Historia

Terungkap! Inilah Fakta-fakta Jenderal Ahmad Yani Yang Tak Terungkap. Kisahnya Bikin Merinding!

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jenderal Ahmad Yani

Bekas ajudan menambahkan, ketika untuk pertama kali berkenalan dengan Pak Yani kira-kira enam tahun yang lalu, ia hanya seorang "kroco", seorang kapten yang selamanya berada di medan pertempuran, tak tahu menahu tentang seluk-beluk pekerjaan staf dengan segala urusan, perencanaan dan administrasinya.

"Dalam waktu singkat saya merasa dijadikan "orang" oleh Pak Yani", tambahnya.

Tegas, cepat, dan tepat mengambil keputusan, kepercayaan diri yang penuh optimisnie – sifat-sifat itu pulalah yang merupakan kunci kecemerlangan Pak Yani di medan pertempuran.

Berada di bawah komandonya para anak buah merasa aman dan kuat. Pandangan atas pertempuran yang dihadapi, menjadi cerah sekalipun perlengkapan dan persenjataan tak memadai.

Misalnya ketika ia sebagai letkol komandan Brigade Magelang memimpin operasi menumpas pengacauan yang dilakukan oleh "Angkatan Ummat Islam" ' (AUI) di sekitar Magelang, yaitu pada tahun 1950-an.

Pada suatu hari ia menerima kabar bahwa gerakan AUI sedang mengganas di daerah Kebumen. Dengan segera ia memutuskan berangkat ke tempat yang genting itu.

Hanya naik jeep dengan kawalan satu kendaraan "Bren Carrier". Lewat Kutoardjo jalanan sepi. Seorang pembantu letnan merasa takut "Bagaimana Pak, ini sangat gawat!"

Dengan tenang letkol Yani menjawab "Tidak apa-apa. Terus saja!"

Konvoi kecil jalan terus. Mendekati sebuah jembatan. Tiba-tiba terdengar tembakan gencar. Ternyata dari seberang jembatan tersebut.

Si pembantu letnan bertanya, "Bagaimana Pak, serang saja?".

"Ya,” jawab Pak Yani, “terus serang". Yani langsung memimpin "pasukan"nya. Bren Carrier naik tanggul untuk mengambil posisi yang baik.

Dan Yani dengan beberapa gelintir anak buahnya berhasil mengocar-ngacirkan lawan yang berkekuatan lebih kurang 100 orang.

Hal yang sama terjadi di Pingit di perbatasan antara Semarang dan Kedu pada zaman clash I tahun 1947.

Ketika itu Major Yani bersama anak buah, antara lain Sarwo Eddy (kini komandan "macan" RPKAD) dan Surachmad, dengan perlengkapan sederhana berhasil membuyarkan serangan kilat pasukan Belanda yang datang menyerbu lengkap dengan kendaraan-kendaraan berlapis baja.

Masih banjak contoh-contoh semacam itu. Misalnya ketika Yani – di zaman Jepang Shodantjo – melucuti pasukan Jenderal Nakamura di Magelang.

Halaman
1234

Berita Terkini