"Yah malam minggu itu kita tetangga-tetangga masih belum tahu. Ramainya baru pas hari Minggu pagi setelah lihat di telivisi.
Kita nggak percaya, masa' Pak Karim jadi mahaguru Dimas Kanjeng, salat aja jarang. Nggak pernah ikut pengajian atau kumpul-kumpul sama warga di masjid.
Kayanya dia cuma jadi korban aja. Mungkin dia diajak karena orang-orang nggak mampu," ujar Lona, tetangga Abdul Karim.
Harap Pulang
Keluarga berharap tujuh warga Duri Kepa yang dibawa oleh Polda Jawa Timur segera dipulangkan. Mereka khawatir akan kesehatan dan nasib anggota keluarganya itu.
"Harapannya bisa segera pulang. Saya belum bisa teleponan. Kata polisi Polsek Tanjung Duren bapak dipulangin Selasa, tapi katanya mundur lagi Kamis," kata Dahro.
Mereka menilai kepala rumah tangganya itu tidak sengaja terlibat dalam aksi tipu-tipu Dimas Kanjeng dengan dijadikan mahaguru.
"Jadi, bapak tuh nggak tahu-menahu dijadikan mahaguru palsu. Namanya sudah tua diajak jalan dan dikasih uang, yah mau aja. Saya kasihan bapak sudah tua, di tv diberitakan jadi tersangka," kata Dahro.
"Emas batangan apaan? Sama sekali nggak dapat. Nggak dapat emas apalagi uang gepokan seperti di tv. Mungkin kalau diteruskan iya kali dapat," sambungnya.
Dahro mengungkapkan, seorang putri dari anak Abdul Karim kerap pingsan setiap kali melihat pemberitaan ayahnya di televisi.
"Anak cewek yang bungsu suka pingsan kalau ada berita bapak. Dia kepikiran bapak sudah tua dan takutnya nanti susah makan di kantor polisi," ungkapnya.
Sementara itu, anak Murjang alias Abah Nogososro, Nur, mengaku telah berkomunikasi melalui telepon genggam dengan ayahandanya yang berada di Mapolda Jawa Timur.
Dan Murjang menyampaikan kabar dalam kondisi sehat dan tidak ditahan. Meski begitu, ia tetap khawatir kelanjutan nasib ayahandanya.
Terlepas itu, Nur mengaku ayahandanya mendapatkan pelajaran atas kasus yang menimpanya ini.
"Nanti aku mau bilang ke bapak, harus hati-hati berteman, kalau diajak-diajak yang nggak jelas begitu jangan mau," ucap Nur. (abdul qodir/valdy)