Dokter RSBP Batam Jelaskan Sakit Maag, Gejala Hingga Cara Mengatasinya
Dokter Albert dari RSBP Batam memberi penjelasan mengenai apa itu sakit maag, gejala hingga cara mengatasinya. Berikut penjelasannya.
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Mengenal penyakit maag dan penangannya bersama dokter Albert Leonard Kosasih dari rumah sakit BP Batam.
Dokter Albert dari RSBP Batam menjelaskan terlebih dahulu mengenai definisi penyakit maag.
Ia mengatakan, penyakit maag bisa disebutkan sebagai sekumpulan gejala yang terkait dengan lambung.
"Dimana gejalanya itu bisa macam-macam. Mulai dari mual, muntah kemudian memunculkan perasaan tidak enak," kata dr Albert Leonard Kosasih dalam podcast TribunBatam.id.
Maag sebenarnya bukan sebuah penyakit, tapi merupakan gejala dari sebuah penyakit.
Adapun penyakit yang bisa menyebabkan gejala maag mulai salah satu penyakit dispepsia.
Baca juga: 4 Gejala Penyakit Maag yang Sering Diabaikan, Waspadai Sebelum Menjadi Kronis
Penyebab gejala maag bisa bermacam-macam. Untuk faktor resiko biasa disebabkan karena makanan tertentu.
Seperti terlalu banyak makan yang pedas.
"Jadi yang pertama itu dari kebiasaan gaya hidup. Yang pertama itu terlalu banyak mengkonsumsi makanan makanan yang pedas, terlalu banyak mengkonsumsi kafein, bisa juga memang pola makan yang tidak teratur," ucapnya.
Gejala maag yang paling umum seperti nyeri ulu hati, mual, perasaan tidak enak.
Meski demikian, dokter Albert mengingatkan tidak mesti gejala-gejala seperti itu menunjukan maag.
"Kalau dibilang dari definisinya maag itu kata serapan dari bahasa belanda, maag itu kalau dibaca dalam bahasa Belanda artinya lambung, selalu sakit maag ya sakit lambung, cuma tidak jelas ke penyakit tertentu, jadi lebih merupakan sindrom, atau sekumpulan gejala-gejala suatu penyakit,"kata dokter Albert.
BUKAN Faktor Keturunan
Banyak orang beranggapan, maag juga disebabkan karena faktor keturunan. Artinya, kalau sering maag mungkin karena dulu orang tua juga sakit maag.

Terhadap pandangan itu, dr Albert menganggapnya tidak benar sama sekali. Sejauh ini belum ada penelitian yang mengungkapkan bahwa maag itu diturunkan dari orang tua.
"Intinya maag ini lebih banyak disebabkan oleh penyakit yang terkait gaya hidup, bisa juga ada karena penyakit tertentu yang mengakibatkan seseorang mempunyai gejala maag,"kata dia.
Penyakit itu seperti radang pankreas, atau juga bisa menunjukan adanya penyakit kanker lambung. Atau bisa juga efek samping penggunaan obat-obatan anti nyeri.
"Penggunaan obat-obatan anti nyeri yang lama bisa juga menyebabkan munculnya gejala sakit maag ini,"kata dokter Albert.
TOLERANSI Lambung
Tidak semua gaya hidup juga berarti menjurus ke sakit maag. Katakanlah orang yang telat makan secara otomatis bakal langsung terserang maag.
Menurut dokter Albert, toleransi lambung terhadap makanan setiap orang berbeda-beda.
"Toleransi lambung pada setiap orang memang berbeda-beda. Seperti telah saya sampaikan, faktor pencetusnya, atau faktor resikonya memang lebih sering terjadi pada orang-orang yang sering mengkonsumsi makanan pedas, makan kurang teratur. Cuma kembali lagi sih ke toleransi lambungnya, karena mungkin atau bisa jadi karena ya selama ini belum menimbulkan gejala, nanti suatu saat, bisa saja kedepannya, pola makannya seperti itu terus ya bukannya tidak mungkin suatu saat akan mengalami gejala sakit maag juga,"kata dokter Albert.
Stres Sebabkan Maag?
Banyak orang beranggapan, maag juga dicetuskan oleh stres. Terhadap anggapan itu, dr Albert Leonard Kosasih tidak menampik.
"Karena seperti kita ketahui, sakit maag itu disebabkan oleh meningkatnya produksi asam lambung, diman stress bisa jadi salah satu pencetus meningkatnya produksi asam lambung, saat produksi asam lambung naik, muncul gejala sakit maag,"kat dia.
CARA Mengatasinya
Ada beragam cara untuk mengatasi atau mengurangi keluhan sakit maag. Dokter Albert pun membagikan pengalamannya menangani pasien dengan keluhan maag.
Baca juga: Sering Disamakan Dengan Maag, Kenali Bahaya Penyakit GERD dan Cara Mengatasinya
Pertama, ia bisa mengedukasi mengenai pola hidup yang teratur.
Pola hidup teratur tersebut seperti mengatur pola makan. Makan harus makan teratur tidak harus dalam porsi banyak tapi intensitasnya sering.
"Hindari makan yang terlalu pedas, asam, kemudian makan yang terlalu berlemak atau bersantan,"kata dia.
Hindari minuman yang terlalu banyak mengandung kafein seperti teh dan kafein.
Kedua, manajemen stres. Dimanapun, pola pikir perlu ditata untuk menghindari terjadinya stres.
Setelah semua pasien menerapkan saran dari dokter tidak juga ada perubahan maka dokter bisa melanjutkan dengan terapi pengobatan. Obat yang dipakai dalam terapi bisa berbagai macam.
"Untuk obatan, yang paling banyak dijual di pasaran itu yang banyak mengandung antasida, seperti Milanta. Obatan jenis ini biasanya berfungsi untuk menetralisir asam lambung," kata dr Albert Leonard Kosasih.(TRIBUNBATAM.id/Aminnudin)
Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google