Tukang Jahit di Natuna Menjelang Lebaran Malah Sepi Orderan, Pendapatan Sarofik Anjlok
Suasana menjelang Hari Raya Idul Fitri tahun ini, terasa berbeda bagi salah satu penjahit di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
Penulis: Birri Fikrudin | Editor: Septyan Mulia Rohman
TRIBUNBATAM.id, NATUNA - Menjelang hari raya, tukang jahit biasanya mulai sibuk menerima pesanan pakaian untuk dipakai saat Lebaran.
Tapi kondisinya di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepri berbeda.
Jika pada tahun-tahun sebelumnya, tukang jahit di sana banjir pesanan, kali ini orderan menurun drastis akibat melemahnya ekonomi masyarakat.
Sarofik, seorang penjahit dan permak pakaian di Kota Ranai, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepri mengungkap bahwa jumlah pesanan turun hingga 75 persen dibandingkan Ramadan tahun-tahun sebelumnya.
“Kalau Ramadan dan Lebaran sebelumnya, pesanan sudah meningkat sejak dua minggu sebelum puasa. Tapi tahun ini, ya seperti hari-hari biasa saja,” ujarnya saat ditemui di kios jahitnya, Jum'at (21/3/2025).
Baca juga: DPRD Kepri Setujui Pembentukan Provinsi Natuna Anambas, Cen Sui Lan : Ini Kabar Gembira
Ia mengaku, tahun ini dirinya masih menerima orderan hingga mendekati Lebaran.
Hal itu berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana ia harus menolak pesanan sejak awal Ramadan.
"Kalau dulu, puasa kurang satu atau dua minggu, penjahit di sini sudah penuh orderan dan berhenti terima jahitan baru. Sekarang, orderan tetap ada, tapi sedikit sekali. Paling kebanyakan hanya permak saja," kata pria 42 tahun itu.
Pendapatannya pun anjlok drastis, jika di tahun-tahun sebelumnya bisa meraup Rp300 hingga Rp400 ribu per hari.
Kini mendapatkan Rp200 ribu dalam sehari begitu sulit baginya.
Baca juga: Jamin Keamanan Mudik Lebaran, Polres Natuna Gelar Apel Operasi Ketupat Seligi 2025
Namun, karena orderan baju baru minim, ia lebih banyak mengandalkan permak pakaian.
"Kalau potong saja ongkosnya mulai dari Rp15 ribu, permak total Rp30 ribu, dan buat baju baru Rp200 ribu per setel. Tapi yang pesan baju baru sekarang hampir tak ada," ungkapnya.
Menurut Sarofik, turunnya permintaan jahitan sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi masyarakat Natuna yang kian lesu.
Pasalnya, sebagian besar warga di daerah ini bergantung pada pendapatan pegawai negeri.
“Perputaran ekonomi di Natuna ini kan sangat bergantung pada PNS. Kalau ekonomi mereka turun, ya kami juga terdampak,” jelasnya.
Baca juga: Jamin Keamanan Mudik Lebaran, Polres Natuna Gelar Apel Operasi Ketupat Seligi 2025
Natuna Jadi Percontohan Sistem Monitoring Evaluasi Program ATENSI, Kemensos Libatkan Warga Desa |
![]() |
---|
Cegah Penyakit Prioritas Sejak Dini, Warga Natuna Ikuti Cek dan Penyuluhan Kesehatan |
![]() |
---|
Murid Sekolah Rakyat Natuna Mulai Masuk Asrama, Besok Peresmian dan MPLS |
![]() |
---|
Perkuat Produksi Pangan Lokal, Pemkab Natuna Salurkan Ribuan Bibit Cabai ke Petani |
![]() |
---|
Kado Spesial Menjelang HUT ke-80 TNI, Tiga Matra di Natuna Gelar Bakti Kesehatan Donor Darah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.