PODCAST

Tribun Batam Podcast, Stephane Termotivasi Surya Paloh Terjun ke Dunia Politik

Stephane Gerald menjadikan sosok Surya Paloh sebagai motivasinya terjun ke dunia politik. Stephane kini balon DPD RI dapil Kepri

|
Editor: Dewi Haryati
Dok. Tribun Batam
Tribun Batam Podcast edisi Ngomong Politik hadirkan Stephane Gerald Martogi Siburian, balon DPD RI paling muda dari Kepri sebagai narasumber bahas tema Wakili Milenial Kepri ke Senayan 

BATAM, TRIBUNBATAM.id - Stephane Gerald Martogi Siburian menjadi Bakal Calon (balon) DPD RI paling muda dari Kepri untuk Pemilu 2024.

Saat pendaftaran balon DPD RI dibuka Komisi Pemilihan Umum (KPU) Desember 2022 lalu, usia Stephane kala itu baru 26 tahun.

Lalu pada Januari 2023, ia genap berusia 27 tahun.

Usianya itu menjadikan Stephane sebagai balon DPD RI dapil Kepri paling muda di antara belasan balon lainnya dari Kepri.

Mau tahu ihwal keinginan Stephane jadi anggota DPD RI di usia 27 tahun?

Simak wawancara eksklusif Tribun Batam Podcast bersama Stephane bahas tema Wakili Milenial Kepri ke Senayan dalam Tribun Batam Podcast Edisi Ngomong Politik beberapa waktu lalu.

Keterangan, Tribun Batam: TB, Stephane Gerald Martogi Siburian: SG

TB: Boleh perkenalkan diri dulu dan aktivitas sehari-hari?

SG: Saya Stephane Gerald Martogi Siburian, usia 27 tahun saat ini. Saat daftar calon DPD RI usia 26 tahun. Latar belakang pengusaha muda, lahir di Batam, ibu Karimun, kita dari Kepri.

Aktivitas saat ini di luar persiapan DPD, kita di Gekraf Kepri, ngantor, punya usaha kafe, bantu-bantu keluarga juga.


TB: Sejak usia berapa mulai terjun ke dunia politik?

SG: Tertarik ke politik sejak SMP. Di keluarga, khususnya ayah dulu tiap malam, habis makan malam nonton ILC.

Dari forum-forum seperti itu sebagai anak kebawa sampai sekarang. Sempat juga jadi timses saat kuliah jelang kerja.

Tapi benar-benar terjun ke politik saat ini di DPD, sebagai balon DPD.

Baca juga: Anggota DPD RI Ria Saptarika Ungkap Penyebab UU Daerah Kepulauan Belum Terbentuk


TB: Siapa sosok yang menginspirasi ingin terjun ke dunia politik?

SG: Kalau di daerah banyaknya seperti itu, ada latar belakang keluarga. Tapi di silsilah keluarga saya nggak ada.

Jadi saya generasi pertama dari keluarga pihak ayah dan ibu (terjun ke politik).


TB: Apa yang memotivasi Stephane daftar calon DPD RI dapil Kepri?

SG: Mulai dari hobi, jadi ingin tahu. Saya latar belakang kuliah perhotelan, kuliner. Tapi interest ke politik.

Saya sempat ke Jakarta dan Australia, tapi hobi tetap lanjut. Saya suka baca buku-buku politik, seperti buku tentang Ahok, Surya Paloh, dan lainnya.

Jadi sambil kuliah dan kerja, tetap nonton forum dan memang senang.

2019 pulang ke Batam, buka kafe, bangun komunikasi dengan kawan-kawan.

Yang memotivasi, tahun 2020 saya ikut jadi timses Rian Ernest, balon Wali Kota Batam independent.

Saya lihat semangat anak muda bisa nih, walaupun saat di-verfak (Rian Ernest) mundur, dan dari timnya memang rata-rata anak muda.

Dari teman-teman politisi lokal juga ada. Kita di Gekraf ada semacam dewan penggerak seperti pembina, Bang Agus Purwanto yang juga Sekwil partai di Kepri.

Dari dengar cerita politik, sering baca buku (politik), Pak Surya Paloh. Karena beliau ini memang sosok petarung.

Jadi tiga orang ini yang memotivasi.

Kalau yang memotivasi untuk daftar, dari kawan-kawan dan keluarga.


TB: Dukungan keluarga bagaimana?

SG: Motivasi pertama (ikut balon DPD RI) memang dari diri sendiri.

Tentukan hari itu, malamnya saya minta izin orang tua.

Baca juga: 14 Bakal Calon DPD RI Telah Daftar ke KPU Kepri, Satu Orang Batal Daftar

Orang tua setuju, yang penting bertanggung jawab, dan tetap tak berubah.


TB: Biasanya anak muda terjun ke level paling bawah dulu di politik dari DPRD Kabupaten/Kota/Kepri, baru DPR RI atau DPD RI. Mengapa langsung terjun ke level DPD RI?

SG: Saya pribadi memang dari awal tak ingin berpartai dulu.

Lebih cocok di independent. Saya lihat di DPD punya peluang, dan cocok. Saya pribadi nyamannya di sini.

Saya lihat di DPRD kota/provinsi (Kepri) sudah ada anak muda.

Di DPR RI dan DPD belum pernah ada. Jadi ini memang pilihan utama, karena saya nggak ingin maju ke kota/provinsi.

Dan DPD ini bisa sangat bermanfaat untuk masyarakat. Karena banyak yang nggak tahu dengan senator. Padahal ini bisa menjadi jembatan ke kementerian, ke kedutaan.

Jadi DPD ini juga lebih bisa diterima masyarakat dan fleksibel.

Kalau dibilang DPD sulit, kita hitung-hitung yang lainnya juga sulilt. Di DPRD kota/provinsi saingan luar bisa.

DPD ini punya keistimewaan, lebih bisa diterima masyarakat karena non partai.

Saat kita kumpulkan KTP kemarin, lebih enak masuknya ke masyarakat.


TB: Perjalanan cari syarat dukungan 2.000 terkesan mulus, mulai dari jadi pendaftar pertama ke KPU Desember kemarin.

Boleh diceritakan jatuh bangunnya cari dukungan pemilih?

SG: Saat pendaftaran kemarin kita kumpulkan kalau tak salah ada sekitar 2.516 KTP. Di vermin, ok karena di kertas.

Tapi di verfak, kita sempat kecolongan juga, KTP masih PNS padahal sudah pensiun. Jadi kita nggak mau ambil risiko, banyak (dukungan) dikurangi.

Ada juga KTP-nya belum diperbaiki karena perluasan daerah.

Di verfak yang menarik. Yang paling teringat itu di Selat Nenek, pulau di ujung Batam dan Pulau Lengkang.

Teman-teman antusiasnya luar biasa. Kita berangkat dari Tanjun Uma naik pompong, perjalanan mau 2 jam.

Sampai di sana kita sowan dengan RT/RW, dan mereka mendukung anak muda.

Kebetulan perangkat RTRW-nya di sana anak muda. Hari kita sosialisasi, hari itu juga mereka keliling.

Saya juga mau berterima kasih dengan Bawaslu, KPU karena sudah menemani pas verfak.

Kita naik pompong ke Lengkang, Selat Nenek, dan ditemani sampai malam.


TB: Di flyer, ada semacam jargon 'Bang Stephane'. Ada makna atau harapannya?

SG: Dari awal kenal dengan teman-temannya memang dipanggilnya bang.

2019 pulang ke Batam dari Australian, mungkin karena muka boros, jadi kawan-kawan yang lebih tua juga manggil bang dan ini jadi habit.

Jargon kita sebanarnya Generasi Masa Depan untuk Kepri Terdepan. Bang Stephane itu panggilan akrab.


TB: Sebagai Ketua Gekraf Kepri, apa saja kegiatan di Gekraf? Tantangan ekraf Kepri. Ada rencana yang mau dibawa ke Senayan terkait ekraf?

SG: Saya jabat Ketua Gekraf Kepri untuk periode 2021-2024.

Gekraf ini jadi wadah bagi pelaku ekraf (ekonomi kreatif).

Fungsinya apa? Saya selalu bilang ke teman-teman yang mau tahu, kita duduk ngobrol dulu.

Jadi butuhnya apa? Apa link ke pemerintah, swasta ketik ada acara, link ke investor?

Kita melakukan yang teman-teman belum bisa lakukan.

Tantangan Gekraf di Kepri dari UMKM-nya karena masih sangat sulit terima digitalisasi.

Kita sudah coba banyak hal seperti webinar, podcast, tapi teman-teman UMKM arahnya belum ke sana, msh arah sales, produk.

Ini jadi PR kita juga di Gekraf.

(rencana bawa ekraf ke Senayan) tentunya iya, tapi tergantung komisi juga. Banyak potensi di gekraf.


TB: Apa obsesi terbesar Stephane untuk jadi anggota DPD RI pada usia semuda ini?

SG: Bukan obsesi, tapi harapannya bisa ada generasi baru di senator.

Kita riset singkat, di Indonesia hampir tak ada senator muda. Ada satu tapi latar belakang politik orang tua sudah ada

Saya dari keluarga nggak ada (latar belakang) politik.

Yang menarik, apa yang kita kerjakan di organisasi bisa disuarakan.

Ketika punya suara di Senayan, bisa dibilang saham rakyat, ini bisa disuarakan.

Ada beberapa program yang sudah kita pikirkan saat duduk nanti, khususnya untuk di Kepri.


TB: Optimis menang, saingan berat?

SG: Optimis. Tetap semangat karena dukungan dari keluarga, kerabat.

Kalau dibilang memang berat. Ada mantan Gubernur Kepri, anak mantan Wagub Kepri, senator dan lainnya, tapi itu tak mematahkan semangat kita.

Justru kita berharap kompetisi ini semakin menarik, seru, tetapi kondusif.

Target kita ingin mengubah iklim politik terkait money politic.

Apa yang kita lakukan hari ini, kita upayakan cost seminim mungkin.

Kita nggak incar menang, popularitas, tapi jadi trensetter untuk ubah cost politik yang mahal.

Di DPD cost-nya besar juga karena pribadi, tapi kita dibantu teman-teman. Ada yang pribadi bantu cetak kertas dan sebagainya. Kita upayakan minim cost.


TB: Keinginan kaum milenial Kepri yang hendak diperjuangkan ke Jakarta?

SG: Kita di Kepri khususnya, ingin teman-teman melek politik.

Karena 15 atau 20 tahun ke depan kita yang akan memimpin apakah itu di legislatif, eksekutif.

Tapi teman-teman di lingkungan secara umum, sangat anti politik, tidak melek politik.

Pilih golput, tapi ketika mereka yang terpilih bukan terbaik, komplain. Inikan lucu.

Kalau mau komplain, jangan golput.

Salah satu hal yang ingin kita perjuangkan terkait SDM (Sumber Daya Manusia), pekerjaan. Kita nggak cuma berpikir jadi nelayan, welder saja.

Milenial itu suka didengar. Kita ingin melakukan hal umum tapi dengan cara milenial.

Kita ingin buat aplikasi seperti pelaporan warga soal air, listrik, dan lainnya. Ini menarik kalau diadakan di Kepri.

Karena kita di Kepri itu nggak kalah dengan Singapura. Potensi kita itu misal 10, tapi masih di angka 3 saat ini. Kita ingin ini bisa stabil nanti. (tribunbatam.id/Dewi Haryati)

Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved