HUMAN INTEREST

KISAH Pedagang Rempah di Anambas, Tetap Bertahan Meski Sepi hingga Dagangan Layu

Erni, seorang pedagang rempah di Pasar Inpres Tarempa mengisahkan sulitnya mencari uang selama pandemi covid-19.

Penulis: Novenri Halomoan Simanjuntak |
TRIBUNBATAM.id/NOVEN SIMANJUTAK
Erni, pedagang rempah-rempah dan bumbu dapur di Pasar Inpers Tarempa, Kabupaten Kepulauan Anambas, Rabu (27/7/2022). 

ANAMBAS, TRIBUNBATAM.id - Perempuan berkemeja hitam motif garis warna merah dan putih dengan kerudung merah membungkus kepalanya terlihat begitu sibuk.

Langkah kakinya yang pendek mondar-mandir dari satu lapak ke lapak lain yang ada di hadapannya. Kira-kira jaraknya tak lebih dari dua meter.

Sesekali kedua jemari tangannya yang tampak keriput itu menyentuh sejumlah barang dagangan, menatanya lalu menumpukkannya agar terlihat rapi.

Nada suaranya terasa lembut dan meyakinkan saat melayani para pembeli yang singgah ke lapak dagangannya.

Saat tiba waktunya transaksi, dengan cekatan ia menghitung sejumlah barang belanjaan lalu memasukkannya ke dalam kantong plastik hitam dan menyerahkannya ke pembeli.

Erni telah terbiasa berjualan rempah-rempah dan bumbu dapur seorang diri di Pasar Inpers Tarempa tanpa kehadiran suami dan anaknya.

Pasalnya Ia tak bisa berharap banyak dan memaklumi keadaan suaminya yang baru saja sembuh dari sakit parah dua bulan lalu yang lalu.

Itu pula yang akhirnya membuat Erni kesiangan saat berangkat jualan setiap harinya.

Baca juga: BATAM Juara Pertama Sepak Takraw Ajang Popda VIII Kepri di Bintan

Terhitung telah sepuluh tahun lamanya, perempuan asal Sumatera Barat yang lahir di Tarempa itu bertukul lumus menjadikan profesinya sebagai tumpuan pundi-pundi bertahan hidup.

Sejak pandemi Covid-19 melanda dua tahun lalu hingga kini omset dagangan Erni begitu merosot, daya beli hingga kunjungan dari masyarakat diakuinya sangat sepi.

Hal itu pula yang membuat Erni tak berani menempuh resiko untuk memperbanyak stok barang dagangannya sebab khawatir tak laku dan rusak terbuang.

"Pasar sekarang ini sepi, saya tak berani jual barang banyak-banyak, takut nggak laku nantinya rusak dan busuk habis terbuang juga," akuinya.

Tangannya mengarah dan menunjuk jenis dagangannya yang telah layu dan belum terjual sejak berhari-hari lalu.

"Itu seperti sayur kol putih udah mulai layu dan petai juga udah kering, udah berhari-hari lalu nggak laku. Dagangan saya ini nggak banyak, hanya sedikit aja tapi diusahakan lengkap meskipun beresiko juga," tutur ibu dua anak itu.

Di tengah situasi sepi pembeli itu, sesekali Erni pun memilih untuk menutup lapak dagangannya hingga waktu yang cukup lama berharap adanya pengunjung yang singgah untuk membeli dagangan.

"Biasanya kan tutup selepas salat ashar tapi kalau sepi pembeli dari pagi, kadang-kadang saya coba tutup jam lima sore berharap ada orang yang beli," ungkapnya.

Erni tak punya cara lain, menurutnya di tengah naiknya harga komoditas pangan khususnya di Kepulauan Anambas turut menjadi faktor lemahnya daya beli masyarakat hingga membuat sulitnya barang pedagang terjual.

"Ya untuk saat ini kita hanya bisa bertahan aja lah dulu, tetap bersyukur masih bisa jualan walaupun hasil yang dibawa pulang gak seberapa," tutur Erni.

Meski sulit, dia mengaku masih terbantu dengan keringanan harga sewa lapak di Pasar Inpers Tarempa.

"Alhamdulillah untuk sewa lapak dari Diperindag cukup ringan dan tidak memberatkan. itu permintaan kami seluruh pedagang. Dalam per lima hari saya hanya bayar Rp 18-19 ribu saja," ucapnya.

Melihat situasi saat ini, Erni menaruh harapan besar adanya solusi dari pemerintah daerah setempat untuk menggairahkan roda perkonomian pasar yang dapat mendorong meningkatnya kunjungan pembeli.

Pasalnya, selama ini dirinya dan rekan seprofesinya di pasar hanya mengandalkan kunjungan dari pegawai pemerintahan setempat.

"Kalau sekarang hanya mengandalkan dari pegawai pemerintah dan gajinya pun mungkin kadang macet juga ya lambat meningkat lah," paparnya.

Bila memungkinkan ada pabrik atau perusahaan terbangun di wilayah setempat, menurutnya akan mengundang tenaga kerja pendatang dan mendorong peningkatan ekonomi masyarakat.

"Kita punya harapan ke pemerintah bagaimana solusinya supaya pasar ini ramai lagi dan pembeli itu meningkat lah," ujar Erni. (TRIBUNBATAM.id/Noven Simanjuntak)

 


 

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved