Tukang Jahit di Natuna Menjelang Lebaran Malah Sepi Orderan, Pendapatan Sarofik Anjlok

Suasana menjelang Hari Raya Idul Fitri tahun ini, terasa berbeda bagi salah satu penjahit di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).

TribunBatam.id/Birri Fikrudin
NATUNA - Sarofik, seorang tukang jahit di di Kota Ranai, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepri, Jumat (21/3/2025). Omzetnya menjelang hari raya Idulfitri 1446 Hijriah turun drastis imbas turunnya ekonomi daerah. 

TRIBUNBATAM.id, NATUNA - Menjelang hari raya, tukang jahit biasanya mulai sibuk menerima pesanan pakaian untuk dipakai saat Lebaran.

Tapi kondisinya di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepri berbeda.

Jika pada tahun-tahun sebelumnya, tukang jahit di sana banjir pesanan, kali ini orderan menurun drastis akibat melemahnya ekonomi masyarakat.

Sarofik, seorang penjahit dan permak pakaian di Kota Ranai, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepri mengungkap bahwa jumlah pesanan turun hingga 75 persen dibandingkan Ramadan tahun-tahun sebelumnya.

“Kalau Ramadan dan Lebaran sebelumnya, pesanan sudah meningkat sejak dua minggu sebelum puasa. Tapi tahun ini, ya seperti hari-hari biasa saja,” ujarnya saat ditemui di kios jahitnya, Jum'at (21/3/2025).

Baca juga: DPRD Kepri Setujui Pembentukan Provinsi Natuna Anambas, Cen Sui Lan : Ini Kabar Gembira

Ia mengaku, tahun ini dirinya masih menerima orderan hingga mendekati Lebaran.

Hal itu berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana ia harus menolak pesanan sejak awal Ramadan.  

"Kalau dulu, puasa kurang satu atau dua minggu, penjahit di sini sudah penuh orderan dan berhenti terima jahitan baru. Sekarang, orderan tetap ada, tapi sedikit sekali. Paling kebanyakan hanya permak saja," kata pria 42 tahun itu.

Pendapatannya pun anjlok drastis, jika di tahun-tahun sebelumnya bisa meraup Rp300 hingga Rp400 ribu per hari.

Kini mendapatkan Rp200 ribu dalam sehari begitu sulit baginya.

Baca juga: Jamin Keamanan Mudik Lebaran, Polres Natuna Gelar Apel Operasi Ketupat Seligi 2025

Namun, karena orderan baju baru minim, ia lebih banyak mengandalkan permak pakaian.

"Kalau potong saja ongkosnya mulai dari Rp15 ribu, permak total Rp30 ribu, dan buat baju baru Rp200 ribu per setel. Tapi yang pesan baju baru sekarang hampir tak ada," ungkapnya.

Menurut Sarofik, turunnya permintaan jahitan sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi masyarakat Natuna yang kian lesu. 

Pasalnya, sebagian besar warga di daerah ini bergantung pada pendapatan pegawai negeri.  

“Perputaran ekonomi di Natuna ini kan sangat bergantung pada PNS. Kalau ekonomi mereka turun, ya kami juga terdampak,” jelasnya.  

Baca juga: Jamin Keamanan Mudik Lebaran, Polres Natuna Gelar Apel Operasi Ketupat Seligi 2025

Halaman
12
Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved