TRIBUNBATAM.id - Bagi penggemar sepakbola Indonesia saat ini, el clasico Indonesia itu adalah pertandingan Persib Bandung melawan Persija Jakarta.
Tetapi sebenarnya, el clasico sebenarnya itu adalah Persib Bandung vs PSMS Medan.
Dua tim ini pernah menjadi ikon sepakbola Indonesia di masa lalu, sebagai dua kekuatan sepakbola Jawa dan Sumatera.
Dulu, di Indonesia ada dua jenis kompetisi, yakni perserikatan yang tim-timnya diisi oleh wakil klub asal daerah serta Galatama, yang timnya berasal dari klub-klub swasta yang umumnya sejumlah perusahaan.
Perserikatan ini sudah berlangsung sejak 1931, jauh sebelum Indonesia lahir.
Baca: BERITA PERSIB - 3 Pemain Ini Jadi Bukti Transfer Cerdas Persib Bandung di Era Mario Gomez
Baca: KLOP! Persib Bandung Butuh Menang untuk Juara, Ezechiel Butuh Gol untuk Gelar Top Skor
Baca: Laga Persib Bandung vs PSMS Medan Sama-sama Usung Wajib Menang. Kalah Bisa Jadi Mimpi Buruk
Baca: 5 Pemain Utama Persib Bandung Absen, Tapi Gomez Optimistis Kalahkan PSMS Medan
Dilansir TribunBatam.id dari Wikipedia, Cikal bakal Liga Perserikatan ini adalah pertandingan sejumlah klub yang dimulai pada 19 April 1930.
Pesertanya PSM Yogyakarta (kini PSIM Yogyakarta), VIJ Jakarta (sekarang Persija Jakarta), BIVB Bandung (Persib Bandung), IVBM Magelang (PPSM Magelang), MVB Makassar (PSM Makassar), SIVB Surabaya (Persebaya Surabaya) dan VVB Solo (Persis Solo).
Klub-klub ini kemudian membidani kelahiran PSSI yang diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta.
Sekretariat PSSI pertama di Mataram dan sejak itu, kompetisi tahunan antarkota/perserikatan rutin diselenggarakan.
Di perserikatan ini ada nama-nama tim yang bersifat kedaerahan, seperti Persebaya, Persib Bandung, PSM Makassar, PSMS Medan, PSP Padang, Persiraja Banda Aceh, persija Jakarta, PSM Ujungpandang, PSIS Semarang, Persis Solo dan sebagainya.
Sedangkan klub-klub Galatama seperti Niac Mitra, Yanita Utama, Pelita Jaya, Krama Yudha Tiga Berlian, Mercu Buana, Jayakarta, Arseto Solo, Pupuk Kaltim dan sebagainya.
Klub Galatama yang masih bertahan hingga saat ini adalah PS Semen Padang dan Arema Malang.
Dua kompetisi ini kemudian digabungkan mulai tahun 1995 dan karena banyaknya klub, dibagi dalam dua kelompok wilayah barat dan timur.
Setelah itu, delapan klub terbaik menngikuti putaran akhir di Stadion Utama Senayan yang saat ini bernama Gelora Bung Karno.
Karena itu, jangan heran jika para pendukung klub-klub Perserikatan jauh lebih militan karena mewakili daerah masing-masing dan hal itu terus terjadi dari generasi ke generasi.