LINGGA TERKINI

Warga Lingga Dulang Cuan dari Rengkam, Dulu Dianggap Sampah Laut

Rengkam yang dulunya dianggap sampah laut oleh warga Lingga, termasuk Swandi, kini berubah menjadi nilai ekonomis hingga diekspor.

Penulis: Febriyuanda | Editor: Septyan Mulia Rohman
TribunBatam.id/Istimewa
Warga Lingga Ketua RT 04Desa Mamut, Kecamatan Senayang, Swandi sedang mengeringkan rengkam untuk dijual. Tanaman laut yang dulunya dianggap sampah oleh banyak orang di sana ternyata bernilai ekonomis. 

LINGGA, TRIBUNBATAM.id - Warga Lingga bernama Swandi kini meraup cuan dari rengkam yang dulunya dianggap sebagai sampah laut.

Kini dengan rengkam, warga Desa Mamut, Kecamatan Senayang, Lingga ini meraup cuan hingga menghidupi keluarganya.

Fokus warga Lingga ini berubah dari mencari ikan menjadi pencari rengkam yang menghasilkan cuan menggiurkan.

Siapa sangka, rengkam yang sering dianggap sampah oleh banyak orang, kini membawa berkah bagi masyarakat pesisir di Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).

Rumput laut berjenis sargasum ini ternyata dapat dimanfaatkan hingga menghasilkan Rupiah.

Baca juga: Pasar Dabo Singkep Lingga Geger, Remaja Tersengat Listrik saat Perbaiki Atap Toko

Di tengah terik matahari, pria yang merupakan Ketua RT 04 Desa Maut ini beraktivitas mengambil hasil rengkam untuk selanjutnya dijemur.

Setelah kering hasil tersebut bisa dia jual dengan harga Rp 1.700 perkilogram.

“Alhamdulillah, hari ini dapat cukup banyak. Ini kalau di sini sebutannya rengkam,” kata Swandi kepada TribunBatam.id, Minggu (27/11/2022).

Swandi bersama istrinya melakukan pekerjaan mengumpulkan rengkam ini.

Mereka menyadari bahwa, hasil tersebut bisa menambah pemasukan rumah tangganya.

Jika memang sudah benar-benar kering, rengkam tangkapannya segera dia setorkan ke penampung yang membeli dengan harga Rp 1.700 per kilogramnya.

Baca juga: Gandeng IPB, Dinas Perikanan dan TP PKK Lingga Latih Warga Mengolah Rumput Laut

Saat cuaca panas, Swandi bisa mengumpulkan hingga lebih dari 100 kg lebih rengkam tersebut dalam satu hari.

"Alhamdulillah, dengan keadaan saat ini saya masih bisa bekerja mengais rezeki untuk anak istri saya. Ini (rengkam-red) dulu dibiarkan saja. Tidak diambil juga dia mati sendiri, tapi kemudian tumbuh lagi. Kita anggap rengkam ini sampah,” ucap Swan.

Sembari menunggu kerja yang tetap belum, Swan mengaku potensi ini bisa dia lakukan, untuk menanggung perekonomian keluarganya.

“Ternyata rengkam sangat berharga dan diekspor. Dulu saya melihat warga saya bekerja dengan santainya mengambil dan menjemur hasil rengkam tersebut. Setelah saya melihat tergiur hati untuk bekerja dan mengambil rumput liar tersebut,” ucapnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved