Saat ini, ketiga anaknya menikah muda.
Anak pertamanya, perempuan, menikah selepas lulus SMP.
Sementara, anak kedua, laki-laki, dan ketiga, perempuan, menikah selepas lulus SMA.
Ketiganya sudah bekerja.
Yang pertama sebagai penata rias pengantin, yang kedua sebagai satpam, dan si bungsu merupakan buruh pabrik.
Meski dimadu suaminya, Nur tak setuju jika anaknya menikah dengan lebih dari satu orang.
Selain dirinya, Nur mengatakan, banyak perempuan di desa tersebut mengalami nasib sama ketika suami mereka berpoligami.
Asal usul nama jalan
Seorang warga, Mursidan, mengatakan, banyaknya warga yang berpoligami membuat kawasan ini dinamakan Jalan Wayoh oleh warganya.
Dalam bahasa Indonesia, Wayoh artinya bermadu, poligami.
"Bahkan, ada satu warga yang sampai memiliki tiga istri sekaligus."
"Orangnya kayak penjaga tambak tapi istrinya sampai tiga," tutur Mursidan.
Menurut Mursidan, kebanyakan pernikahan poligami itu dilakukan secara siri.
Betapa pun, katanya, praktik itu kini sedikit menurun.
Menurut Tohirin, Kepala Desa Kedung Banteng, praktik itu kebanyakan terjadi sekitar tahun 80-an hingga akhir tahun 90-an.