WISATA ANAMBAS

Wisata Anambas, Pulau Pangeran Suguhkan Pesona Laut Biru dan Masuk Desa Kreatif

Dengan harga tiket masuk yang terbilang murah, yakni sebesar Rp 5.000, pengunjung dapat menikmati suasana yang disuguhi wisata Pulau Pangeran Anambas

Penulis: Novenri Halomoan Simanjuntak | Editor: Dewi Haryati
tribunbatam.id/istimewa
Wisata Pulau Pangeran, Kabupaten Kepulauan Anambas jadi salah satu destinasi healing atau menenangkan pikiran yang cocok bersama keluarga, pasangan dan juga teman 

Desa Belibak yang terdiri lima pulau tersebut, dikisahkan menjadi salah satu tempat bermukimnya seorang pangeran asal Brunei Darussalam.

Kepala Desa Belibak, Marzuki menyampaikan, kisah pangeran Brunei Darusalam menjadi asal muasal penamaan Wisata Pulau Pangeran yang kini dikelola oleh pihaknya bersama BUMDes.

Sebagaimana diceritakannya, pada Abad ke- 17 di wilayah perairan Pulau Matak dikuasai oleh Dato Kaye Dewa Perkase, dimana mereka bermarkas di Gunung kute.

Gunung kute adalah kawasan perbukitan menjulang tinggi seperti gunung yang berada di Matak dan merupakan suatu tempat yang sangat strategis untuk dapat melihat keluar masuknya kapal - kapal yang melintas.

Setiap kapal dan perahu para pedagang yang melewati wilayah kekuasaan Dato Kaya Dewa Perkasa akan dihampiri dan dirampas barangnya oleh anak buah sang datok.

Pada suatu hari terdapat satu buah perahu yang sedang merapat di Pulau Belibok dan diketahui oleh anak buah Datok Kaya Dewa Perkasa.

Dari penglihatan itu, lantas mereka dengan segera melaporkan kejadian tersebut kepada penguasa wilayah itu.

Dato pun dengan tegas memerintahkan anak buahnya untuk menjemput orang - orang yang berada di perahu tersebut untuk dibawa menghadap dirinya di Gunung Kute.

Salah seorang anak buah perahu yang bernama Ki Batu ditinggalkan untuk dapat menjaga perahu tersebut. Setelah sampai di Gunung Kute, rombongan pun bertemu dengan Dato Kaye Dewa Perkase.

Dalam perjumpaan itu, Dato melihat salah seorang pemuda yang sopan dan berwibawa. Kemudian Dato meminta penjelasan dari pemuda tersebut, kenapa perahunya bisa sampai di Pulau Belibok.

Pemuda sopan tersebut pun dengan segera menjelaskan, bahwa mereka dalam perjalanan dari Brunei Darusalam untuk memenuhi undangan dari Pangeran Johor Baharu Malaysia.

Dalam perjalanan mereka mengalami badai laut dan cuaca hujan yang buruk beserta angin kencang, karena melihat situasi yang tidak memungkinkan untuk meneruskan perjalanan, pihaknya pun mencari tempat berlindung dan pada saat itu hanya ada satu pulau yang terdekat yaitu Pulau Belibok.

Rombongannya pun akhirnya memutuskan untuk merapat.

Diketahui, pemuda yang sopan dan berwibawa itu ialah seorang pangeran yang bernama Pangeran Merta.

Ia merupakan anak dari Pangeran Akhmad yang berasal dari Brunei Darusalam.

Setelah Dato Kaye Dewa Perkase mengetahui, bahwa dia adalah anak seorang bangsawan, maka pangeran tersebut ditinggalkan di Gunung Kute dan rombongan atau para pengikut pangeran yang lain diasingkan di Pulau Belibok.

Melihat perangai Pangeran Merta yang sopan dan baik, akhirnya Dato pun menjodohkan sang pangeran dengan putrinya, yaitu Putri Balau Selak.

Masih diuraikan Marzuki, dahulunya Pulau Belibok merupakan tempat persinggahan dan pengasingan bagi para pedagang atau anak buah perahu.

Semua orang yang meninggal di Gunung Kute, dimakamkan di Pulau Belibok yang bernama Tanjung Bunian.

"Di Pulau Belibok sendiri terdapat makam dari orang kepercayaan Pangeran Merta yang menjaga kapal disaat Pangeran Merta berada di Gunung Kute yaitu Ki Batu dan kuburnya bernama Keramat Ki Batu yang berada di Teluk Longke," terangnya.

Ia melanjutkan ceritanya, setelah menikah, Pangeran Merta dan istrinya diperintahkan oleh Dato Kaye Dewa Perkase untuk menempati Pulau Belibak hingga dalam beberapa masa, di Pulau belibak terjadi kemarau yang
Panjang dan kekeringan.

Akhirnya Dato mengajak pangeran dan istrinya untuk pindah di Pulau Nunse.

"Tidak lama kemudian mereka berpindah tempat lagi dari Pulau Nunse ke Teluk Antang kemudian dari Teluk Antang mereka melanjutkan perjalanan menuju ke Tarempa untuk bermukim dan mengembangkan daerah itu," kata Marzuki.

Meski belum ditemukan hasil penelitian secara ilmiah, namun beberapa situs makam bertuliskan arab melayu menjadi bukti bahwa, lokasi tersebut menjadi lokasi kedatangan orang-orang luar.

Akses ke Lokasi

Akses menuju wisata Pulau Pangeran pun cukup mudah, lantaran lokasinya berada di sekitar rumah warga.

Untuk menuju ke lokasi, wisatawan dapat menaiki transportasi laut speed boat dan juga pompong dengan biaya Rp 100 ribu sudah termasuk pulang pergi.

Jarak tempuh dari Pelabuhan Tarempa ke Desa Belibak sekitar satu jam menggunakan kapal pompong, sedangkan dengan speed boat bisa ditempuh dalam waktu 30 menit saja. (tribunbatam.id/Novenri Simanjuntak)

Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved