LINGGA TERKINI

MENGENAL Permainan Cok Cok Lele, Permainan Tradisional Melayu Lingga yang Jadi WBTB

Sejumlah pelajar di Lingga masih banyak yang memainkan cok cok lele, salah satu permainan tradisional di Melayu Lingga. Apa itu cok cok lele?

Penulis: Febriyuanda |
Dokumentasi Disbud Lingga
Anak-anak di Daik, Lingga, Provinsi Kepri memainkan permainan tradisional Cok Cok Lele 

LINGGA, TRIBUNBATAM.id - Anak-anak di Daik, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) masih banyak yang mengenal permainan tradisional cok cok lele yang diwariskan turun-temurun.

Bahkan di lingkungan sekolah, permainan tradisional masih sering dimainkan anak-anak SD.

Saat jam istirahat, pelajar mengisi waktu dengan macam-macam permainan tradisional yang ada.

Seperti salah satunya di SD Negeri 001 Lingga, mereka asyik bermain cok cok lele, salah satu permainan tradisional Melayu Lingga.

Berdasarkan catatan Dinas Kebudayaan (Disbud) Kepri, permainan anak Melayu Lingga khususnya di Daik merupakan permainan tradisional yang dimulai sejak zaman Kesultanan Lingga Riau, Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah 1857-188.

Ia membangun sekolah melayu pada tahun 1875 dengan mendatangkan guru dari Minangkabau yang bernama Sulaiaman.

Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah membangun khususnya bidang pendidikan.

Baca juga: 1.500 Pemilih Pemula Ada di Lingga, KPU Bakal Datangi Sekolah Sosialisasikan Pemilu 2024

Dalam membangun bidang pendidikan, selain sarana dan prasarana tentunya dikembangkan juga pengajaran permainan tradisional.

Permainan ini mulai dilakukan di sekolah-sekolah sebagai kegiatan olah raga dalam mengenal permainan rakyat tradisional Melayu di Kabupaten Lingga.

Di antaranya adalah permainan cok cok lele.

Permainan ini biasanya dimainkan di waktu senggang.

Permainan-permainan tersebut namun tak pernah ditampilkan lagi dalam acara kebudayaan.

Perlu diketahui, permainan ini sudah masuk dalam Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) milik Lingga, yang ditetapkan Kemendikbud RI pada 2019.

Pemerhati Sejarah dan Budaya Lingga, Lazuardi mengungkapkan, bahwa permainan itu masih tetap dimainkan anak-anak di Daik Lingga.

"Tapi memang tak sepopuler dulu penerapannya, kadang masih ada dimainkan anak-anak di Daik," kata Lazuardi kepada TRIBUNBATAM.id, Selasa (25/7/2023).

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan, Azmi mengatakan, bahwa mereka terus dan akan selalu melestarikan permainan yang sudah ada di Lingga.

"Itu melalui kegiatan-kegiatan yang terencana dengan baik," tambahnya. (TRIBUNBATAM.id/Febriyuanda)


 

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved