Natuna Terkini

Bangkitkan Potensi Lokal, Lanud RSA dan BRGM Dorong Keahlian Membatik di Natuna

Lanud RSA dan BRGM berkolaborasi bangkitkan potensi lokal, dengan pelatihan membatik dari pewarna alami mangrove.

Penulis: Birri Fikrudin | Editor: Eko Setiawan
(ist)
Momen Danlanud RSA Kolonel Dedy Iskandar membuka pelatihanmembuka pelatihan pembuatan batik cap dari pewarna mangrove di Gedung Graha Serasan, Lanud RSA Natuna, Jum'at (22/11/2024). 

TRIBUNBATAM.id, NATUNA - Karya seni dan inovasi lokal mendapat angin segar di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau.

Pada Jumat (22/11/2024), Komandan Lanud Raden Sadjad (Danlanud RSA), Kolonel Pnb Dedy Iskandar, secara resmi membuka pelatihan pembuatan batik cap di Gedung Graha Serasan, Lanud RSA Natuna.

Acara ini merupakan langkah strategis dalam memberdayakan masyarakat lokal melalui kolaborasi antara Lanud RSA dan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM).  

Setelah pembukaan, para peserta langsung mengikuti sesi praktik di Rumah Pantai Lanud RSA.

Didampingi staf BRGM, pelatihan ini mengajarkan keterampilan teknis pembuatan batik cap dengan pendekatan berbasis sumber daya lokal. 

Narasumber ahli seperti Marheno Jayanto dan Sasi Syifaurohmi berbagi ilmu kepada kelompok masyarakat, termasuk Kelompok Tani Tucano Jaya, yang antusias mengikuti kegiatan ini.  

Pelatihan ini bukan sekadar belajar membatik, dalam prosesnya pewarna alami dari mangrove diperkenalkan sebagai bahan utamanya.

Langkah ini selaras dengan misi BRGM yang tidak hanya fokus pada pemulihan ekosistem mangrove, tetapi juga peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah prioritas rehabilitasi, termasuk Natuna. 

Dengan total area rehabilitasi mangrove sebesar 61 hektare pada tahun 2024 di tujuh desa, Natuna menjadi pusat inovasi yang memadukan konservasi lingkungan dan ekonomi kreatif.  

“Batik mangrove bukan hanya produk seni, tetapi juga simbol pelestarian lingkungan,” ujar Danlanud RSA, Kolonel Dedy Iskandar, dalam sambutannya. 

Lanjutnya, program ini memberikan nilai tambah pada potensi lokal Natuna, sekaligus menciptakan peluang ekonomi baru.

“Saya berharap batik khas Natuna dapat menjadi identitas baru yang membanggakan bagi masyarakat,” katanya. 

Menurutnya, dengan memanfaatkan potensi mangrove dan keahlian membatik, masyarakat Natuna memiliki peluang besar untuk menciptakan produk yang bernilai ekonomi tinggi sekaligus ramah lingkungan.  

“Kolaborasi ini adalah langkah awal. Saya yakin, dengan kerja sama dan semangat yang kuat, kita dapat memperkenalkan batik mangrove Natuna ke tingkat nasional, bahkan internasional,” lugas Kolonel Dedy.

Sementara itu, BRGM yang juga menjadi fasilitator dalam pelatihan ini, berharap keterampilan membatik dapat dimanfaatkan untuk keberlanjutan usaha kelompok masyarakat. 

“Kami tidak menargetkan hasil instan, tetapi ilmu dan keterampilan yang diberikan diharapkan dapat menjadi bekal berharga,” ujar Indra Eka Prabowo, perwakilan staf BRGM.  

Kegiatan ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak, termasuk peserta pelatihan. Mereka menyambut baik kesempatan untuk menggali ilmu baru yang dapat dikembangkan menjadi usaha kreatif berbasis sumber daya lokal. 

Kelompok Tani Tucano Jaya misalnya, mereka berkomitmen untuk menjadikan batik cap mangrove sebagai produk unggulan Natuna.  

Pelatihan pembuatan batik cap di Natuna ini menjadi salah satu contoh sukses pemberdayaan masyarakat melalui kolaborasi lintas sektor.

Batik mangrove menjadi bukti bahwa pelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat dapat berjalan seiring, menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi generasi mendatang. (TRIBUNBATAM.id/Birri Fikrudin)

Baca berita Tribunbatam.id lainnya di Google News

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved