MALU! Suriah Mengklaim Tembak Jatuh 9 Rudal, Ternyata Hanya Alarm Palsu. Benarkah Di-hack?

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Amerika meluncurkan rudal tomahawk ke wilayah Suriah, akhir pekan lalu

TRIBUNBATAM.id, DAMASKUS - Suriah mengklaim telah berhasil menembak sembilan rudal yang ditembakkan ke wilayah Homs, Selasa (17/4/2018) dinihari.

Namun, sebuah sumber di internal militer Suriah memberi pernyataan bahwa penembakan itu ternyata hanya alarm palsu.

Komandan kawasan regional yang menolak disebutkan identitasnya mengatakan, serangan rudal tersebut merupakan alarm palsu.

Seperti dilansir London Evening Standard, Selasa (17/4/2018), komandan itu berujar bahwa sistem pertahanan Suriah memang melakukan tembakan.

"Namun, diketahui sistem tersebut mengalami malfungsi, dan bukan sebuah respon atas serangan rudal," kata komandan tersebut.

Komandan tersebut kemudian menyalahkan Amerika Serikat ( AS) dan Israel karena dianggap meretas sistem radar Suriah.

Sebelumnya, media pemerintah Suriah, SANA, melaporkan kalau sistem anti-udara mereka berhasil mencegat serangan rudal yang menyasar pangkalan udara.

Media milik Hezbollah menambahkan, total ada sembilan rudal yang berusaha menghantam pangkalan militer Suriah.

Rinciannya, enam rudal menargetkan pangkalan udara Shayrat dan sisanya menyasar pangkalan Al-Dumayr.

"Semua misil berhasil dicegat," kata media Hezbollah.

Namun juru bicara Pentagon menyatakan, mereka belum melakukan operasi militer kedua sejak serangan pekan lalu.

"Tidak ada operasi yang kami atau koalisi lakukan," katanya.

Pernyataan yang sama juga diucapkan oleh juru bicara militer Israel. "Kami tidak perlu berkomentar atas laporan seperti itu," ujarnya.

Pangkalan udara Al Shayrat sebelumnya memang menjadi target rudal Tomahawk milik AS pada beberapa waktu lalu atas komando dari Presiden AS Donald Trump.

Trump memerintahkan pembalasan dugaan penggunaan senjata kimia di Douma untuk menaklukkan kota yang dikuasai kelompok pemberontak Khan Sheikhun.

Tembakan rudal yang dilanjutkan dengan serangan udara tersebut merupakan peringatan keras terhadap rezim Assad untuk tidak lagi menggunakan serangan kimia.

Serangan kimia tersebut menewaskan setidaknya 70 orang pada 7 April lalu sehingga pasukan sekutu AS, Inggris dan Prancis kemudian meluluhlantakkan tiga titik di sekitar Damaskus.

Tiga titik itu adalah pangkalan udara di Homs serta pangkalan militer serta basis yang diduga tempat senjata kimia itu disiapkan.

Serangan ini memicu ketegangan antara sekutu dengan Rusia yang selama ini mendukung rezim Bashar Assad untuk melawan pemberontak.

Suriah mendesak Dewan Keamanan PBB untuk membahas serangan sekutu yang menurut mereka melanggar piagam PBB.

Namun sebelumnya, Rusia juga memveto pembahasan serangan kimia yang dilakukan di Douma.

Rusia sendiri, pada hari Minggu, mengirimkan dua kapal induk yang diduga berisi peralatan militar untuk mengantisipasi serangan lanjutan dari pihak sekutu.

Berita Terkini