RAMADAN

Haul Jamak Jadi Tradisi Sambut Bulan Suci Ramadan di Lingga yang Masih Tetap Lestari

Haul jamak merupakan tradisi sambut Ramadan di Lingga yang masih tetap dilestarikan hingga kini. Pelaksanaannya di bulan Syaban sebelum datang Ramadan

|
Editor: Dewi Haryati
MEDIA CENTER PEMKAB LINGGA
TRADISI DI LINGGA - Haul jamak jadi tradisi yang dilakukan masyarakat Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau dalam menyambut bulan Ramadan. 

LINGGA, TRIBUNBATAM.id - Inilah tradisi sambut bulan suci Ramadan di Lingga yang masih tetap lestari hingga saat ini.

Tradisi itu dikenal dengan nama haul jamak atau tradisi doa arwah.

Meski tidak menjadi wajib dalam adat orang Melayu Lingga, tradisi membaca haul jamak tetap lestari di daerah yang pernah menjadi pusat Kerajaan Lingga Riau ini.

Melansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, tradisi haul jamak digelar sebulan sebelum masuknya bulan Ramadan, yakni di bulan Syaban.

Baca juga: Tradisi Sambut Ramadan di Karimun, Warga Gelar Kenduri Kampung Sehidang Setalam

Pelaksanaan haul jamak di Lingga berlangsung bergantian di masing-masing masjid ataupun surau.

Warga duduk bersama membacakan doa arwah untuk saudara kerabat maupun orang-orang tua yang telah meninggal di masjid maupun surau.

Menurut tokoh masyarakat Melayu Lingga, H Ismail Ahmad, tradisi haul jamak ini telah berlangsung turun temurun.

Selain memanjatkan doa arwah untuk keluarga dan kerabat yang telah meninggal, warga juga bisa bersilaturahmi satu sama lain dari masjid ke masjid atau dari musala ke musala.

Pelaksanaan haul jamak dipimpin seorang imam. Setelah membaca surat Al- Fatihah, disambung shalawat, tahlil, tahmid, takbir dan doa bersama lebih kurang 1 jam.

Biasanya kegiatan ini dilaksanakan usai salat Zuhur.

Jemaah duduk bersila melantunkan kalimat tauhid, dalam satu ruang yang didominasi kaum laki-laki.

Selain membaca doa bersama, ada juadah atau hidangan yang disediakan oleh masyarakat secara sukarela sebagai jamuan bagi mereka yang datang.

Hidangan ini disiapkan kaum perempuan di daerah itu. Mereka memasak hidangan di rumah masing-msaing, kemudian mengantarnya ke masjid atau surau lengkap dengan talam sebagai penampang ditutup tudung saji yang berbentuk kerucut.

Hidangan Melayu ini cukup khas. Lengkap dengan nasi, ayam masak lemak, ikan gulai pedas, sayur, air putih dan manis serta buah-buahan pencuci mulut.

Satu hidangan di dalam talam untuk lima orang jemaah.

Baca juga: Tradisi Ramadan di Batam, Acara Khatam Al Quran Ditutup dengan Potong Nasi Besar

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved