Disdik Kepri Blak-Blakan Kondisi PLA Batam Buat Penyandang Autis, Orangtua Iuran Tutupi Operasional
Disdik Kepri blak-blakan terkait kondisi Pusat Layanan Autis atau PLA Batam. Orang tua terpaksa iuran Rp 100 ribu per bulan tutupi operasional lembaga
TRIBUNBATAM.id, BATAM - Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau (Disdik Kepri) blak-blakan kondisi Pusat Layanan Autis (PLA) di Kota Batam.
Pusat Layanan Autis atau PLA Batam ini menjadi sorotan termasuk dari Disdik Kepri setelah orangtua yang anaknya menyandang autisme harus mengeluarkan iuran sebesar Rp 100 ribu per bulan.
Iuran ini untuk menutupi biaya operasional lembaga terapi bagi penyandang autis di Kota Batam.
PLA Batam diketahui satu-satunya pelayanan milik pemerintah bagi anak-anak penyandang autis di Provinsi Kepri.
Kepala Bidang Pendidikan Khusus Dinas Pendidikan Provinsi Kepri, Siti Hidayati Roma, mengonfirmasi bahwa PLA Batam belum memiliki struktur resmi dan masih dalam proses pembentukan.
Siti menjelaskan, ada dua opsi untuk kelembagaan PLA ke depan: digabungkan dengan Sekolah Luar Biasa (SLB) atau masuk ke dalam Bidang Pembinaan Pendidikan Khusus.
"Selama ini PLA tidak punya struktur organisasi. Kita sudah usulkan agar ada perubahan, dan saat ini sedang diusulkan untuk disusun peraturan gubernurnya," katanya melalui sambungan telepon kepada Kompas.com.
Baca juga: Amanda Manopo Ingin dapat Tawaran Akting jadi Penyandang Autis
Siti menegaskan, PLA tidak memiliki tenaga terapis bersertifikat.
"Lima staf yang selama ini bekerja di PLA ternyata bukan terapis bersertifikasi. Mereka sudah terbiasa melakukan terapi, tapi secara formal mereka tidak memenuhi syarat," ujarnya.
Siti menambahkan, Dinas Pendidikan tidak dapat mengusulkan formasi terapis ke PLA setelah lulus PPPK, karena hal tersebut merupakan kewenangan Dinas Kesehatan.
Sebagai solusi, jika PLA digabungkan dengan SLB atau bidang pendidikan khusus, layanan terapi harus dilakukan melalui kerja sama dengan tenaga profesional.
Pemprov Kepri menargetkan regulasi terkait status hukum PLA dapat rampung tahun ini.
Setelah statusnya jelas, bantuan resmi dari pemerintah diharapkan dapat dikucurkan dan proses pelayanan bisa berjalan lebih baik.
Baca juga: Disdik Kepri Buka Pendaftaran SPMB Offline Khusus Siswa yang Belum Diterima Masuk Sekolah
"Untuk status PLA tahun ini ditargetkan harus siap. Mudah-mudahan lebih cepat," tutup Siti.
Krisis Dana Operasional Serius
Pusat Layanan Autis (PLA) di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau diketahui menghadapi krisis dana operasional yang serius.
Rana, orangtua anak penyandang autis saat ditemui di Batam Center mengungkap jika ketiadaan dana operasional bagi PLA Batam dari Pemprov Kepri sudah terjadi sejak 3 tahun terakhir.
Orangtua anak penyandang autisme terpaksa mengeluarkan iuran sebesar Rp100 ribu per bulan untuk menutupi biaya operasional lembaga terapi ini.
Uang iuran tersebut digunakan untuk membiayai terapi air, les musik, serta berbagai kebutuhan operasional PLA, seperti jasa kebersihan dan pembelian kertas.
Rana dan orangtua lainnya mengaku tidak keberatan dengan iuran bulanan ini.
Baca juga: Disdik Kepri Bangun 3 Sekolah Baru di Batam, Karimun dan Natuna, Beroperasi Tahun 2026
Iuran ini terpaksa dilakukan setelah PLA menginformasikan kepada orangtua bahwa dana operasional dari pemerintah telah terhenti.
Kondisi ini berimbas pada kekurangan tenaga terapis di PLA Batam.
Dari awalnya memiliki tiga terapis, kini hanya tersisa satu orang setelah dua terapis lainnya lolos seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
"Saat ini hanya ada satu terapis, sebelumnya tiga orang, tapi dua orang lainnya sudah lolos seleksi PPPK. Jika satu lagi juga lolos, maka tidak ada lagi terapis di PLA," jelasnya.
Total staf PLA Batam yang berjumlah lima orang kini juga mengikuti seleksi PPPK, berharap tetap dapat ditempatkan di PLA setelah lulus.
Namun, harapan ini pupus setelah keputusan penempatan di Tanjungpinang diumumkan.
Kekurangan dana operasional juga berdampak pada jumlah anak yang mengikuti terapi.
Baca juga: Disdik Kepri Akan Uji Coba Makan Bergizi Gratis di Batam, Lokasinya di Sini
Saat ini, hanya ada 15 anak yang masih mendapatkan layanan terapi, jauh berkurang dari 60 anak sebelumnya.
"Setelah dana tidak ada, harapan kami adalah ikut seleksi PPPK dan bisa ditempatkan di sini. Namun ternyata berbeda karena mereka ditempatkan di tempat lain. Sekarang kotor di mana-mana," keluh Rana.
Ia menambahkan bahwa terapi bagi anak autis di luar PLA sangat mahal, berkisar antara Rp80 ribu-100 ribu per jam. (TribunBatam.id/*) (Kompas.com)
Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google News
Kecelakaan Maut di Batam, Dua Orang Tewas Dalam Satu Pekan, Kawasan Ini Paling Rawan |
![]() |
---|
Pakar IIPA Sebut Kreator Indonesia Harus Melek Hak Cipta, Pemerintah Wajib Beri Rasa Aman |
![]() |
---|
Jenazah Korban Kecelakaan Maut di Batam Dimakamkan di Samosir, Pelayat Iringi Kepergian Asep |
![]() |
---|
Bidan Hamil Dianiaya Kekasih Oknum Polisi Polsek Sagulug Batam, Kuku Dicabut Hingga Alami Pendarahan |
![]() |
---|
Derita Bidan Asal Medan Laporkan Oknum Polisi di Batam, Kondisi Hamil Malah Dianiaya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.