Razia Perut Lapar Ala Bripka Zulhamsyah, Jual Nasi Rp 1000 ke Masyarakat
Bagi warga Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau, sosok Zulhamsyah tidak asing lagi. Apalagi warga yang kondisi ekonominya rata-rata menengah ke
Penulis: Beres Lumbantobing | Editor: Eko Setiawan
Aksi Zulhamsyah sempat mendapat sorotan dari Kapolda Kepri. Beberapa waktu lalu Kapolda turun langsung melihat Zulhamsyah menggelar razia perut lapar.
Tidak hanya Kapolda Kepri, Kapolresta Tanjungpinang pun turut bangga memiliki personel seperti Zulhamsyah.
Mereka menyaksikan langsung razia perut lapar. Saat itu warga berbondong-bondong mengerumuni lapak Zulhamsyah. Mereka adalah tukang ojek, pedagang, porter pelabuhan, tukang becak sampai pengguna jalan yang kebetulan melintas.
Spanduk putih terbentang di bagian mobilnya. Tulisannya pun cukup menggelitik siapa saja yang membacanya. 'Siapa Saja Boleh Makan, Razia Perut Lapar. Bayar Rp 1.000 atau Seikhlasnya', begitu tulisan dalam spanduk putih tersebut.
"Saya tugas di lapangan. Selain banyak masukan dari teman-teman, niat saya ini semata-mata untuk membantu orang-orang yang membutuhkan tanpa merendahkan mereka. Razia perut lapar ini semacam subsidi silang pahala lebih tepatnya kalau boleh dibilang," ucap suami Findianita itu.
Untuk menjalankan niatnya saat itu, Zulhamsyah bersama istri merogoh kocek pribadi. Dia tidak mengira bakal membuka donasi bagi siapapun yang tergerak ingin membantu. Aksinya tersebut mendapat dukungan dari rekan-rekannya.
Zulhamsyah merincikan, dalam sehari dia menghidangkan menu yang berbeda-beda. Sekitar 50-70 porsi yang dia sediakan setiap hari. Hingga saat ini program razia perut lapar Zulhamsyah dilakukan pada pukul 13.00 WIB siang hingga selesai.
“Insyaallah, semoga niat kami untuk menambah titik berbagi dapat terlaksana.
Tentu kita juga akan memperhatikan lingkungan sekitar agar tidak terkesan menyaingi pasar pedagang rumah makan. Intinya langsung tepat sasaran saja," sebut Zulhamsyah.
Untuk menyediakan menu razia perut lapar, dia bersama istri dibantu oleh keluarga lain di rumah. Sejak subuh dia dan istri sudah bergerak ke pasar untuk membeli bahan kebutuhan pokok.
Jelang makan siang. lauk siap saji sudah terhidang bagi mereka yang membutuhkan. Zulhamsyah mengaku tidak membatasi siapa saja yang boleh membeli dan mendapatkan makanan subsidi silang pahala dari program miliknya.
Aksi sosial berupa razia perut lapar ini dilakukan Zulhamsyah bukan tanp alas an. Ada cerita lain yang membuat Zulhamsyah akhirnya melakukan aksi mulia ini.
Pada usia 8 tahun, Zulhamsyah sudah tidak melihat ayahnya yang lebih dahulu dipanggil Sang Khalik. Ibunya, Misritawati menjadi tempatnya berbakti juga tidak dapat melihat.
Pada usia yang masih muda itu, Zulhamsyah bersama sang ibu bertarung hidup dengan menjual aneka kerajian kepada wisatawan yang datang ke Kota Gurindam. Zulhamsyah pun dapat mengenyam pendidikan seperti anak-anak lainnya. Dia masuk ke Sekolah Taman Kanak-kanak (TK) pertama kali di TK Mawar dan Al-Falah pada usia 5 tahun.
Setelah berumur 6 tahun, Zulhamsyah melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) 001 yang kini sekolahnya itu telah menjadi Museum KotaTanjungpinang. Tamat dari SD, Zulhamsyah melanjutkan pendidikan ke SMPN 2 dan SMAN 2 Tanjungpinang. Tamat pada 2004, dia diterima di Perguruan Tinggi USU, Medan, Sumatera Utara. Dia masuk perguruan tinggi melalui tes SPMB.
Perjalanan menempuh pendidikan di perguruan tinggi tepatnya pada semester 4, ibunya terkena stroke. Zulhamsyah memilih cuti dan memutuskan untuk merawat dan menjaga wanita yang sangat disayanginya itu.