Dan, istri pertama serta kedua tinggal di kawasan yang sama.
"Cuman beda RT saja," kata dia.
Namun, Tohirin mengatakan, pratik poligami sudah tidak dilakukan generasi yang lebih muda karena laki-laki dan perempuan sudah mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi.
"Kalau sekarang, kebiasaan seperti itu sudah tidak ada lagi, hanya namanya saja yang tetap wayoh," kata dia.
Nama jalan yang tidak berubah itu, dan banyak yang menduga, kawasan ini menyediakan layanan nikah siri.
Beberapa kali Tohirin kedatangan tamu yang bertanya tentang nikah siri itu.
"Karena nama itu, dikira desa kami ini menyediakan layanan nikah siri," tutur dia. (BBC Indonesia)