Hari Sumpah Pemuda

Sumpah Pemuda, Kongres Pemuda Tak Boleh Berkata Merdeka. Ini 4 Faktanya

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Para pencetus Ikhrar Hari Sumpah Pemuda di Kongres Pemuda II 28 Oktober 1928

TRIBUNBATAM.id- Hari Sumpah Pemuda selalu diperingati tanggal 28 Oktober.

Sumpah Pemuda sendiri diadakan pada tanggal 27-28 Oktober 1928 di Batavia.

Sumpah Pemuda juga menjadi tonggak utama dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.

Dikutip dari Bobo, ada beberapa fakta menarik mengenai Sumpah Pemuda yang jarang diketahui oleh khalayak.

Baca: Live Streaming China vs Malaysia di Piala Asia U19 2018 Jumat Malam Ini. Kick Off 19.00 WIB

Baca: Timnas U19 Indonesia vs Jepang, Duel Dua Messi Asia. Mana yang Lebih Hebat

1. 700 Peserta dari berbagai etnis di Nusantara

Kongres Pemuda II menjadi cikal bakal Sumpah Pemuda.

Dalam Kongres, diikuti oleh 700 peserta dari Nusantara.

Mereka berasal dari keorganisasian kepemudaan macam Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Rukun, Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI), dan Pemuda Kaum Betawi.

Baca: Jadwal dan Live Streaming RCTI, Timnas U19 vs Jepang Main di Hari Sumpah Pemuda

2. Tak ada istilah Sumpah Pemuda

Mohammad Yamin lah yang merumuskan ikrar Sumpah Pemuda hasil Kongres Pemuda II.

Akan tetapi pada waktu itu, baik peristiwa maupun rumusan ikrar hasil kongres memiliki sebutan atau judul tertentu seperti yang kita kenal sekarang.

Baru tahun 1959 dengan dikeluarkannya Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959 yang menetapkan Hari Sumpah Pemuda sebagai Hari Nasional.

3. Tak boleh berkata Merdeka

Belanda yang mengetahui adanya kongres ini mengirimkan tentaranya untuk melakukan penjagaan ketat di sana.

Para peserta dilarang berkata 'Merdeka' atau nanti diciduk.

Meski begitu para pemuda tetap bisa merumuskan ikrar demi menuju kemerdekaan nusantara.

4. Masih gunakan bahasa Belanda

Meski bersifat nasionalis, para peserta Kongres Pemuda II masih banyak menggunakan bahasa Belanda dalam percakapan maupun penulisannya.

Misalnya, Siti Soendari yang turut menyampaikan pidatonya dalam kongres tersebut dalam bahasa Belanda.(*)

Berita Terkini