PEMBUNUHAN POLISI DI LOMBOK

Kesaksian Pemandi Jenazah Brigadir Nurhadi, Mertua Menduga Dijebak 2 Atasan Korban

Sukarmidi beranggapan bahwa Brigadir Nurhadi meninggal dunia karena kekerasan alias penganiayaan.

Editor: Khistian Tauqid
Dok.Polri
BRIGADIR NURHADI TEWAS - Foto Brigadir Nurhadi yang tewas tak wajar di kolam renang, mirisnya 2 tersangka pembunuhan terhadapnya yang merupakan atasann di kepolisian justru tak ditahan, Sabtu (5/7/2025). Mertua mendiang Brigadir Nurhadi, Sukarmidi mengungkap bekas luka di tubuh menantunya saat memandikan jenazah. 

"Pada saat datang ada penyidik, 'bapak tahu persis ?'. 'Tahu, orang saya yang mandikan'," katanya.

Selain di wajah, ada pula luka seperti goresan pada bagian punggung.

"Di belakang sini. Kalau di sini kan enam goresan," katanya.

Bahkan menurutnya kaki Nurhadi juga berlubang.

"Kalau di sini (telapak kaki) ada bolong. Kita yang mandikan kan kita tahu persis," katanya.

Sebelumnya, Brigadir Nurhadi ditemukan di dasar kolam vila Tekek, Gili Trawangan, dan dilaporkan meninggal pada 16 Juli 2025. 

Saat itu, Brigadir Nurhadi sedang bersama dua atasannya, Kompol YG dan Ipda HC, serta dua orang perempuan, M dan P.

Kini dua atasan Brigadir Nurhadi dan tersangka Misri telah ditahan.

Korban Tewas Dicekik

Sementara, hal senada seperti yang diutarakan Ahli forensik Universitas Mataram dr Arfi Samsun.

Dari hasil pemeriksaan, diduga Brigadir Nurhadi tewas dihabisi atasannya.

Dokter ahli forensik, Arfi Syamsun mengungkapkan Brigadir Nurhadi dicekik dan ditenggalamkan ke kolam dalam kondisi masih hidup.

Ia mengatakan hasil autopsi menunjukkan Nurhadi mengalami patah tulang lidah dan leher karena cekikan, luka-luka pada wajah hingga kaki, dan diduga tewas karena ditenggelamkan dalam kolam.

POLISI TEWA - Foto Tiga Tersangka kasu kematian Brigadir Nurhadi yakni Ipda Haris Chandra, Misri Puspita Sari dan Kompol I Made Yogi Purusa Utama.
POLISI TEWA - Foto Tiga Tersangka kasu kematian Brigadir Nurhadi yakni Ipda Haris Chandra, Misri Puspita Sari dan Kompol I Made Yogi Purusa Utama. (Ist)

"Pada saat terjadi kekerasan di daerah leher yang bersangkutan masih hidup, faktanya adalah ada rasapan darah.

kemudian yang bersangkutan ada di air dan itulah kemudian yang menghakhiri hidupnya adanya insipirasi air di dalam napasnya yang bisa mengalir ke otak, ginjal dan seterusnya," kata Arfi Syamsun dilansir Youtube Kompas TV, Kamis (10/7/2025).

Halaman
123
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved