PARIWISATA KEPRI AMAN

Museum Linggam Cahaya Lingga Jadi Tujuan Wisata Warga Tionghoa saat Libur Imlek

Sejumlah warga Tionghoa di Lingga memanfaatkan momen libur Imlek 2023 dengan berkunjung ke destinasi wisata Museum Lingga Cahaya di Daik

Penulis: Febriyuanda | Editor: Dewi Haryati
Dok. Disbud Lingga untuk Tribun Batam
Warga Tionghoa rayakan Imlek 2023 dengan mengunjungi Museum Linggam Cahaya di Daik, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri 

LINGGA, TRIBUNBATAM.id - Warga Tionghoa di Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) merayakan Imlek 2023 dengan meriah.

Selain mengikuti acara seremonial, tak sedikit dari warga Tionghoa ini yang memburu tempat wisata untuk memanfaatkan libur Imlek ke 2574 ini.

Tak cuma mengunjungi tempat rekreasi, ada juga sejumlah warga Tionghoa yang mengunjungi Museum Linggam Cahaya di Daik, Lingga.

Kedatangan mereka itu untuk melihat ribuan koleksi sejarah yang terpajang di dalam museum terbesar di Kepri ini.

Pemerhati Sejarah dan Budaya di Lingga, Lazuardy mengatakan, di Museum Linggam Cahaya memang terdapat beberapa koleksi barang yang berhubungan dengan China.

Warga Tionghoa rayakan Imlek 2023 dengan mengunjungi Museum Linggam Cahaya di Daik, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri
Warga Tionghoa rayakan Imlek 2023 dengan mengunjungi Museum Linggam Cahaya di Daik, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri (Dok. Disbud Lingga untuk Tribun Batam)


Sebut saja seperti kecapi, tekpey, timbangan atau dacing pikul, bantal cina, tempayan, taka, piring dan lain-lain.

"Begitu juga mengenai kesamaan aksesoris serta pengaruh pakaian dari budaya orang China, serta keranjang orang China yang dipakai pada acara perkawinan dan sembahyang kubur," kata Lazuardy kepada TribunBatam.id, Kamis (26/1/2023) lalu.

Baca juga: Air Terjun Batu Ampar, Destinasi Wisata di Lingga Selain Pantai

Ia melanjutkan, kerangka besar gajah mina juga menjadi koleksi yang menarik perhatian pengunjung etnis Tionghoa ini saat libur Imlek.

"Lumayan ramai yang berkunjung dari hari kedua, ketiga, hingga hari ke empat Imlek," ujarnya.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata Kepri, Raja Heri Mokhrizal mengatakan, keberadaan museum menjadi salah satu tempat wisata edukasi bagi masyarakat.

"Sembari memperkenalkan budaya, museum juga bisa mengingatkan kita pada sejarah," ujarnya, baru-baru ini.

Sehingga, setiap pengunjung yang datang bisa dapat melihat langsung barang-barang peninggalan sejarah.

"Ini tentu harus terus dijaga. Sebab museum juga menjadi daya tarik kunjungan wisata," ujarnya.

Warga Tionghoa rayakan Imlek 2023 dengan mengunjungi Museum Linggam Cahaya di Daik, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri
Warga Tionghoa rayakan Imlek 2023 dengan mengunjungi Museum Linggam Cahaya di Daik, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri (Dok. Disbud Lingga untuk Tribun Batam)


Diketahui, Museum Linggam Cahaya ini berada di ibu kota Daik, Kecamatan Lingga, yang menjadi pusat informasi sejarah kerajaan Johor-Pahang-Riau-Lingga.

Hampir secara keseluruhan koleksi di museum ini merupakan benda bersejarah asli atau bukan koleksi replika buatan.

Di tempat ini banyak menyimpan ribuan peninggalan sejarah sebagai bukti masa kerajaan Riau-Lingga, Daik.

Dalam museum ini menyimpan benda peninggalan sejarah lebih kurang sebanyak 5.569 koleksi asli.

Ribuan koleksi ini terkumpul dari pemberian sukarela masyarakat ataupun imbalan yang diberikan Pemerintah Kabupaten Lingga melalui Dinas Kebudayaan.

Sebelum memasuki museum, pengunjung akan melihat ribuan tempayan yang terpajang di halaman depan.

Dari ruang depan lantai dua, ribuan tempayan ini membentuk sebuah tulisan bertuliskan 'Museum Linggam Cahaya'.

"Kemarin ada 1346 buah tempayan, cuma ada yang pecah kini tinggal lebih kurang 1150 buah. Kendi ini dikumpulkan dari bangsal gambir atau bekas dapur gambir di kaki gunung," kata Lazuardy, beberapa waktu lalu.

Baca juga: Jadi Hongkongnya Lingga, Ribuan Lampion Hiasi Kelurahan Pancur Sambut Imlek 2023

Lazuardi menjelaskan, bahwa proses pembangunan Museum Linggam Cahaya ini dimulai pada Agustus 2002 hingga selesai pada 7 Mei 2003.

Namun pada awalnya, museum ini masih dinamakan Museum Mini Linggam Cahaya.

Ribuan koleski asli bekas peninggalan kerajaan tersimpan, mulai dari cagar budaya artefak, uang lama, senjata dan alat tukang Melayu zaman kerajaan, naskah kuno, alat musik kuno, alat pengolahan sagu, peninggalan sejarah kerajaan berbahan kuningan, dan masih banyak lagi.

Temuan besar didapatkan pada akhir 2021, yakni sebuah perahu tua yang terbenam di Pantai Pulau Sebangka, Kecamatan Senayang, Kabupaten Lingga.

Perahu tua ini terbilang langka, karena tidak ditemukan lagi bentuknya di zaman sekarang, yang mencapai sepanjang 12,55 meter ini.

Museum Linggam Cahaya juga memajang busana atau pakaian masyarakat melayu zaman kerajaan.

Berbagai jenis pakaian busana ini tampak tersusun rapi di dalam sebuah lemari kaca.

Koleksi satwa laut langka, kerangka Gajah Mina di Museum Linggam Cahaya, Daik, Kecamatan Lingga, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri. Foto diambil Senin (18/7/2022)
Koleksi satwa laut langka, kerangka Gajah Mina di Museum Linggam Cahaya, Daik, Kecamatan Lingga, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri. Foto diambil Senin (18/7/2022) (tribunbatam.id/Febriyuanda)


Sebagian besar busana yang terpajang, tidak pernah ditemukan lagi di era sekarang.

Pengunjung bisa mengetahu jenis busananya, lewat Informasi yang ditempelkan di lemari.

Selain itu ada Tudung Manto, tudung lingkup, serta busana lama lainnya yang lusuh, terpajang rapi di sana.

Hal lain yang menarik, yakni tulang Gajah Mina atau gajah laut dengan ukuran panjang 12,40 meter.

Baca juga: Makam Merah Wisata Sejarah Lingga, Tempat Yang Dipertuan Muda Riau X Dimakamkan

Pada awalnya, hewan langka ini ditemukan pada 13 Januari 2005 di Pantai Dungun, Desa Teluk, Kecamatan Lingga Utara.

Hewan ini memiliki panjang ekor 1,80 meter, panjang gading 2,40 meter, tebal kulit 10 sentimeter, panjang sirip bawah 78 sentimeter, dan lebar sirip bawah 47 sentimer.

Ciri lainnya dari gajah laut ini memiliki rambut, belalai, dan ekor seperti ikan.

"Pada 2001 sudah mulai mengumpulkan barang-barang koleksi dan 2002 juga masih mengumpulkan barang sekaligus tahap pembangunan. Selanjutnya 2003 baru dibuka untuk kunjungan," kata Lazuardi.

Sejauh ini Dinas Kebudayaan Lingga masih banyak menerima laporan masyarakat terkait barang sejarah yang masih bisa ditemukan di lingkungan penduduk.

Sebut saja seperti meriam dan juga barang-barang peninggalan sejarah lainnya.

"Untuk mengambil barang itu dari penduduk kita juga perlu anggaran sebagai imbalan. Dan itu (barang peninggalan) masih banyak baik di Daik dan Dabo," ungkap Kepala Bidang (Kabid) Pelestarian Cagar Budaya, Sejarah, dan Permuseuman Disbud Lingga, Abdul Manaf.

(tribunbatam.id/Febriyuanda)

Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved