Nurdin menduga, jaringan narkoba internasional itu sengaja menyelundupkan sabu di tengah cuaca yang tidak bersahabat.
Sebab, mereka memperkirakan tidak ada petugas yang patroli.
Namun perkiraan mereka meleset karena kapal tersebut terus diintai sejak dari perairan internasional oleh sejumlah kapal patroli yang sudah siap menyergapnya.
"Sebagai Gubernur, saya juga berterimakasih terhadap mereka. Sebab, Kepulauan Riau akan bebas dari segala penyelundupan apabila aparat terus bersatu," katanya.
Nurdin mengatakan, dengan dua penangkapan besar kapal penyelundupan sabu di perairan Kepri memasuki tahun 2018 ini, menunjukkan bahwa perairan Kepri memang harus dijaga lebih ketat lagi.
Sebab Kepulauan Riau ini memang berdekatan dengan sejumlah negara lain serta menjadi persimpangan lalulintas laut ke sejumlah wilayah di Indonesia.
"Kita akan lakukan perhatian lebih terhadap perairan kita ini, karena memang sangat rawan dengan berbagai kasus penyelundupan, termasuk narkoba" terangnya.
Seperti diketahui, dalam bulan Februari ini, ada tiga kapal asing tertangkap membawa sabu dengan jumlah barang bukti yang cukup besar.
Tangkapan pertama dilakukan oleh TNI AL di Selat Philip, perbatasan Batam dan Singapura dengan barang bukti 1 ton sabu.
Bahkan, menurut Kepala BNN Komjen Budi Waseso, jumlahnya diperkirakan mencapai 3 ton dan belum diketahui, dimana muatan lainnya disembunyikan.
Dua minggu setelahnya, giliran Polair Polri dan Bea Cukai menangkap kapal sabu di perairan Anambas, Selasa (19/2/2018) lalu, dengan barang bukti sabu 1,6 ton.
Terakhir, giliran DCBC Karimun menangkap kapal Win Long yang diduga berasal dari Myanmar di perairan Karimun.
Belum diketahui, kapan persisnya kapal ini ditangkap, namun kapal tersebut digiring ke pelabuhan milik DJBC Khusus Kepri, Karimun, Jumat (23/2/2018) sore.
Menurut informasi, kapal itu setidaknya membawa 1 ton sabu.