FEATURE
Mengenal Berzanji di Lingga, Jadi Warisan Budaya Tak Benda
Kabupaten Lingga punya tradisi Berzanji yang masih tetap lestari, khususnya saat perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Penulis: Febriyuanda | Editor: Septyan Mulia Rohman
LINGGA, TRIBUNBATAM.id - Alunan suara terdengar pada sejumlah masjid di Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) saat perayaan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Sejumlah warga Lingga sudah berada di masjid itu sejak pagi, melantunkan shalawat saat Maulid Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Lantunan nada saat Maulid Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada sejumlah masjid di Lingga ini, disertai nada-nada yang terdengar memiliki ciri khas sendiri.
Baik dari tinggi dan rendahnya suara yang dilantunkan.
Ada dari mereka yang berdiri dan ada juga yang duduk, sambil memegang sebuah kitab untuk dibacakan.
Masyarakat Kabupaten Lingga menyebutnya 'Berzanji'.
Baca juga: BP Batam Gelar Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Tahun 2022
Berzanji merupakan tradisi yang sudah turun temurun telestari di Kabupaten Lingga, yang sudah menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atau Kemendikbud Indonesia pada 2021 itu.
Salah satunya tradisi turun temurun ini juga berlangsung di Desa Sungai Buluh, Kecamatan Singkep Barat.
Umumnya, ada beberapa lafadz dalam kitab Barzanji dibaca dengan dilagukan menggunakan nada tertentu.
"Untuk di Lingga untuk pembacaan kitab Berzanji itu sama, tapi untuk lantunan lagu atau nada di setiap wilayah itu masing-masing berbeda," kata Pemerhati Sejarah dan Budaya Lingga, Lazuardi kepada TribunBatam.id, Senin (17/10/2022).
Kitab ini berisi tentang prosa dan sajak yang bertutur tentang biografi Nabi Muhammad SAW, mencakup nasab-nya (silsilah), kehidupannya dari masa kanak-kanak hingga menjadi rasul.
Baca juga: Curah Hujan Tinggi di Lingga Sebabkan Banjir hingga Tanah Longsor di Desa Penuba
Sebelum menggelar pelaksanaan Maulud Nabi, pihak pengurus Masjid atau Surau akan menentukan hari pelaksanaan di setiap kampung.
Seperti di Sungai Buluh, setidaknya ada lima surau atau masjid yang melakukan tradisi Maulid dengan melaksanakan Berzanji.
Tokoh agama akan menentukan hari, di mana ke lima masjid ini saling bergantian untuk melaksanakan tradisi ini.
Pengurus Masjid atau surau yang telah menetapkan hari Maulud Nabi selanjutnya mengadakan jemputan secara lisan, lewat seorang tukang jemput ke masyarakat dan pengurus Masjid atau surau di kampung-kampung tetangga.