FEATURE

Curhat Pedagang Anambas Jelang HUT RI, Sebut Ekonomi Warga Belum Merdeka

HUT Kemerdekaan ke-77 Indonesia tinggal menghitung hari. Pedagang Anambas pun mengungkapkan curahan hatinya tentang kondisi ekonomi di sana.

Penulis: Novenri Halomoan Simanjuntak | Editor: Septyan Mulia Rohman
TribunBatam.id/Novenri Halomoan Simanjuntak
Pedagang bumbu dan rempah Pasar Inpers Tarempa, Ilyas saat ditemui di lapak jualannya, Senin (15/8/2022). 

ANAMBAS, TRIBUNBATAM.id - "Rasa-rasanya kita belum merdeka, malah kondisi ekonomi Anambas saat ini makin teruk (susah)," ucap seorang lelaki paruh baya bernama Ilyas di Pasar Inpres, Tarempa.

Jelang HUT Kemerdekaan ke-77 Republik Indonesia, menurutnya warga Anambas secara keseluruhan belum merasakan kemerdekaan secara ekonomi apalagi kata sejahtera.

Rendahnya pertumbuhan ekonomi, oleh karena lesunya transaksi jual beli masyarakat terhadap sejumlah dagangan para pedagang di Anambas menjadi satu dari sekian persoalan.

Baginya, kemerdekaan hanyalah sebatas slogan tak bermakna jika pemerintah pusat khususnya pemerintah daerah tidak mampu menangani permasalahan tersebut.

TribunBatam.id yang menemui Ilyas saat siang hari, Senin (15/8/2022), ia tampak setia menanti sapaan pengunjung pasar yang dengan sengaja menghampiri lapak dagangannya untuk berbelanja.

Baca juga: Hasil Tangkapan Nelayan di Anambas Minim, Harga Ikan Melonjak Sekilo Bisa Rp 80 Ribu

Mengenakan kacamara dengan kaos putih yang melekat di tubuhnya itu ditemani secangkir kopi hitam dengan rokok.

Satu persatu batang rokok yang diapit disela jemarinya terus berganti.

Ia masih sabar mengharapkan adanya transaksi jual beli dari para pengunjung pasar yang tampak sepi.

Di atas meja lapaknya, berjejer sejumlah komoditas pangan hingga bumbu dapur dan rempah-rempah dengan stok yang mulai menipis.

Beberapa jenis aneka bumbu dapur dan sayur yang dijualnya, ada yang mulai layu dan menguning, seolah telah berhari-hari tanpa dihampiri para pembeli.

Ilyas mengaku telah kehabisan modal untuk memenuhi stok komoditas bahan dagangannya.

Belum lagi, sumber pemenuhan stok itu sengaja ia pesan dan ambil dari pedagang besar di sana.

Baca juga: BMKG Prakirakan Cuaca Besok Anambas, Berlaku Hingga 22 Agustus 2022

Artinya, Ilyas menjual dagangan dari tangan kedua dan bukanlah agen grosir.

Kini, stok komoditas yang ia jual terlihat tak banyak dan hanya terbatas untuk memenuhi luas lapak sekira ukuran 1 x 2,5 meter itu.

Belum lagi katanya, harga komoditas sejumlah bahan sembako hingga bumbu rempah-rempah yang ada di wilayah perbatasan Indonesia itu masih terbilang tinggi dan mahal.

Khusus di pusat kota Tarempa, sambungnya, harga sejumlah kebutuhan primer dan skunder terbilang berbeda di banding sejumlah daerah yang ada di Provinsi Kepulauan Riau.

Kenaikan harga itu, ditaksir mampu mencapai dua kali lipat dari harga jual umumnya di daerah asal pemasok barang seperti Tanjungpinang, Batam dan Jakarta.

"Memang harga sejumlah barang kalau sudah sampai di sini jadi mahal dan merata sampai ke pedagang warung minuman dan makanan," ucapnya, Senin (15/8/2022).

Baca juga: GM Telkom Witel Riau Kepulauan Didampingi Kadis Kominfotik Anambas Tinjau SKKL Pulau Matak

Diakuinya, penyebab hal itu karena pengaruh tingginya ongkos kirim barang kapal cepat atau feri yang membawa barang pedagang ke wilayah perbatasan perairan tiga negara itu.

"Ongkos kirim barang per kilonya Rp 8 ribu, belum lagi biaya angkut buruh per kilonya Rp 1.000 di pelabuhan asal dan sampai di pelabuhan sini juga jasa angkutnya Rp 1.000, karena besaran biaya operasional itu lah harga barang jadi mahal di sini," terangnya.

Secara dominan, sejumlah pedagang pun lebih banyak menggunakan jasa angkutan feri dibanding menggunakan kapal tol laut atau pun kapal perintis.

Karena barang dagangan dapat dipastikan dalam kondisi baik dan utuh hingga tiba di Anambas.

"Jarang lah kalau pedagang pasar bawa barang pakai kapal itu, karena sampai di sini beberapa barang-barang pada layu dan juga busuk karena kelamaan sampai. Tapi kalau pakai feri kan hanya delapan jam," sebut Ilyas.

Belum lagi katanya, sasaran pengunjung pasar yang diharapkan satu-satunya dari kelompok pegawai pemerintahan, belum mampu meningkatkan minat daya beli yang ada.

Baca juga: Agenda Sambut HUT RI di Kelurahan Tarempa Anambas Dimulai Besok, Ini Kegiatannya

"Hanya dari kelompok pegawai pemerintahan lah yang bisa kita harapkan, itu pun gak seberapa, malah kemarin kan sempat juga seperti perangkat desa belum terima honor, jadi banyak yang berutang dulu baru bisa belanja kebutuhan," paparnya.

Lelaki yang mengaku sudah 20 tahun berdagang bumbu dan rempah itu menilai, efek dari permasalahan ini nantinya dapat menimbulkan tutupnya sejumlah kios dan lapak milik pedagang yang ada di pasar.

"Kalau begini, sudah seharusnya ada solusi atau kebijakan dari pemerintah. Jangan lah pulak acuh, harusnya ambil peduli, datang lah ke pasar ini jangan hanya sesekali, tanyakan apa persoalan para pedagang dan lainnya," ucapnya lagi.

Ironisnya Ilyas menilai, kondisi masyarakat Kabupaten Anambas hingga kini belum merasakan kemerdekaan khususnya disegi perekonomian.

Kepada pimpinan daerah ia berharap, makna kemerdekaan itu dapat membuahkan secercah harapan kesejahteraan dan kemakmuran dalam semua aspek kehidupan masyarakat.(TribunBatam.id/Noven Simanjuntak)

Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved