MUNASLUB PKN

Munaslub PKN, Anas Urbaningrum Singgung Pemimpin Pidato dari Jeddah

Anas Urbaningrum mengingatkan kader PKN saat Munaslub agar ketika jadi pemimpin jangan pidato dari Jeddah, Arab Saudi. Siapa yang disindirnya?

YOUTUBE
Ketum PKN Anas Urbaningrum di depan kadernya saat Munaslub untuk berpidato dari Jeddah, Arab Saudi ketika menjadi pemimpin. 

TRIBUNBATAM.id - Ketua Umum Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) Anas Urbaningrum menyingung soal pidato pemimpin yang tidak boleh berpidato dari Jeddah, Arab Saudi.

Seruan Anas Urbaningrum itu ia sampaikan saat Musyawarah Nasional Luar Biasa Partai Kebangkitan Nusantara atau Munaslub PKN di salah satu hotel di Jakarta, Sabtu (15/7/2023).

Mantan Ketua Umum Partai Demokrat ini resmi menjadi Ketua umum Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) periode 2023-2028.

Diketahui, Anas Urbaningrum terpilih sebagai Ketua Umum pengganti Gede Pasek Suardika dalam Munaslub PKN di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Jumat (14/7/2023) malam.

Ia mengingatkan kepada seluruh kader partainya apabila menjadi seorang pemimpin tak boleh berpidato dari Jeddah, Arab Saudi.

"Jika dipercaya menjadi pemimpin, saya berharap jangan pernah pidato dari Jeddah, mislanya," kata Anas Urbaningrum dalam pidatonya.

Mantan Ketua Umum Partai Demokrat ini mengatakan, pidato dari Jeddah merupakan bentuk ekspresi kezaliman.

Hanya saja, dalam pidatonya Anas tak menjelaskan maksud tak boleh berpidato dari Jeddah.

"Karena itu bukan pidato, itu ekspresi kezaliman, contoh, contoh," ujar Anas lalu disambut riuh suara kader.

Dalam catatan Tribunnews.com, Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah berpidato dari Jeddah pada Senin (4/7/2013).

Saat itu, SBY meminta KPK segera menuntaskan sejumlah kasus yang menimpa Anas Urbaningrum.

Kala itu, Anas menjadi Ketua Umum Partai Demokrat.

Selain itu, Anas juga menegaskan menjadi pemimpin haruslah setia dengan tugas yang diembannya.

Dia menuturkan pemimpin adalah produk dari kompetisi sehingga kalah dan menang merupakan hal yang biasa.

"Kalah menang biasa, tarung keras bahkan kasar boleh, tapi enggak boleh ngamukan apalagi dari belakang, tidak boleh. Harus fair, jujur, kesatria, contoh misalnya ini, contoh nih contoh," ungkap Anas Urbaningrum lagi.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved