FEATURE

Mengenal Berzanji di Lingga, Jadi Warisan Budaya Tak Benda

Kabupaten Lingga punya tradisi Berzanji yang masih tetap lestari, khususnya saat perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Penulis: Febriyuanda | Editor: Septyan Mulia Rohman
TribunBatam.id/Febriyuanda
Tokoh agama di Desa Sungai Buluh, Kecamatan Singkep Barat, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri saat membacakan kitab Berzanji dalam memperingati Maulid Nabi baru-baru ini. 

Para pembaca kitab Berzanji ini akan dihadiahkan sebuah berkat.

Hadiah berkat merupakan bunga yang diberi tangkai kayu dan diberi sebutir telur ayam yang telah direbus berwarna merah.

Baca juga: Diskominfo Lingga Temui KIP Kepri, Koordinasi Kelola Informasi Publik

Telur kemudian dicacakkan di atas wajik yang berada di dalam gelas kaca.

Berkat bermakna orang yang memberi dan diberi bersuka cita dan berharap mendapatkan berkah dari Allah SWT karena telah memperingati Maulud Nabi.

Hal itu sekaligus dengan membawa hidangan, untuk dimakan bersama setelah tradisi Berzanji dan doa selesai dilaksanakan.

Untuk hidangan, akan diadakan dua kali makan bersama.

Hidangan pertama dimakan bersama selepas waktu shalat Dzuhur atau sekira pukul 13.00 WIB, dengan menghidangkan kue atau makanan kecil disertai air manis.

Sementara hidangan kedua dimakan bersama sekira pukul 15.00 WIB, atau tepatnya setelah waktu salah Ashar.

Baca juga: Gubernur Kepri dan Guru se Batam Peringati Maulid Nabi Muhammad SAW di Bengkong

Namun pelaksanaan pengantar Berzanjia dilaksanakan pagi hari sekira pukul 09.00 WIB.

"Pelaksanaan ini sudah sejak dari dulu, karena berdasarkan sumber sejarah juga dari zaman kerajaan Riau-Lingga selalu menggalakkan tradisi ini," jelas Lazuardy.

Kitab Barzanji sendiri adalah karya tulis dari Syekh Ja’far Ibnu Hasan Ibnu Abdul Karim Ibnu Muhammad al Barzanji.

Makna Berzanji dilaksanakan di Kabupaten Lingga, untuk meningkatkan kecintaan kepada Rasulullah SAW.

Tujuan diadakankannya acara Maulud Nabi atau adalah suatu prosesi di dalam adat melayu merupakan puji-pujian kepada Allah SWT dan Rasul-Nya karena orang melayu identik sekali dengan agama Islam.

Adapun tata cara pelaksanaannya, yaitu:

  • Diawali dengan makan merampe
  • Membaca salawat Nabi, Indama, Patarkol dimulai sekira pukul 08.00 atau 09.00 WIB, sepertiga bacaan disuguhi hidangan kue mueh dalam jumlah ganjil.
  • Pembacaan dilanjutkan lagi sampai selesai hingga ditutup dengan doa.
  • Kemudian dilanjutkan makan besar secara berhidang.(TribunBatam.id/Febriyuanda)

Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved