DISKOMINFO LINGGA

Bupati Lingga dan Ketua TP PKK Kunjungi Lokasi Pembangunan Rumah Tenun

Bupati Lingga dan Ketua PKK Lingga melakukan peletakan batu pertama, di lahan rencana pembangunan Rumah Tenun, di kawasan Damnah, Daik, Lingga.

Penulis: Febriyuanda |
Dokumentasi Diskominfo Lingga
Bupati Lingga, Muhammad Nizar dan Ketua PKK Lingga, Maratusholiha didampingi Disbud Lingga kunjungi dan melakukan peletakan batu pertama, di lahan rencana pembangunan Rumah Tenun, di kawasan Damnah, Daik, kecamatan Lingga, Sabtu (27/5/2023). 

LINGGA, TRIBUNBATAM.id - Bupati Lingga, Muhammad Nizar didampingi Ketua PKK Lingga, Maratusholiha mengunjungi dan melakukan peletakan batu pertama, di lahan rencana pembangunan Rumah Tenun, di kawasan Damnah, Daik, kecamatan Lingga, Sabtu (27/5/2023).

Pada kegiatan ini juga dilakukan penyiraman air dari teko oleh Maratusholiha.

Penyiraman itu juga merupakan tradisi masyarakat Lingga ketika akan melakukan pembangunan.

Sekretaris Dinas Kebudayaan (Disbud) Lingga, Syamsul Asrar mengatakan bahwa pembangunan rumah tenun di kawasan Damnah ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan pelatihan tenun, yang dilakukan pada tahun 2021 silam.

Pemerhati sejarah dan budaya, Lazuardy mengatakan, tenun berkembang dan mengalami masa kejayaan di Daik Lingga pada masa Kesulatanan Muhammadsyah, yang memerintah pada tahun 1832 M sampai dengan 1841 M yang terkenal dengan sebutan Almarhum Kedaton.

Namun, kegiatan menenun sudah mulai ditinggalkan masyarakat Lingga semenjak masa pendudukan Jepang dikarenakan membuat masyarakat sangat ketakutan.

"Tapi sekarang alhamdulillah melalui Pemerintah Kabupaten Lingga tenun ini dimunculkan lagi dan dihadirkan lagi bersama Tekad tidak lain dan tidak bukan untuk mengembalikan kejayaan khazanah masa lampau di Kesultanan Riau Lingga yang berpusat di Daik Lingga," kata Lazuardi.

Dia mengungkapkan lagi, alat pemintal benang kuno juga bisa dilihat dan menjadi koleksi Museum Linggam Cahaya Daik.

Dia menerangkan, adapun bukti bekas peninggalan yg berhubungan dengan tenun menurut sumber lisan masyarakat, dengan adanya Kampung-kampung seperti Siak, Mentok, Bugis dan lain-lain.

Aerta ada simpanan koleksi masyarakat, yang meyakini tenun Kain pelekat siak, becual mentuk, kain bugis di Kampung Bugis di Daik.

"Akan tetapi Tenun sangat berkembang pesat semasa Sultan Abdurrahman Muazzam Syah (1885-1911) Sultan Lingga  terakhir tenun terus bergeliat hingga Kolonial Belanda.

itu dibuktikan bahwa Encik Syamah seorang yang Ahli Tenun ketika itu di Daik, serta sering juga dipanggil Makteh Syalmah," terangnya.

Dia menyebutkan, ada berbagai Istilah-istilah penyebutan perangkat alat tenun kala itu, seperti Kayyar, Karna Layar, Pelenting, dan lainnya.

Seiring waktu Tenun mulai memudar lanjutnya, ketika pendudukan Jepang, karena Masyarakat tidak bebas dan ketakutan hinggalah sampai saat sekarang.

"Alhamdulillah kini Tenun mulai diperkenalkan lagi yang terpenting memulaikan kemahiran atau keterampilan bertenun baru memberi corak dan warna sesuai kaedahnya," katanya. (TRIBUNBATAM.id/Febriyuanda)

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved