga Cabai di Batam Masih Mahal, Ibu Rumah Tangga Pilih Kurangi Pembelian
Sepengetahuan perempuan paruh baya itu, kenaikan harga cabai ini terjadi merata secara nasional.
"Kalau kita lihat di berita, faktor kenaikan ini karena gagal panen petani," jelas Zuriani.
Kendati demikian, ia juga mengakui harga cabai di Anambas memang terbilang jauh berbeda dari beberapa wilayah yang ada di Kepri.
"Harga komoditas di Anambas ini memang terbilang mahal karena daerahnya yang terluar. Barang dari sini dibawa pakai ferry dan itu juga dikenakan biaya," terangnya.
Zuriani melanjutkan, pernah harga komoditas cabai naik drastis saat angkutan laut tidak beroperasi.
Komoditas cabai yang dikonsumsi masyarakat saat itu, hanya mengandalkan hasil panen petani lokal dengan harga jual tinggi.
"Pernah itu terjadi, biasanya ferry gak jalan di akhir tahun karena faktor cuaca dan pedagang jual harga cabai sampai Rp 20 ribu per ons. Pandainya pedagang itu, cabainya ditumpuk-tumpuk empat bagian dan satu tumpuk seharga Rp 5 ribu," kata Zuriani. (Tribunbatam.id/Noven Simanjuntak)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google