Dahsyat
Pada 1966, letusan terjadi di Kawah Soputan.
Ketika itu isi lava lereng barat menutup lubang kepundan Soputan. Harian Kompas pada 29 Mei 1966 mewartakan bahwa rumah penduduk yang berada di kaki Gunung Soputan mendapati aktivitas gunung dan menerima hujan abu setebal 10 sentimeter.
Letusan diawali dengan dentuman dan gemuruh dibarengi oleh asap yang melambung tinggi.
Pada waktu itu, penduduk kampung Tonsewer, Tewure, Kamonang, Tumaratas, Rangitis, Amperung terpaksa mengungsi.
Namun tercatat, letusan Gunung Soputan yang paling hebat terjadi 30 tahun silam terjadi pada 1982.
Debu panas disertai api sampai ketinggian 4.000 meter yang menyebabkan hujan abu vulkanik, ketika itu ketebalan abu vulkanis sekitar 30 sentimeter dan menutupi rumah warga.
Dalam tahun itu juga terjadi sekitar 6 letusan dan selain mengeluarkan asap tebal, juga bersamaan letusan itu dilontarkan material kerikil kecil dan pasir.
Muntahan larva mulai melanda desa yang berada di sekitar gunung dengan jarak 15 kilometer.
Sekitar 500 rumah rusak dan mengancam sekitar 32.000 penduduk pada daerah itu.
Peristiwa itu tercatat sebagai terparah pada era 1980-an.
Khusus periode 1980-an, tercatat beberapa kali letusan beruntun.
Setelah itu barulah letusan di Gunung Soputan naik turun, menunjukkan aktivitasnya walau kecil antara 1990-an sampai 2000-an. Terakhir meletus pada Januari 2016.
Ketika itu Gunung Soputan meluapkan hujan abu vulkanik sampai ke Kabupaten Minahasa dan Kabupaten Minahasa Tenggara.
Abu tipis terus turun dan menghujani beberapa daerah dikedua wilayah tersebut. Hujan abu juga mulai turun di sebagian Kabupaten Minahasa dengan dampak yang paling terasa tepatnya di Kecamatan Langowan.
Abu vulkanik dari letusan Gunung Soputan mencapai tinggi 2.000 meter dari permukaan laut.(*)