Warga Karimun Ini Kesulitan Air Bersih, Dampak Aktivitas Tambang Pasir di Meral Barat
Warga RT 02 RW 08 di Teluk Setimbul Laut, Karimun mengaku kesulitan dapat air besih saat aktivitas tambang pasir darat di wilayahnya beroperasi
Penulis: Yeni Hartati | Editor: Dewi Haryati
KARIMUN, TRIBUNBATAM.id - Warga Karimun di Teluk Setimbul Laut mengeluhkan dampak operasional tambang pasir darat yang berada di wilayah Kecamatan Meral Barat.
Warga RT 02 RW 08 di wilayah Karimun itu, Sri Kasih mengatakan, pihaknya kesulitan untuk mendapatkan air bersih ketika tambang pasir darat tersebut beroperasi.
"Air mulai keruh padahal air ini kami gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mulai dari mandi dan cuci baju," ujar Sri Kasih, warga Karimun baru-baru ini.
Dari pantauan Tribunbatam.id di lapangan, terlihat aktivitas tambang pasir darat yang berada di bagian Teluk Setimbul Darat itu menimbulkan sisa pembuangan ke bagian Teluk Setimbul Laut.
Pasalnya lokasi tambang pasir darat yang tersebar di enam titik itu lokasinya tidak berjauhan dan berada di dataran tinggi wilayah Teluk Setimbul Darat.
Selain air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, warga Teluk Setimbul Laut yang kesehariannya sebagai nelayan itu juga mengaku sulit dalam menebar jaring.
"Jadi pembuangan sisa limbah pasir tambang ini imbasnya air menjadi keruh, dan kami yang berada di bagian laut susah untuk menebar jaring ikan," ujarnya.
Baca juga: PT SPH Jalankan Konsultasi Publik Amdal Kegiatan Tambang Pasir Kuarsa di Lingga
Sri Kasih mengaku pihaknya telah melapor ke ketua RT setempat. Mereka juga mengadukan hal ini ke pengelola tambang pasir darat tersebut. Namun tidak digubris.
"Berulang kali kami meminta bagaimana caranya pihak RT bisa mengambil sikap tegas untuk pengelolaan tambang pasir darat yang dampaknya kami rasakan," ujarnya.
Menurutnya, keluhan serupa juga banyak dirasakan warga lainnya. Namun warga enggan untuk mengemukakan keluhan tersebut ke pihak RT dan pengelola tambang pasir itu.
"Sudah sebulan kami rasakan ini. Sebenarnya banyak warga yang komplain, tapi gak berani. Kami juga sudah sampaikan ke RT tapi tidak ada tanggapan," ujarnya.
Terpisah, Ketua RT 02, Junaidi mengatakan, aktivitas penambangan pasir yang dilakukan di lokasi itu merupakan mata pencarian warga sekitar.
"Kami bekerja di sini bukan untuk cari kaya, semata-mata untuk cari makan saja," ujar Junaidi.
Baca juga: Polisi Gerebek Tambang Pasir Ilegal di Nongsa Batam, 20 Pekerja Kena Angkut
Ia menambahkan, masyarakat secara tradisional melakukan penambangan di lokasi itu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
"Sebenarnya hasil penambangan tersebut ada diberikan ke warga Rp 5 ribu per lori. Bantuan ini diberikan untuk pemuda apabila ada acara-acara sosial," ujarnya.
Sementara pengelola tambang pasir darat, Rio mengatakan, pihaknya telah bermusyawarah dengan warga setempat sebelum dilakukan operasional.
Rio mengatakan, pihaknya akan melakukan penimbunan agar tidak menimbulkan pencemaran terhadap air yang biasa digunakan oleh masyarakat.
"Makanya dari awal kami masih cek dulu, apakah ini nanti selesai di masyarakat atau malah bermasalah di pemerintah," ujar Riom
Menurutnya, di area itu juga ada warga yang bekerja secara manual. Sehingga apabila pihaknya membendung seolah memutus mata pencarian warga sekitar.
Dari hasil musyawarah, aliran air di kawasan itu akan dibendung. Namun terhambat kondisi cuaca dalam beberapa hari terakhir.
"Dari awal memang mau bendung, tapi karena hujan jadi tak bisa. Kami sudah sewa alat berat untuk nimbun. Karena kondisi jalan makin sulit, maka kita tahan dulu," ujarnya. (TRIBUNBATAM.id / Yeni Hartati)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google