Hotmas Paris Protes Tersangka Pembubaran Ibadah di Kampung Tangkil Tak Ditahan
Pengacara, Hotman Paris memprotes soal adanya usulan penangguhan penahanan yang dilakukan oleh Kementerian HAM terhadap 7 tersangka
TRIBUNBATAM.id-Pengacara, Hotman Paris memprotes soal adanya usulan penangguhan penahanan yang dilakukan oleh Kementerian Hak Asasi Manusia (HAM) terhadap 7 tersangka dalam kasus pembubaran ibadah dan perusakan vila yang digunakan sebagai tempat retret di Kampung Tangkil, Desa Tangkil, Cidahu, Sukabumi.
"Halo bapak Menteri HAM jangan sampai ada penangguhan terhadap tujuh tersangka pengerusakan di Sukabumi," kata Hotman kepada wartawan Jakarta Utara, Jumat (4/7/2025).
Menurutnya, Kementerian HAM harusnya bertugas untuk menindak orang-orang yang melakukan pelanggaran dan bukan malah berpihak kepada tersangka.
"Bapak itu diangkat jadi menteri HAM adalah untuk menangkap orang-orang yang melanggar HAM jangan bapak coba-coba melakukan penangguhan penahanan," tuturnya.
Lanjutnya, ia khawatir jika penangguhan penahanan ini tetap dilakukan, maka kejadian serupa bisa terulang kembali.
"Karena ini bisa terjadi terhadap semua agama bukan hanya agama kristen. Jadi sekali lagi pada bapak Menteri HAM jangan bapak bantu untuk penangguhan. Justru bapak ditunjuk sebagai menteri untuk membantu polisi menangkap pelanggar HAM," ucapnya.
Sebelumnya, Staf Khusus Menteri HAM, Thomas Harming Suwarta, menyampaikan bahwa KemenHAM akan mengajukan permohonan penangguhan penahanan secara resmi kepada pihak kepolisian.
Hal ini disampaikan Thomas pada acara penguatan bersama seluruh unsur Forkopimda Kabupaten Sukabumi dan tokoh Lintas Agama di Pendopo Sukabumi, Kamis (3/7/2025).
"Dari Kementerian Hak Asasi Manusia memang mendorong untuk dilakukan penangguhan penahanan kepada tersangka. Seperti kata Pak Kapolres tadi, ada upaya penegakan hukum dilakukan secara profesional, proporsional dan tentu berkeadilan," kata Thomas.
Sebelumnya viral sekumpulan orang menggeruduk ibadah Desa Tangkil, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Jumat (27/6/2025).
Mirisnya, sekelompok orang itu membubarkan para siswa Kristen yang sedang ibadah dalam Vila.
Bahkan, mereka diusir hingga vila dirusak massa.
Salah satu akun Instagram yang mengunggah video aksi tersebut adalah @sukabumi_satu pada Sabtu (28/6/2025).
Dalam video tersebut, tampak sejumlah massa merusak bangunan hingga memecahnya.
Bahkan, ada salah satu pelaku pengrusakan yang sampai mengambil kayu berbentuk salib dan menjatuhkannya ke lantai.
Selain itu, salib berukuran besar tersebut juga digunakan massa untuk memecahkan jendela.
Berdasarkan narasi yang dituliskan oleh akun Instagram tersebut, aksi perusakan disebabkan bangunan tersebut digunakan tempat ibadah.
Narasi yang dituliskan juga menyebut jika setiap kegiatan keagamaan yang dilakukan selalu menutupi jalan warga.
"Rumah ini sudah tiga kali digunakan untuk melakukan ibadah misa," ungkap Ketua RT setempat, Hendra.
"Pernah saat misa beberapa waktu yang lalu sampai ada 23 mobil serta menggunakan bis," imbuh dia.
"Dan hal itu sebelumnya pernah dilakukan peneguran bahkan sudah melarang dan menolak agar tempat ini digunakan untuk sarana peribadatan," katanya.
Di sisi lain, belum ada pernyataan dari pemilik tempat ibadah, seperti dilansir dari Tribunnews.com.
Kepolisian juga belum mengungkap kronologi dan duduk perkara hingga terjadinya aksi perusakan tersebut.
Sementara itu, politikus PSI sekaligus Calon Ketua Umum PSI, Ronald A Sinaga atau akrab disapa Bro Ron, bereaksi terkait aksi viral massa tersebut.
Sementara itu, politikus PSI sekaligus Calon Ketua Umum PSI, Ronald A Sinaga atau akrab disapa Bro Ron, bereaksi terkait aksi viral massa tersebut.
Sementara itu, politikus PSI sekaligus Calon Ketua Umum PSI, Ronald A Sinaga atau akrab disapa Bro Ron, bereaksi terkait aksi viral massa tersebut.
Dia pun mendesak agar aparat penegak hukum segera menangkap seluruh pelaku perusakan.
Lebih lanjut, Guntur mengungkapkan, melaksanakan ibadah di Indonesia sebenarnya tidak perlu izin.
Dia mengatakan, jika memang masih ada permasalahan soal pendirian rumah ibadah, maka warga sekitar seharusnya memfasilitasi, alih-alih melarang hingga melakukan perusakan.
Ia menegaskan, negara tidak boleh membiarkan tindakan intoleransi berkembang di Indonesia karena bisa merusak persatuan dan kesatuan antar umat.
"Negeri kita tidak boleh kalah pada pihak-pihak intoleran dan radikal yang mengatasnamakan suatu agama, tapi bertujuan merusak persatuan kita sebagai bangsa," jelasnya.
Aktivis anti intoleransi yang juga pegiat media sosial, Permadi Arya alias Abu Janda, juga mengecam aksi intoleransi yang terus terjadi di Indonesia.
Permadi mengecam aksi intoleransi yang terjadi di Sukabumi, Jawa Barat, pada Jumat 27, Juni 2025, lalu.
Dimana menurut Permadi, siswa Kristen dari Jakarta yang melakukan retret di salah satu villa di Sukabumi digeruduk massa, diusir, hingga vila dirusak.
Hal itu diungkapkan Permadi Arya lewat video yang diunggahnya di akun Instagram miliknya, @permadiaktivis2, Minggu (29/6/2025).
"Dan terjadi lagi. Intoleransi di indonesia bagian barat emang udah enggak ada obat."
"Jumat kemarin, siswa siswi Kristen dari Jakarta sedang melakukan kegiatan retret di Sukabumi, digeruduk warga intoleran, diusir dari vila, dan vila dirusak massa," kata Permadi.
Retret tersebut, kata Permadi, semacam piknik rohani sambil liburan, tetapi belajar kitab sambil berdoa.
"Mereka pergi ke sebuah vila di Cidahu, Sukabumi, dan mungkin warga setempat gerah dengar mereka nyanyi-nyanyi," kata Permadi.
"Lalu beramai-ramai mendatangi geruduk kegiatan retret tersebut. Mengusir siswa siswi dari vila, bahkan melakukan perusakan properti dan vandalisme," imbuhnya.
Menurut Permadi, ini bukan soal izin, karena retret tidak perlu izin.
"Ini bukan soal izin. Jangan terkecoh dengan alasan izin. Ini murni Kristen phobia," kata Permadi.
"Kebencian dan ketakutan terhadap agama Kristen yang dibiarkan negara, dari zaman Pak Jokowi sampai presidennya Pak Prabowo," bebernya.
Bahkan, menurutnya, tidak ada atensi dari negara apalagi upaya mitigasi terhadap aksi intoleransi.
"Aparat tidak pernah hadir untuk memastikan kebebasan beribadah bagi umat minoritas, ini realita di Indonesia bagian barat. Indonesia yang Kristen Phobia," katanya.
"Dan karena pemerintah tutup mata, bahkan seringkali memihak pada warga intoleran, mungkin kita anggap saja Indonesia bagian barat ini adalah tempat kalian umat Kristen bisa ikut merasakan tantangan dan penderitaan Yesus memanggul salib. Happy Sunday," kata Permadi.
Dari penyelidikan polisi, saat ini ada 7 orang dijadikan tersangka. Namun, para tersangka dikabarkan tidak akan ditahan.(*)
Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.