PARIWISATA KEPRI AMAN

Menyusuri Wisata Kampung Panglong, Tempat Tinggal Orang Suku Laut di Bintan

Di Kampung Panglong, Desa Berakit, Bintan, anda bisa menemukan suasana alam yang natural. Tempat ini juga punya jejak peninggalan orang suku laut

Penulis: Thom Limahekin | Editor: Dewi Haryati
TRIBUNBATAM.ID/IAN SITANGGANG
foto ilustrasi dapur arang 

BINTAN, TRIBUNBATAM.id – Mencari tempat wisata tidak perlu mewah.

Di kampung juga anda bisa menemukan tempat wisata untuk melepas penat setelah sibuk dengan rutinitas.

Ada banyak wisata kampung yang tersebar di nusantara. Satu di antaranya adalah Wisata Kampung Panglong.

Kampung ini terletak di Desa Berakit, Kecamatan Teluk Sebong, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).

Untuk bisa mencapai lokasi ini, anda bisa menempuh perjalanan dari Kota Tanjungpinang maupun Tanjunguban menuju ke Pantai Trikora Bintan.

Nah, di ujung dari deretan Pantai Trikora ada Desa Berakit. Di sana anda akan menemukan Kampung Panglong tersebut.

Jarak dari Desa Berakit ke Kampung Panglong sekitar 200 meter saja.

Di kampung ini anda bisa menemukan suasana alam yang natural. Suasana itulah yang mengantar anda seperti berada di kampung sendiri.

Anak-anak bermain sampan di Kampung Panglong Bintan
Anak-anak bermain sampan di Kampung Panglong Bintan (tribunbatam.id/istimewa)


Tidak hanya alamnya yang natural, di kampung ini juga anda bisa menemukan masyarakat lokal yang masih hidup secara alamiah. Mereka adalah orang-orang Suku Laut.

Mereka adalah orang-orang suku asli yang masih mempertahankan hidup dengan mengandalkan alam sekitar.

Mereka misalnya masih hidup di atas sampan dan jarang turun ke darat, memiliki alat-alat tradisional dalam menangkap ikan dan lain-lain.

Kampung Panglong memang berada di tepi pantai. Namun, anda tidak akan menemukan hamparan pasir putih dan air laut yang jernih di sana.

Baca juga: TP-PKK Kepri Gelar Cek Kesehatan Gratis dan Goro di Kampung Panglong Berakit Bintan

Meskipun demikian, ada hal lain yang akan memikat hati anda, yakni peninggalan sejarah yang mengantar anda ke kehidupan warga lokal di kampung itu pada masa silam.

Di Kampung Panglong, anda akan menemukan beberapa bangunan yang tersusun dari batu merah dan berbentuk seperti kubah.

Orang-orang lokal menyebutnya Dapur Arang.

Kini dapur arang itu dibiarkan begitu saja oleh warga setempat.

Hanya ada beberapa saja yang sengaja dipugar lebih baik agar bangunan bisa bertahan lebih lama.

Hal ini dilakukan untuk mempertahankan peninggalan sejarah masa lalu itu.

Pada masa lalu, dapur arang dan orang-orang Suku Laut tidak bisa dipisahkan.

Orang-orang Suku Laut sejak dahulu menggantungkan hidupnya pada hasil laut.

Suasana Yayasan MPPI berbagi dengan penduduk Suku Laut yang tinggal di Kampung Panglong Desa Berakit, Kecamatan Telok Sebong, Bintan
Suasana Yayasan MPPI berbagi dengan penduduk Suku Laut yang tinggal di Kampung Panglong Desa Berakit, Kecamatan Telok Sebong, Bintan (TRIBUN BATAM/ALFANDI)


Mereka mencari ikan dengan alat-alat tradisional.

Selain itu, mereka juga mencari nafkah dengan memanfaatkan kekayaan alam yang ada di darat.

Pohon-pohon bakau yang sudah mengering akan dibakar sampai menjadi arang.

Nah, arang-arang tersebut kemudian dijual bahkan sampai ke Singapura dan Malaysia.

Di sinilah anda bisa menemukan alasan, mengapa ada beberapa Dapur Arang ada di Kampung Panglong.

Orang-orang Suku Laut harus membangun Dapur Arang agar mereka bisa menghasilkan arang dalam jumlah yang banyak hanya dengan sekali membakar.

Namun demikian, usaha tersebut berdampak juga pada keseimbangan lingkungan.

Pemerintah menilai, usaha memperjual-belikan arang dalam jumlah banyak akan berdampak pada pemusnahan habitat pohon bakau.

Oleh karena itu, pemerintah kemudian melarang upaya membakar bakau untuk menghasilkan arang.

Mulai saat itu, warga lokal pun meninggalkan Dapur Arang tersebut begitu saja dan mencari mata pencaharian yang lain.

Ketua TP-PKK Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Dewi Kumalasari Ansar bersilaturahmi dan dialog dengan masyarakat pesisir di Kampung Panglong, Desa Berakit, Bintan, Senin (14/3/2022).
Ketua TP-PKK Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Dewi Kumalasari Ansar bersilaturahmi dan dialog dengan masyarakat pesisir di Kampung Panglong, Desa Berakit, Bintan, Senin (14/3/2022). (ISTIMEWA)


Seiring perkembangan zaman, warga lokal mulai terbuka pada dunia luar.

Mereka yang dahulu menganut kepercayaan tradisional, perlahan-lahan mengenal agama yang umumnya dianut kebanyakan orang saat ini.

Hal tersebut ditandai dengan adanya bangunan gereja dan masjid yang ada di kampung ini.

Jadi, wisatawan yang datang berkunjung ke sini bisa memanfaatkan kedua rumah ibadah itu untuk berdoa dan beribadah.

Anda juga tidak perlu khawatir dengan fasilitas umum untuk mandi, cuci dan kakus.

Sebab, pemerintah juga sudah memberi perhatian pada destinasi wisata kampung ini dengan membangun semua fasilitas yang dibutuhkan wisatawan.

Soal urusan kampung tengah pun tidak usah anda cemaskan. Sebab, beberapa pedagang lokal siap melayani anda dengan kuliner-kuliner khas dari daerah tersebut.

Yuk, mari berwisata di Kampung Panglong.

Di sana anda bisa menelusuri jejak sejarah kehidupan di masa lalu sambil mengabadikan momen dengan latar belakang sisa-sisa peninggalan kehidupan masa lalu antara lain dapur arang, sampan Suku Laut dan lain-lain.

Namun, anda harus menjaga cara berpakaian dan bertutur kata. Sebab, anda berhadapan dengan orang-orang yang masih menjunjung tinggi sopan santun dan tata krama yang merupakan kearifan lokal mereka.

Sementara itu Plt Kepala Dinas Pariwisata Kepri, Raja Heri Mokhrizal mengatakan, banyak destinasi wisata di Bintan yang dapat dikunjungi wisatawan.

Tak hanya dari alamnya, termasuk juga kuliner, sejarah dan lainnya.

"Kalau bosan dengan suasana perkotaan, dan ingin melihat suasana perkampungan dengan peninggalan sejarahnya, bisa datang ke Kampung Panglong," ujar Heri.

Ia mengatakan, Kampung Panglong punya jejak peninggalan orang-orang di masa lampau berupa dapur arang.

"Jadi kalau datang ke Kampung Panglong, bisa dilihatlah dapur arang itu. Saat ini kampung di Bintan itu masih dihuni orang Suku Laut," ujarnya. (TRIBUNBATAM.id/Thomm Limahekin)

Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved