BATAM TERKINI
REAKSI Gubernur Kepri Terkait Dugaan Kartel Tarif Kapal Batam - Singapura
Gubernur Kepulauan Riau Ansar Ahmad menanggapi dugaan kartel harga tiket kapal Batam ke Singapura. Ketua Kadin Batam Jadi Rajagukguk ungkap kartel
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Operator Ferry Internasional di Batam hingga saat ini masih mempertahankan harga tiketnya di angka 70 dolar Singapura, atau setara dengan hampir Rp 750 ribu (kurs Rp 10.681/Sgd).
Padahal, sebelumnya pihak Kadin Batam telah melaporkan pelaku usaha operator Ferry Internasional ke Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) terkait dugaan kartel.
Menurut pantauan Tribun Batam, harga yang sama ini tertera di laman web booking online Batamfast, Majestic Fast Ferry, maupun Sindo Ferry. Semuanya menampilkan harga $70 untuk tiket pulang pergi (PP), baik tujuan Tanah Merah maupun Harbourfront.
Mahalnya harga tiket kapal dari dan ke Singapura ini, menjadi atensi Gubernur Kepulauan Riau (Kepri), Ansar Ahmad.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Kepri sudah menggelar pertemuan dengan para operator ferry di Batam, membahas hal ini.
Hasilnya, sejak 21 Juni 2022 lalu, harga tiket pun turun Rp 100 ribu dan yang semula sekitar Rp 800 ribu.
Meski Kadin Batam telah melaporkan dugaan kartel yang dilakukan pemilik usaha kapal ferry ke KPPU, beberapa waktu lalu, Ansar tidak ingin menduga terlalu dini.
Ia mengaku masih akan mempelajari solusi agar harga tiket bisa dipersuasikan turun.
"Saya tidak tahu kartel atau tidak, itu nanti akan dianalisa terlebih dahulu. Supaya harganya turun, kalau misalnya margin keuntungan yang diambil terlalu besar, kami akan minta mereka turunkan lagi," ujar Ansar ketika ditemui di Harbourbay Batam, Selasa (28/6/2022).
Baca juga: JELANG Idul Adha 1443 Hijriah, Belum Ada Agenda Pasar Sembako Murah di Batam, Ini Sebabnya
Baca juga: KAPAN Pasar Induk Jodoh Batam Bakal Dibangun Lagi Setelah Dibongkar? Ini Penjelasan Wakil Walikota
Menurutnya, saat ini yang menjadi kendala operator adalah biaya operasional, dalam hal ini, harga bahan bakar minyak (BBM) solar yang digunakan kapal.
Jika harga solar naik, menurutnya wajar apabila harga tiket juga naik.
Oleh karena kapal ferry melayani pelayaran internasional, sesuai kebijakan perusahaan, solar yang dipakai diambil dari Singapura, dan tidak bersubsidi.
Ansar menilai maklum apabila perusahaan jasa pelayaran ingin mengambil untung dari bisnisnya.
Meski demikian, pihaknya sudah menyurati dan mengimbau para operator ferry internasional dapat menekan harga tiketnya.
Ia menargetkan, harga tiket kapal ini ke depannya akan perlahan-lahan turun. Ia juga mendorong agar suplai BBM solar bisa menggunakan minyak dari Pertamina.
"Kami akan pelajari dulu, apakah karena minyak kita tidak standar atau bagaimana. Tapi saya rasa, Pertamina punya ISO yang baik," ujar Ansar, menanggapi keluhan operator ferry yang menganggap BBM di Indonesia tidak memiliki kualitas baik. (TRIBUNBATAM.id/Hening Sekar Utami)